Ringkasan Cerita Rakyat Batu Menangis Singkat dari Kalimantan Barat Beserta Gambarnya
Ringkasan Cerita Rakyat Batu Menangis Singkat dari Kalimantan Barat Beserta Gambarnya – Batu menangis merupakan cerita rakyat yang paling populer di daerah Kalimantan Barat.
Kisah ini menceritakan sikap durhaka seorang anak kepada ibunya. Jika kamu ingin mengetahui bagaimana ringkasan ceritanya. Kamu dapat menyimaknya pada artikel di bawah ini.
Ringkasan Cerita Rakyat Batu Menangis
Daftar Isi
Daftar Isi
Pada cerita rakyat batu menangis. Di masa lalu, di sebuah daerah di Kalimantan hiduplah seorang perempuan tua bersama anak semata wayangnya yang bernama Darmi.
Sejak kecil Dami sudah menjadi anak yatim. Semua kebutuhan dan keperluan Darmi dicukupi oleh ibunya.
Sang ibu bekerja apa saja demi menghidupi anak semata wayangnya. Walaupun tak memiliki ayah sejak kecil. Tetapi Darmi tidak pernah kekurangan kasih sayang.
Sejak kecil apa yang diminta Darmi selalu dikabulkan ibunya. Hal inilah yang membuat Darmi tumbuh menjadi anak yang manja.
Seiring dengan berjalannya waktu Darmi tumbuh menjadi seorang remaja putri yang cantik. Sayangnya meski memiliki paras yang cantik. Darmi tidak memiliki hati yang secantik wajahnya.
Darmi tahu bahwa keluarganya bukanlah keluarga yang kaya raya. Namun, ia selalu meminta ibunya untuk membuatnya seolah-olah berasal dari keluarga kaya.
Darmi selalu meminta dibelikan pakaian yang bagus, makanan yang enak, dan perhiasan yang berkilauan.
Demi memenuhi keinginan anaknya. Ibunya mati-matian membanting tulang. Sebenarnya ibunya sudah berkali-kali mengingatkan Darmi.
Sayangnya, semua nasehat yang diberikan ibunya tidak pernah didengarkan. Semakin hari Darmi bukannya semakin sadar, tetapi justru semakin menjadi.
Setiap hari yang dilakukan Darmi hanya bersolek dan memanjakan diri. Ia sama sekali tidak pernah membantu ibunya bekerja.
Jangankan membantu ibunya bekerja di ladang. Pekerjaan rumah seperti menyapu halaman dan menyapu rumah pun tidak pernah dilakukannya.
Anak yang Menjadi Cobaan
Menurut cerita rakyat batu menangis. Melihat kelakuan anaknya yang demikian manja, ibunya hanya bisa mengelus dada sambil berdoa kepada Tuhan supaya anaknya segera dibuka pikirannya.
suatu hari Darmi sedang pergi ke pasar raya yang letaknya lumayan jauh dari rumahnya. Di sana dia melihat baju model terbaru sangat indah bentuknya.
Darmi ingin memilikinya. Sayangnya, hari itu uang yang dia bawa tidak cukup untuk membeli baju tersebut.
Darmi pun lantas pulang. Dia ingin meminta uang lebih banyak lagi kepada ibunya agar bisa membeli baju yang dilihatnya tadi.
Sesampai rumah Darmi segera berteriak memanggil-manggil nama ibunya. Meski sudah dipanggil berkali-kali tetapi tidak ada jawaban dari ibunya.
Hal inilah yang membuat Darmi kesal. Darmi pun segera mengacak-acak isi rumah guna mencari uang simpanan ibunya.
Setelah mengobrak-abrik seisi rumah. Darmi pun berhasil menemukan sebuah potongan bambu yang dipakai ibunya menyimpan uang,
Seluruh uang yang ada di dalam potongan bambu itu dia keluarkan seluruhnya. Uang itu rencananya akan dia gunakan untuk berbelanja di pasar.
Setelah Darmi kembali ke pasar raya untuk membeli baju idamannya. Tak lama kemudian ibunya pulang dari sawah.
Betapa terkejutnya sang ibu saat melihat kondisi rumah seperti kapal pecah. Ibunya sempat mengira bahwa rumahnya dirampok oleh orang jahat.
Namun, saat mengetahui bahwa kunci rumahnya tidak ada yang mengalami kerusakan. Ibunya berpikir yang melakukan tindakan ini adalah Darmi, anak kandungnya sendiri.
Ibunya Darmi sangat terkejut ketika melihat potongan bambu yang dipakainya untuk menyimpan uang sudah kosong.
“Aduh, Nak. Kamu tega sekali. Kau apakan uang ibu?” ucap ibunya lirih.
Sembari menunggu Darmi pulang. Ibunya beberes rumah. Setelah kondisi rumah sudah tertata rapi kembali.
Darmi, Sepulang Belanja
Darmi pulang dengan membawa banyak sekali belanjaan. Tanpa merasa bersalah dengan apa yang telah dia lakukan.
Darmi segera masuk ke kamar untuk mencoba baju yang baru dibelinya. Di hadapan cermin Dami berkata,
“Aku memang cantik sekali. Suatu hari nanti aku ingin memiliki suami yang kaya raya. Sehingga seluruh keinginanku dapat dikabulkan.”
Saat Darmi mencoba satu per satu baju yang baru dibelinya. Ibunya memanggil, “Darmi sini sebentar. Ibu mau ngomong sama kamu.”
Tetapi Darmi tidak menggubris panggilan dari ibunya.
“Darmi, sini sebentar. Ibu ingin ngomong sama kamu.”
Lagi-lagi karena terlalu asyik mencoba baju barunya. Darmi tidak mengindahkan panggilan ibunya.
“Darmi sini sebentar. Kamu tulinya,” kata ibunya dengan jengkel.
Dikatakan ibunya tuli membuat Darmi jengkel.
“Iya, Bu. Sebentar saya masih sibuk. Cerewet amat jadi orang tua,” kata Darmi.
“Darmi! Cepat sini,” bentak ibunya yang sudah kehilangan kesabaran.
“Iya…ya.. sebentar,” kata Darmi dengan nada kesal.
Darmi pun menemui ibunya.
“Ada apa, Bu? Kenapa ibu ngomel-ngomel terus sih? Ganggu kesenangan orang saja.”
“Bagaimana ibu tidak ngomel kalau kamu sukar diatur. Ibu mau tanya kamu kan yang mengambil uang yang ibu simpan di sini,” kata ibunya sambil menunjukkan sebuah bumbung kosong.
“Kalau iya memangnya kenapa, Bu? Ada yang salah?”
“Jelas salah. Kamu mengambilnya tanpa persetujuan dari ibu. Kamu tahu tidak itu sama artinya dengan maling?”
“Bukannya ibu pernah bilang punya ibu adalah punyaku juga? Jadi tidak salah dong kalau aku mengambil tanpa persetujuan dari ibu?”
“Kamu pakai buat apa uang simpanan ibu? Beli baju lagi?”
“Iya, memangnya salah? Memangnya ibu tidak suka anak ibu terlihat cantik?”
“Kamu ini benar-benar. Darmi, kamu harus tahu bahwa kita ini orang susah. Kenapa kamu beli baju terus. Kamu tahu tidak uang ini rencananya mau ibu pakai untuk membenahi atap rumah kita yang bocor. Kamu memangnya tidak malu punya baju bagus tapi rumahnya jelek?”
“Tidak dong, Bu. Lebih baik punya rumah jelek tapi baju bagus daripada punya rumah bagus tapi pakaiannya jelek. Kalau soal kita susah, itu salahnya ibu. Kenapa ibu tidak bekerja lebih keras lagi atau ibu jual saja sawah peninggalan ayah.”
“Dasar kamu ini memang susah dikasih tahu.”
Pertemuan dengan Lelaki Idaman
Merasa tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk menyadarkan anaknya. Akhirnya ibunya memilih pergi.
Sementara Darmi kembali mencoba baju barunya lagi. Selang beberapa hari kemudian. Darmi berkunjung ke pasar bersama ibunya.
Di sana dia bertemu dengan seorang lelaki tampan yang kelihatannya berasal dari keluarga yang kaya raya.
Pemuda itu rupanya tertarik dengan kecantikan Darmi. Saat Darmi melihat-lihat sebuah kalung emas. Pemuda itu berkata, “Jika nona memang menginginkannya. Ambil saja.”
Tentu Darmi senang bukan kepalang. Tetapi Darmi berusaha menutupinya.
“Siapakah tuan. Kita baru berjumpa tetapi kenapa tuan begitu baik sehingga mau membelikan kalung mahal ini kepada saya?” tanya Darmi.
“Namaku Zulkarnain, anak dari saudagar paling kaya dari kota sebelah. Aku tertarik dengan kecantikan nona. Siapakah nama nona?” tanya sang pemuda.
“Namaku Darmi.”
“Nama yang sungguh indah. Maaf jika saya lancang. Apakah nona sudah punya pasangan hidup? Jika belum aku ingin menjadikan nona sebagai pendamping hidup.”
Betapa senangnya hati Darmi mendengar kata-kata dari Zulkarnain. Ia merasa bahwa impiannya sebentar lagi akan menjadi kenyataan.
“Saya belum punya pasangan tuan. Jika itu memang yang tuan mau. Saya sangat bahagia menjadi pendamping tuan.”
“Tetapi sebelumnya, kalau boleh tahu siapakah perempuan tua yang bersama nona ini?”
“Ia bukan siapa-siapa saya. Ia hanya pembantu saya.”
Kutukan Ibu Darmi
Menurut cerita rakyat Batu Menangis. Kata-kata Darmi ini seperti belati yang telah melukai hati ibunya. Merasa semua pengorbanan yang dilakukannya selama ini tidak dianggap oleh anak kandungnya sendiri.
Ibunya lalu berkata, “Kau memang bukan siapa-siapaku. Aku tidak pernah memiliki anak sepertimu. Aku lebih baik memiliki anak batu daripada memiliki anak durhaka sepertimu.”
Usai berkata-kata seperti ini tiba-tiba langit menjadi hitam dan kilat bersahut-sahutam. Salah satu kilat mengenai tubuh Darmi. Lalu dengan seketika tubuh Darmi berubah menjadi batu.
Darmi sangat menyesal karena telah durhaka kepada ibunya. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur. Darmi sudah tidak bisa kembali ke wujud asalnya.
Ia hanya bisa menangis sebagai bentuk penyesalan atas semua perilaku yang telah dia lakukan pada ibunya.
Sekarang patung perwujudan Darmi ini masih terus menangis. Sehingga orang-orang menamainya batu menangis.
Demikianlah ringkasan cerita rakyat Batu menangis. Semoga dari kisah ini kita dapat belajar agar tidak menjadi anak yang durhaka kepada orang tua.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: