Ringkasan Cerita Fabel Kucing dan Tikus beserta Struktur dan Pesan Moralnya
Ringkasan Cerita Fabel Kucing dan Tikus beserta Struktur dan Pesan Moralnya – Pernahkah kamu mendengar cerita fabel tentang Kucing dan Tikus?
Jika belum
pernah, Mamikos akan memberikan ringkasannya dalam artikel kali ini.
Eits, tenang
saja. Ringkasan cerita fabel Kucing dan Tikus ini akan disertai dengan
penjelasan lengkap mengenai struktur cerita dan pesan moralnya.
Pengertian Cerita Fabel
Daftar Isi
Daftar Isi
Cerita fabel adalah kisah-kisah fiksi yang tokoh-tokoh utamanya adalah hewan-hewan. Tapi, yang membuat cerita ini unik adalah tokoh-tokoh hewan dalam cerita ini memiliki sifat dan perilaku layaknya manusia.
Para hewan
tersebut akan saling berinteraksi layaknya manusia. Biasanya, kisah-kisah
mereka akan berkisar seputar moral dan perilaku.
Itu sebabnya
kisah-kisah fabel kerap memiliki pesan amanat yang terkandung di dalamnya.
Sangat cocok untuk mengajarkan anak-anak tentang moral.
Ringkasan Cerita Fabel Kucing
dan Tikus
Suatu hari, seekor tikus menyelinap masuk ke dalam rumah milik petani. Di dalam rumah yang besar dan hangat itu, Ia bertemu seekor Kucing.
Tikus sudah
hendak kabur saat si Kucing berbicara, “Jangan takut. Kau bisa tinggal di sini
bersamaku.”
Si Tikus
ragu-ragu sejenak. Si Kucing melontarkan seulas senyum ramah dan hal itu
membuat Tikus merasa tenang. Ia pun menerima tawaran tersebut.
“Terima kasih
sudah membiarkanku tinggal di sini.”
“Tidak masalah.
Kami punya banyak persediaan makanan di gudang untuk musim dingin. Kau akan baik-baik
saja di sini.”
“Baiklah.
Terima kasih, Kucing!”
Tikus gembira
sekali mendengar hal tersebut. Ia pun bergegas mencari sudut terhangat dan
ternyaman di dalam rumah untuk dijadikan tempat tidur sekaligus bersembunyi.
Beberapa minggu
berlalu dengan baik. Tikus tidak pernah muncul di hadapan si Petani. Ia pergi
mencari makan sendiri saat pagi dan malam hari. Pada siang hari, saat si Petani
pergi ke ladang, Tikus akan menghabiskan waktu dengan Kucing.
Suatu siang,
Kucing menghampiri Tikus dan berkata, “Hai, Tikus. Aku akan pergi menjenguk
keponakanku yang baru lahir. Jagalah rumah selama aku pergi.”
“Baiklah,
Kucing.”
Kucing pun
pergi meninggalkan Tikus di dalam rumah seorang diri. Ia baru kembali saat
malam sudah sangat larut.
Tikus yang
sedang makan malam segera menyapa si Kucing. “Hai, Kucing! Bagaimana keadaan
keponakanmu?”
“Ah … dia baik-baik
saja kok.”
Tikus
mengangguk lalu kembali asyik menyantap makan malam.
Dua hari
kemudian, Kucing kembali menghampiri Tikus yang sedang bersiap hendak pergi
mencari makan.
“Hai, Tikus.
Tolong jagalah rumah. Karena aku hendak pergi.”
“Tapi aku ingin
mencari makan.”
“Nanti akan ku carikan. Kau jaga saja rumah di sini.”
Awalnya, Tikus
tidak mau. Tapi pada akhirnya ia setuju saja dan berdiam diri di sudut rumah
dengan perut keroncongan.
Kucing baru
kembali saat malam sudah larut. Ia membawa sepotong roti kering untuk Tikus.
Karena sudah
sangat lapar, Tikus tidak banyak protes dan segera menghabiskan roti itu.
“Terima kasih,
Kucing. Ke mana kau pergi seharian ini?”
“Aku menjenguk
keponakanku yang lain.”
Tikus tidak
merasa curiga sama sekali dan asyik menghabiskan makanannya. Sementara itu,
Kucing tidak memberi penjelasan lagi dan langsung pergi tidur.
Minggu berikutnya, Kucing meminta Tikus untuk menjaga rumah lagi. Kali ini, Tikus sudah mempersiapkan makanan yang cukup sehingga Ia tidak keberatan harus menjaga rumah hingga larut malam.
Tapi, kali ini
Kucing pulang sebelum matahari terbenam.
“Tumben sekali
kau pulang cepat, Kucing.”
Belum sempat
Kucing menyahut, tiba-tiba terdengar seruan penuh amarah dari bagian belakang
rumah.
Tak lama
kemudian, muncul Petani bertubuh besar sambil memegang sebuah sapu. Dengan mata
melotot, Petani itu mulai membongkar seluruh rumah.
Tikus
bersembunyi dengan tubuh gemetar ketakutan. Si Petani akhirnya tiba di sudut
tempatnya bersembunyi selama ini.
“Nah! Ketemu
kau tikus nakal!” seru si Petani marah. “Kau sudah memakan habis seluruh
persediaan makananku untuk musim dingin! Dasar nakal! Pergi kau! Pergi!”
Petani itu
mengayunkan sapu ke tubuh Tikus, membuatnya terpental jauh.
“Ta-tapi, aku
tidak memakan makananmu,” cicit Tikus sambil mengelak dari sabetan sapu.
Tapi si Petani
terus mendesaknya hingga keluar rumah. Sebelum pintu tertutup, Tikus melihat
Kucing yang menyeringai di balik punggung Petani.
Saat itulah
Tikus menyadari bahwa selama ini Kucing sudah membohonginya. Ialah yang
menghabiskan persediaan makanan si Petani.
Tikus
benar-benar kesal. Tapi semuanya
sudah terlambat dan Tikus pun akhirnya pergi
meninggalkan rumah itu selamanya.
Komponen dan Struktur Penting
dalam Cerita Fabel
Dalam setiap
cerita fabel, terdapat empat komponen penting yang menjadi struktur cerita.
Keempat komponen itu adalah:
1. Orientasi
Komponen yang
pertama adalah orientasi. Orientasi ini merupakan paragraf pembuka dalam cerita
fabel.
Biasanya,
paragraf ini bersifat singkat, jelas dan padat karena akan langsung memperkenalkan tokoh-tokoh yang berlakon dan latar
belakang cerita.
Contoh
orientasi dalam ringkasan cerita fabel Kucing dan Tikus adalah:
Suatu hari, seekor tikus menyelinap masuk ke dalam rumah milik petani. Di dalam rumah yang besar dan hangat itu, Ia bertemu seekor Kucing.
Melalui paragraf tersebut kita mengetahui bahwa tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita adalah Tikus, Kucing dan Petani. Sementara latar belakang ceritanya adalah di dalam rumah Petani.
2. Komplikasi
Komponen selanjutnya adalah komplikasi. Dalam bagian ini, konflik mulai terlihat. Biasanya, konflik dalam cerita fabel adalah masalah yang terjadi dalam diri pada karakter hewan.
Contoh
komplikasi dalam ringkasan cerita fabel Kucing dan Tikus adalah:
Suatu siang, Kucing menghampiri Tikus dan berkata, “Hai, Tikus. Aku akan pergi menjenguk keponakanku yang baru lahir. Jagalah rumah selama aku pergi.”
“Baiklah, Kucing.”
Kucing pun pergi meninggalkan Tikus di dalam rumah seorang diri. Ia baru kembali saat malam sudah sangat larut.
Tikus yang sedang makan malam segera menyapa si Kucing. “Hai, Kucing! Bagaimana keadaan keponakanmu?”
“Ah … dia baik-baik saja kok.”
Tikus mengangguk lalu kembali asyik menyantap makan malam.
Dua hari kemudian, Kucing kembali menghampiri Tikus yang sedang bersiap hendak pergi mencari makan.
“Hai, Tikus. Tolong jagalah rumah. Karena aku hendak pergi.”
“Tapi aku ingin mencari makan.”
“Nanti akan ku carikan. Kau jaga saja rumah di sini.”
Awalnya, Tikus tidak mau. Tapi pada akhirnya Ia setuju saja dan berdiam diri di sudut rumah dengan perut keroncongan.
Kucing baru kembali saat malam sudah larut. Ia membawa sepotong roti kering untuk Tikus.
Karena sudah sangat lapar, Tikus tidak banyak protes dan segera menghabiskan roti itu.
Di sini dapat terlihat bahwa si Kucing sering bepergian tanpa menjelaskan secara gamblang tentang tujuannya.
Ia hanya menyuruh Tikus untuk tetap menjaga rumah sementara Ia pergi dan baru kembali saat tengah malam.
Seharusnya Tikus mempertanyakan hal ini, tapi Ia terlalu naif dan percaya saja kepada Kucing.
3. Resolusi
Seusai
penjabaran konflik, selanjutnya adalah resolusi. Bagian ini merupakan
penyelesaian dari konflik, atau klimaks dari konflik.
Contoh resolusi
dalam ringkasan cerita fabel Kucing dan Tikus adalah:
“Tumben sekali kau pulang cepat, Kucing.”
Belum sempat Kucing menyahut, tiba-tiba terdengar seruan penuh amarah dari bagian belakang rumah.
Tak lama kemudian, muncul Petani bertubuh besar sambil memegang sebuah sapu. Dengan mata melotot, Petani itu mulai membongkar seluruh rumah.
Tikus bersembunyi dengan tubuh gemetar ketakutan. Si Petani akhirnya tiba di sudut tempatnya bersembunyi selama ini.
“Nah! Ketemu kau tikus nakal!” seru si Petani marah. “Kau sudah memakan habis seluruh persediaan makananku untuk musim dingin! Dasar nakal! Pergi kau! Pergi!”
Petani itu mengayunkan sapu ke tubuh Tikus, membuatnya terpental jauh.
“Ta-tapi, aku tidak memakan makananmu,” cicit Tikus sambil mengelak dari sabetan sapu.
Di sini dapat
terlihat bahwa akhirnya Petani menemukan Tikus dan menuduhnya menghabiskan
seluruh persediaan makanan.
Petani akhirnya
mengusir Tikus keluar rumah tanpa repot-repot memeriksa apakah benar Tikus yang
memakan makanannya atau tidak.
4. Koda
Di bagian akhir
setiap cerita fabel, pasti akan ada koda. Koda adalah bagian yang berisi tentang amanat atau pesan moral yang terkandung
di dalam cerita.
Bagian ini juga
sekaligus menutup cerita fabel.
Contoh koda
dalam ringkasan cerita fabel Kucing dan Tikus adalah:
Tapi si Petani terus mendesaknya hingga keluar rumah. Sebelum pintu tertutup, Tikus melihat Kucing yang menyeringai di balik punggung Petani.
Saat itulah Tikus menyadari bahwa selama ini Kucing sudah membohonginya. Ialah yang menghabiskan persediaan makanan si Petani.
Tikus benar-benar kesal. Tapi semuanya sudah terlambat dan Tikus pun akhirnya pergi meninggalkan rumah itu selamanya.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa ternyata yang sebenarnya memakan makanan Petani hingga habis adalah Kucing, dan Ia menjadikan Tikus sebagai kambing hitam.
Pesan Moral yang Ada dalam Cerita Fabel Kucing dan Tikus
Nah, melalui ringkasan cerita fabel Kucing dan Tikus di atas, kita dapat memahami pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Yaitu, jangan terlalu percaya pada seseorang yang baru dikenal. Kesalahan
Tikus adalah ia terlalu memercayai Kucing sejak awal berkenalan.
Ia bahkan tidak merasa curiga atau mempertanyakan kebiasaan Kucing yang
sering pergi hingga larut malam.
Ternyata, Kucing bersikap ramah padanya supaya Ia bisa leluasa pergi memakan persediaan Petani lalu kemudian bersikap seolah-olah Tikus yang memakannya.
Pada akhirnya, Tikus yang diusir dari rumah Petani, walau Ia tidak melakukan kesalahan apa-apa.
Bagaimana? Setelah memahami struktur cerita fabel melalui ringkasan cerita fabel Kucing dan Tikus, apakah kamu sekarang bisa menulis cerita fabel sendiri?
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: