Contoh Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif beserta Perbedaannya
Contoh Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif beserta Perbedaannya – Pada dasarnya, kedua jenis pendekatan kebijakan tersebut memiliki tujuan sama.
Tujuan paling utama adalah meningkatkan pertumbuhan dan menjaga stabilitas ekonomi dengan mengurangi atau meningkatkan pendapatan maupun pengeluaran negara.
Akan tetapi, cara kerja kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif sangat berbeda. Di samping itu, masing-masing kebijakan hanya cocok untuk diterapkan pada kondisi atau situasi tertentu saja.
Pengertian Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif
Daftar Isi
Daftar Isi
- Pengertian Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif
- Contoh Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif
- Contoh Kebijakan Fiskal Kontraktif
- Perbedaan Kebijakan Fiskal Ekspansi dan Kontraktif
- Strategi Perumusan Kebijakan Ekspansif dan Kontraktif
- Manfaat Penerapan Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif
Contoh kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif yang diterapkan oleh pemerintah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sebenarnya sangat banyak.
Hanya saja, kalangan awam tentu sulit membedakan perbedaan implementasi dari kedua kebijakan tersebut, sehingga menimbulkan salah kaprah.
Sebelum membahas lebih jauh tentang contoh riilnya, sebaiknya ketahui terlebih dahulu pengertian antara kedua jenis kebijakan fiskal ini:
1. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Fiskal ekspansif dilakukan dengan meningkatkan nilai belanja negara dan pada saat bersamaan mengurangi nominal pajak.
Umumnya, kebijakan fiskal ekspansif diterapkan saat terjadi situasi ekonomi, seperti penurunan daya beli yang disertai peningkatan angka pengangguran di suatu negara.
Tujuan pemberlakuan kebijakan fiskal ekspansif adala mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil. Salah satu contoh dari kebijakan ekspansif adalah seperti yang telah terjadi belum pada tahun 2020 lalu.
Sepanjang periode 2020-2021, Badan Kebijakan Fiskal dari Kemenkeu RI mengaplikasikan jenis kebijakan fiskal ekspansif.
Sementara itu, ekspansif berarti anggaran belanja pemerintah tetap tinggi sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi, khususnya saat pandemi Covid-19.
2. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Istilah fiskal kontraktif merujuk pada kebijakan yang dilakukan dengan prosedur menurunkan angka pengeluaran (belanja) negara dengan diikuti kenaikan pajak.
Kebijakan fiskal kontraktif bertujuan menurunkan daya beli atau konsumsi masyarakat untuk mengatasi inflasi yang terjadi di suatu negara.
Cara kerjanya adalah meningkatkan pemasukan dan menekan pengeluaran. Biasanya, fiskal kontraktif dikeluarkan saat perekonomian negara mengalami ekspansi.
Salah satu contoh kebijakan fiskal kontraktif adalah saat Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menerapkan kebijakan penaikan tarif PPh OP (Pajak Penghasilan Orang Pribadi) jadi 35%.
Namun, hal ini dikhususkan untuk individu yang mempunyai tingkat penghasilan tinggi. Negara telah mengatur nilai minimal penghasilan untuk pemberlakuan kenaikan PPh OP.
Contoh Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif
Kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif dilakukan dengan tujuan berbeda untuk mengatasi kondisi yang tidak sama pula.
Akan tetapi, tidak sedikit pihak yang masih merasa bingung saat menghadapi suatu situasi saat kebijakan fiskal baru diimplementasikan oleh pihak berwenang.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah contoh penerapan kebijakan fiskal, baik ekspansif maupun kontraktif:
1. Contoh Kebijakan Fiskal Ekspansif
Di bawah ini adalah beberapa contoh penerapan dari kebijakan fiskal ekspansif pada suatu negara:
2. Pengurangan Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan merupakan jenis pajak perseorangan. Pengurangan pajak penghasilan bertujuan memberikan kesempatan pada masyarakat supaya bisa memiliki uang lebih.
Hal ini cukup efektif dalam meningkatkan daya beli, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian sebuah negara.
Biasanya, program pengurangan pajak penghasilan diterapkan oleh pemerintah saat sektor industri sedang lesu. Apabila dibiarkan, maka bisa memicu penurunan jumlah produksi dan meningkatnya pengangguran.
3. Meningkatkan Anggaran Belanja Negara
Dalam beberapa kondisi, pemerintah akan menaikkan nilai anggaran belanja, khususnya pada bidang pendidikan dan pembangunan infrastruktur.
Apabila anggaran dialokasikan untuk hal positif, maka akan memberikan dampak baik, termasuk memperbaiki kondisi perekonomian.
Contoh:
- Anggaran untuk program irigasi yang berpotensi menaikkan hasil pertanian.
- Menyelenggarakan program transmigrasi, termasuk penyediaan tempat tinggal dan lahan untuk mengatasi peningkatan jumlah penduduk di wilayah tertentu.
4. Potongan Pajak Sektor Bisnis
Ketika kondisi perekonomian, khususnya sektor usaha semakin melemah. Biasanya pemerintah akan memberlakukan kebijakan fiskal ekspansif berupa pemotongan tarif pajak usaha.
Hal ini diharapkan dapat menstabilkan aktivitas industri, sehingga pebisnis bisa mendapatkan keuntungan lebih untuk digunakan menjalankan usaha.
Dampak dari program kebijakan ini adalah peningkatan kebutuhan SDM, sehingga bisa sekaligus menanggulangi masalah pengangguran.
Program pemotongan tarif pajak juga pernah dilakukan mantan Presiden Amerika Serikat, yaitu Barack Obama di tahun 2009 silam.
Saat negara mengalami resesi, pemerintah memberlakukan pengurangan pajak, mendanai proyek infrastruktur, memberikan tunjangan pengangguran, dan sebagainya.
Contoh Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kebijakan fiskal kontraktif terdiri dari dua instrumen, yaitu dengan menaikkan pajak dan menurunkan anggaran belanja negara.
Tujuannya adalah menyelamatkan ekonomi di sebuah negara dari tekanan inflasi tinggi serta mencegah terjadi situasi gelembung aset. Contoh kebijakan fiskal kontraktif:
1. Menaikkan Tarif Pajak
Tarif pajak yang tinggi dapat memberikan dampak pada penurunan daya beli masyarakat. Sementara itu, di sisi lain nilai pendapatan pemerintah dari pajak negara semakin tinggi.
2. Program Bebas Visa
Pemberlakuan program bebas visa ke Indonesia bisa memicu lonjakan wisatawan asing untuk berkunjung ke tanah air.
Sehingga, otomatis pendapatan negara juga akan meningkat dan pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor bisnis juga mengalami kenaikan.
3. Pengurangan Subsidi BBM
Salah satu contoh dari penerapan fiskal kontraktif adalah pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak yang sedang marak belakangan ini.
Meskipun harga BBM melonjak cukup tajam, tapi pemerintah akan mengalokasikan anggaran subsidi ke kebutuhan lain yang perlu diprioritaskan.
4. Tax Amnesty
Pada tahun 2017 lalu, dilaporkan jika banyak terjadi kasus penunggakan pajak serta tidak ada laporan mengenai harta kekayaan.
Oleh sebab itulah, pemerintah mengeluarkan kebijakan tax amnesty dengan penghapusan sanksi administrasi, sanksi pidana, hingga denda keterlambatan.
Perbedaan Kebijakan Fiskal Ekspansi dan Kontraktif
Setelah mengetahui beberapa contoh kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif, kamu juga harus memahami apa saja perbedaan antara keduanya supaya lebih mudah dalam memahaminya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbedaan fiskal ekspansif dan kontraktif:
1. Cara Kerja
Kebijakan fiskal ekspansif menyebabkan masyarakat mempunyai nominal uang lebih banyak, sehingga daya konsumsi meningkat.
Pada fiskal ekspansif, pemerintah akan melakukan dua cara untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan anggaran keluar dan mengurangi tarif pajak.
Contoh peningkatan pengeluaran dilakukan dengan menerapkan program subsidi, padat karya, kesejahteraan, menaikkan tunjangan pegawai negeri, menaikkan dana desa, dan sebagainya.
Semua langkah di atas dilakukan dengan tujuan meningkatkan permintaan yang dapat memicu pengeluaran masyarakat dan menggerakkan nyaris 70% pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan pemotongan tarif pajak bertujuan menciptakan lapangan kerja baru untuk menurunkan angka pengangguran. Selain itu, masyarakat juga dapat menggunakan dana lebih untuk berinvestasi.
Penerapan kebijakan fiskal ekspansif mengacu pada teori trickle down, yaitu penurunan pajak perusahaan memungkinkan mereka memiliki anggaran lebih untuk merekrut pekerja.
Sementara itu, kebijakan kontraktif dilakukan dengan cara menaikan pajak dan mengurangi anggaran keluar pemerintah.
Pemberlakuan kebijakan ini bertujuan mengurangi daya beli sehingga berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi, namun efektif dalam menanggulangi inflasi.
Kebijakan fiskal kontraktif diterapkan ketika situasi perekonomian di suatu negara mengalami tekanan inflasi tinggi maupun ketika terjadi gelembung aset.
Hal tersebut mengacu pada kondisi harga barang melonjak naik, sehingga tidak terjangkau sebagian masyarakat.
Pemotongan anggaran pemerintah di antaranya menghapus program kesejahteraan, mengurangi subsidi, membatalkan proyek infrastruktur, pemotongan tunjangan PNS/ASN, dan sebagainya.
2. Tujuan
Perbedaan dari segi tujuan memang menjadi salah satu hal paling mencolok yang terdapat pada contoh kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif. Apalagi, kedua kebijakan ini memang sangat berlawanan arah.
Kebijakan fiskal ekspansif bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah lebih sehat. Fiskal ekspansif dibutuhkan selama proses kontraksi siklus perekonomian di sebuah negara.
Khususnya ketika pemerintah Indonesia ingin meningkatkan permintaan konsumen, mengurangi pengangguran, hingga menghindari resesi.
Apabila kebijakan ini diambil saat resesi sudah terjadi, maka tujuan penerapannya berubah menjadi pencegahan depresi dan mengakhiri resesi,
Sedangkan tujuan kebijakan fiskal kontraktif adalah memperlambat pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, perkembangan ekonomi tidak terkendali dapat menimbulkan beberapa konsekuensi negatif, yaitu:
1. Pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi, seperti kenaikan harga terlalu cepat dalam berbagai sektor dapat menyebabkan inflasi.
Harga tinggi bisa mengakibatkan terkurasnya uang masyarakat, sehingga berimbas pada penurunan standar hidup.
2. Menyebabkan resesi, khususnya apabila disertai gelembung aset.
3. Meningkatkan harga investasi (gelembung aset). Hal ini dapat terjadi pada berbagai komoditas, seperti emas, saham, properti, dan lainnya.
Salah satu contoh dari gelembung aset yang memporak porandakan perekonomian pernah terjadi di Amerika Serikat pada 2006 silam.
4. Mengurangi angka pengangguran. Di satu sisi, hal ini sebenarnya bagus. Namun, saat angka pengangguran berada di bawah tingkat alami, maka akan memberikan dampak buruk.
Pasalnya, perusahaan akan sulit mencari pekerja profesional, setelah pertumbuhan bisnis terganggu.
3. Kelebihan
Kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif memiliki beberapa kelebihan, salah satunya adalah memberikan efek cepat, khususnya apabila dilakukan secara baik dan benar.
Misalnya, anggaran keluar pemerintah harus diarahkan agar dapat membentuk lapangan kerja. Dengan begitu, angka pengangguran dapat ditekan.
Selain itu, pemotongan pajak juga bisa meningkatkan investasi baru dan daya beli. Teknik paling cepat adalah dengan cara memperluas lapangan pekerjaan melalui berbagai proyek dari pemerintah.
Sederhananya, pengangguran tidak mempunyai uang. Namun, setelah memperoleh pekerjaan dan mendapatkan gaji, maka ada kemungkinan daya beli akan meningkat.
Keuntungan paling besar dari implementasi kebijakan fiskal ekspansif adalah mengembalikan kepercayaan pebisnis dan konsumen.
Sebab mereka percaya bahwa pemerintah akan mengambil langkah tepat untuk mengakhiri resesi. Jadi, masyarakat tidak khawatir untuk belanja dan berinvestasi lagi.
Sementara itu kebijakan fiskal kontraktif cukup efektif dalam membasmi inflasi di suatu negara. Caranya tidak lain adalah dengan meningkatkan pemasukan dan menekan pengeluaran.
4. Kekurangan
Dibalik semua keuntungan dari penerapan kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif di Indonesia, nyatanya ada juga beberapa kekurangan yang perlu diketahui.
Pada kebijakan ekspansif misalnya, pemotongan pajak bisa mengurangi pendapatan negara sehingga menciptakan defisit anggaran yang memicu naiknya hutang.
Menurut Sri Mulyani, melonjaknya hutang negara merupakan konsekuensi jangka panjang dari kebijakan fiskal. Hutang diambil saat pendapatan negara lebih rendah dibandingkan pengeluaran.
1. Di APBN, pendapatan (income) adalah perkiraan dengan mengacu kondisi eksternal, sedangkan pengeluaran (outcome) adalah sesuatu yang pasti. Saat APBN mengalami defisit, maka negara harus berhutang. Untuk membayar hutang, maka pemerintah harus menaikkan tarif pajak.
Jika tidak, maka hutang negara akan meningkat ke angka tidak terkendali. Saat rasio utang pada PDB telah melebihi 100%, maka akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.
2. Sedangkan pada kebijakan fiskal kontraktif, pada dasarnya lebih pada pertimbangan politis dibandingkan ekonomi.
Umumnya, pejabat yang memegang kebijakan jarang menerapkan kebijakan kontraktif sebab sudah pasti akan menuai banyak kontra dari berbagai kalangan masyarakat.
Selain itu, masyarakat pastinya juga tidak akan menyukai penurunan manfaat akibat pengurangan anggaran keluar pemerintah. Seperti penghapusan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak), misalnya.
Jika politisi mengambil langkah ini, maka dapat berdampak mengalami penurunan popularitas dan akan membahayakan posisi di masa pemilihan yang akan datang.
Di sisi lain, jika politisi tidak berani mengaplikasikan kebijakan fiskal kontraktif, maka dapat mengakibatkan naiknya defisit pada anggaran pemerintah.
Apabila defisit anggaran terjadi, biasanya pemerintah akan menambah hutang, sehingga hutang terus mengalami kenaikan dan hal ini bisa membahayakan negara.
Strategi Perumusan Kebijakan Ekspansif dan Kontraktif
Contoh kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif yang diterapkan oleh pemerintah mengacu pada beberapa strategi perumusan.
Umumnya, proses pengambilan kebijakan dilakukan dengan berpedoman prinsip kehati-hatian yang terencana melalui aktivitas perumusan kebijakan fiskal jangka menengah.
Pada dasarnya, esensi strategi perumusan akan mempengaruhi perekonomian dan berfokus pada 3 prioritas utama, yaitu:
1. Menjaga Stabilitas Makro
Merujuk pada keseimbangan internal dan eksternal. Tujuannya adalah mendongkrak pertumbuhan ekonomi ke level lebih tinggi serta bersifat berkelanjutan.
2. Retribusi Pendapatan
Kebijakan fiskal diambil dalam rangka merealisasikan keadilan ekonomi serta mengurangi kesenjangan dan memberikan perlindungan sosial kepada semua lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik
Penyelenggaraan kebijakan fiskal dilakukan untuk mendorong penyediaan produk (barang atau jasa) publik untuk menaikkan kualitas pelayanan.
Untuk mendukung terwujudnya 3 prioritas pokok di atas secara maksimal, maka harus ditopang dengan pengelolaan keuangan yang sehat dan berkelanjutan dalam perspektif jangka panjang.
Dengan penerapan pendekatan ekspansif dan kontraktif, diharapkan supaya kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat fokus menjaga kesinambungan fiskal sekaligus stabilitas ekonomi makro.
Manfaat Penerapan Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif
Melalui contoh kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif yang telah disebutkan di atas, kamu pasti bisa mengambil kesimpulan mengenai penerapan dari masing-masing kebijakan.
Akan tetapi, alangkah lebih baiknya jika kamu juga mengetahui manfaat implementasi kebijakan ekspansif dan kontraktif bagi berbagai pihak.
Di bawah ini adalah beberapa manfaat yang dihasilkan dari implementasi kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif:
1. Mengembalikan Keadaan Ekonomi Sebuah Negara
Saat keadaan ekonomi semakin melemah, biasanya pemerintah akan menerapkan strategi melalui kebijakan fiskal sesuai situasi yang sedang dihadapi agar perekonomian kembali naik.
2. Menjaga Stabilitas Ekonomi
Keadaan perekonomian yang fluktuatif menuntut pemerintah agar mengaplikasikan kebijakan fiskal, khususnya yang bisa memberikan keuntungan.
Misalnya, ketika harga bahan kebutuhan pokok naik dan berimbas pada menurunnya daya beli konsumen. Pemerintah bisa menerapkan kebijakan yang dapat menguntungkan semua pihak.
3. Alokasi Sumber Daya Lebih Efektif
Ketika kebijakan fiskal diterapkan, otomatis penggunaan anggaran negara akan lebih optimal. Sehingga bisa memberikan hasil positif demi keberlangsungan suatu negara.
4. Peluang Mengembangkan Pembangunan Infrastruktur Jangka Panjang
Saat mengimplementasikan kebijakan ekspansif dan kontraktif, pihak pemerintah bisa melakukannya melalui pembangunan infrastruktur jangka panjang.
Tujuannya adalah mendongkrak kemajuan ekonomi negara dengan dukungan infrastruktur, fasilitas, dan situasi ekonomi yang lebih stabil.
Contoh kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif dapat dijadikan acuan bagi kamu sedang mempelajari hal-hal mengenai kebijakan fiskal agar lebih mudah dalam membedakan keduanya.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: