5 Contoh Naskah Drama tentang Persahabatan Singkat dan Menarik
5 Contoh Naskah Drama tentang Persahabatan Singkat dan Menarik – Drama adalah salah satu contoh seni yang ada di dunia dan berkembang di Indonesia.
Dikenal sebagai salah satu bentuk pertunjukan yang menyajikan hiburan, drama biasanya ditampilkan oleh sederet aktor yang memerankan berbagai peran sesuai dengan naskah yang disusun.
Nah, dalam artikel kali ini sudah dirangkumkan beberapa contoh naskah drama tentang persahabatan yang bisa jadi inspirasi.
Deretan Contoh Naskah Drama tentang Persahabatan
Daftar Isi
Daftar Isi
Apakah
kamu pernah menulis naskah drama? Perlu kamu pahami bahwa naskah drama berbeda
dengan naskah lainnya, baik dalam bentuk teknik penulisan maupun bentuknya.
Ketika akan menulis naskah drama, ada baiknya jika kamu menentukan terlebih dahulu suatu tema cerita sebagai dasar penulisan naskah.
Pilihlah cerita yang menarik sebagai dasar menulis naskah drama. Setelah itu, barulah kamu bisa menyusun kerangka cerita drama berdasarkan cerita terpilih.
Kamu juga harus mampu mengidentifikasi konflik-konflik yang ada dalam cerita untuk menyusun kerangka cerita drama berdasarkan cerita yang sudah dipilih.
Terakhir, jangan lupa mengembangkan kerangka cerita menjadi teks drama satu babak yang mengandung keaslian ide.
Nah, artikel kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai contoh naskah drama singkat bertemakan persahabatan.
Contoh 1 – Naskah Drama tentang Persahabatan
Budi:
“Shan, lagi sibuk ngga? aku kepingin cerita nih?”
Shanne:
“Lagi selo kok ini, Bud. Kamu mau cerita apa? Soal mimpi gilamu kan pasti? Kamu
sekarang bermimpi apa lagi? Jadi astronot? Atau, berkelana ke planet Pluto?”
Budi:
“Hahaha dasar. Kau ini tahu saja. Aku memang niatnya mau menceritakan mimpiku.
Tapi, mimpiku kali ini bukan seaneh biasanya. Kali ini, aku bermimpi dengan
wujud yang lebih realistis. Aku ingin menjadi penulis novel, Shan. Tepatnya
menjadi seorang penulis novel fantasi. Kamu tahu sendiri kan kalau temanmu yang
satu ini tukang ngayal. Jadi, mimpiku yang menjadi penulis novel fantasi aku
rasa bisa aku wujudkan.”
Shanne:
“Widih, tumben-tumbenan mimpimu menarik, mana bagus juga lagi. Eh,
ngomong-ngomong, kamu udah bikin naskah novelnya belum?”
Budi:
“Udah, dong. Malah kemarin aku udah kirimin ke penerbit. Tinggal nungguin kabar
terbarunya aja, Shan. Doain, ya!”
Shanne:
“Widih, mantap kali kalau begitu! Semoga naskah novelmu diterima penerbit ya,
Bud!”
Budi:
“Aamiin. Makasih ya Shan.”
Selang
beberapa hari kemudian.
Shanne:
“Bud, bagaimana dengan naskah novelmu? Diterima penerbit nggak?”
Budi:
“Nggak, nih Shan. Malahan, aku disuruh revisi lagi naskahnya sama penerbitnya.
Mana revisiannya banyak lagi. Ah, mimpi indah untuk bikin novel fantasi ternyata
mimpi yang cukup sulit aku wujudkan.”
Shanne:
“Yaelah, Bud. Naskah novel kamu itu kan cuma disuruh direvisi aja bukan
ditolak. Jadi, naskah kamu masih punya peluang buat diterbitkan oleh penerbit
itu. Lagian, kalau penerbit itu nolak menerbitkan, kamu masih bisa mencoba di
penerbit lainnya kan?”
Budi:
“Iya betul juga sih, Shan. Eh, ngomong-ngomong, terima kasih ya atas masukan
dan semangatnya.”
Shanne:
“Sama-sama, Bud.”
Budi pun pulang ke rumah dan merevisi naskah novelnya tersebut agar bisa segera ia serahkan kembali kepada penerbit.
Sebagai seorang sahabat, Shanne terus memberi dukungan dan memberi masukan kepada Budi. Cerita pendek, novel karangan fantasi Budi pun akhirnya diterbitkan dan digemari oleh banyak pembaca.
Contoh 2 – Naskah Drama tentang Persahabatan
Ketika
jam istirahan sekolah telah tiba, Ali, Dona, Mella, Wanda, dan Harry memesan
makanan di kantin sembari mengobrol bersama.
Mella:
“Kalian tahu tidak kenapa Dika tidak masuk sekolah selama tiga hari? Apa dia
sakit?”
Harry:
“Terakhir aku ketemu Dika sih kemarin sore, dia kelihatan seperti sedang duduk
termenung di teras rumahnya ketika aku hendak ke warung dekat rumahnya. Aku juga
sempat bertanya kenapa dia merenung dan tidak masuk sekolah. Dia hanya menjawab
tidak apa-apa dan beralasan jika akhir-akhir ini dia memang selalu bangun kesiangan
aja.”
Dona:
“Hmm, rasanya tidak mungkin Dika kesiangan terus menerus. Dia kan anak rajin,
bahkan dia selalu bangun sebelum azan subuh. Jangan-jangan Dika sedang ada
masalah tapi dia tidak ingin menceritakan pada kita?”
Wanda:
“Oh iya, aku juga tiba-tiba teringat. Tiga hari yang lalu sepulang sekolah,
ibuku bercerita kalau dia melihat Dika di pasar sedang membantu ibunya
berjualan. Bukankah hari itu hari di mana pertama kalinya Dika tidak masuk
sekolah?”
Ali:
“Sebaiknya, sepulang sekolah nanti kita mendatangi rumahnya untuk mengetahui
apa yang sebenarnya terjadi pada Dika.”
Wanda,
Harry, Mella, dan Dona setuju dengan usulan Ali. Sore harinya mereka berkumpul
dan berangkat bersama menuju rumah Dika. Di sana mereka menemukan Dika sedang
merapikan barang dagangan ibunya.
Dika:
“Teman-teman ada apa ya? Kok tumben kalian mendadak kemari? Sini masuk dan duduk
dahulu.”
Dona:
“Gapapa, Dik. Kami cuma mau memastikan alasan kenapa kamu tidak masuk sekolah
selama tiga hari belakangan ini. Karena kami semua tahu bahwa kamu sahabat kami
yang paling rajin dan kami curiga kalau kamu sedang ada masalah.”
Ali:
“Iya, Dik. Sebaiknya kamu menceritakan semuanya kepada kami apa masalahmu
sebenarnya, Dik. Supaya kami juga bisa sedikit membantu kamu.”
Dika:
“Maaf ya sebelumnya teman-teman, bukannya aku enggan cerita. Tapi aku malu dan
tidak ingin menyusahkan kalian. Sekarang aku harus bekerja membantu Ibu untuk
meringankan biaya sekolah. Dan sepertinya aku terancam tidak bisa membayar uang
SPP. Aku juga merasa kasihan melihat Ibu bekerja sendiri.”
Mella:
“Kalau begitu besok sore kami akan membantu berkeliling menjualkan sebagian
daganganmu. Bagaimana teman-teman?”
Harry:
“Iya boleh, setuju!”
Wanda:
“Ibuku sering membeli dagangan Ibumu karena ikan dan sayurnya selalu segar.
Jajanan pasarnya juga lezat. Nanti aku coba tanyakan pada Ibu ya sekalian
menawarkan jajanan ibumu kepada teman-teman arisannya.”
Dika:
“Terima kasih ya, sahabat-sahabatku. Kalian memang teman terbaik yang pernah
aku miliki.”
Contoh 3 – Naskah Drama tentang Persahabatan
Suatu hari di sebuah kelas di SMA Negeri 1 Jakarta sedang menggelar ujian semester pelajaran Matematika.
Dalam kelas tersebut ada sekelompok siswa-siswi yang sudah bersahabat lama. Mereka adalah Andra, Biru, Badru, Rina, dan Sinta.
Sesaat setelah ujian dimulai, kebanyakan dari mereka merasa kebingungan untuk menyelesaikan semua soal.
Akhirnya, kebanyakan dari mereka memilih untuk bekerja sama menyelesaikan seluruh soal matematika tersebut.
Badru:
“Rin, soal nomor 2 dan 3 sudah diisi? Kalo udah, bagi dong jawabannya! Bingung
nih ngisi paan.”
Rina:
“B dan D, ya Ru.”
Sinta:
“Kalau nomor 10, 11 dan 12 jawabannya apa Ru? Share dong.”
Badru:
“10 A, 11 C, nomor 12 tanya yang lain saja, aku juga belum ngisi nih.”
Andra:
“Eh gaes jangan terlalu berisik, nanti guru kita dengar.”
Mereka
pun asyik saling menyontek. Berbeda dengan Biru yang tampak santai saja menjawab
soal demi soal Matematika tersebut. Sontak, Badru pun akhirnya menegur Biru.
Badru:
“Santai benar Bir, emang sudah selesai semuanya?”
Biru:
“Belum nih, tinggal satu soal lagi nih Ru, agak susah soalnya.”
Badru:
“Wah keren kamu, Bir. Bagi dong jawaban nomor 15 dan 16, bingung nih ngisi
paan.”
Biru:
“Waduh maaf ya, Ru. Bukannya pelit, tapi aku emang ngga bisa ngasih. Sorry ya.”
Badru:
“Ah kamu gitu banget, nggak seru ah. Katanya sahabat.”
Rina:
“Ayo dong, Bir. Saling tolong menolong.”
Andra:
“Kamu yang paling encer otaknya di antara kita semua, jadi kami mengandalkan
kamu.”
Biru:
“Saya maunya kita semua saling membantu sebagai sahabat. Tapi bukan dalam
situasi seperti ini. Nyontek kan bukan suatu hal yang baik. Sekali lagi sorry
ya teman-teman, aku belum bisa bantu.”
Sinta:
“Sekali ini aja Bir bantu kami, darurat ini! Males banget kalau harus remedial.”
Rina:
“Ayolah Bir, tolong sekali ini aja bantu kami.”
Biru:
“Sekali lagi aku minta maaf ya teman-teman. Maaf, aku belum bisa bantu.”
Andra
pun akhirnya mengungkapkan kekesalannya pada Biru. Ia tidak menyangka
sahabatnya itu enggan membantu.
Andra:
“Oke Bir, gpp. Terserah kamu lah. Kami cukup tahu saja. Semoga nilaimu sempurna,
ya.”
Badru:
“Ya sudah teman-teman, daripada pusing mending kita buka buku saja, yuk.”
Aksi
curang Badru pun membuahkan hasil. Badru tampak bisa menyelesaikan beberapa
soal setelah berhasil membuka buku Matematika yang ditaruh di laci mejanya.
Sinta:
“Gimana Ru, udah dapat belum jawabannya?”
Badru:
“Iya udah kok. Ini sudah beberapa ketemu jawabannya. 12 D, 13 B, 14 A, 15 C, 16
C.”
Badru
yang terlalu bersemangat membagikan jawaban itu tak sadar bahwa suaranya begitu
keras dan terdengar langsung oleh beberapa temannya yang lain. Buruknya lagi,
suara ternyata juga terdengar ke telinga gurunya.
Guru:
“Aduh kalian ini, tidak ada henti-hentinya membuat onar. Sekarang kumpulkan
lembar jawaban kalian sekarang. Setelah itu, segera langsung ke luar kelas. Berdiri
dan hormat ke tiang bendera sampai jam pulang sekolah!”
Badru:
“Hahhh. Baru kali ini aku harus dihukum seperti ini cuma gara-gara menyontek.”
Sinta:
“Iya nih. Mungkin ini juga teguran buat kita supaya besok-besok ngga nyontek
lagi.”
Andra
dan Rina: “Mungkin kamu ada benarnya juga, Ta. Ya sudahlah, kita jalani saja dulu
hukuman ini baru mikir kedepannya.”
Biru
yang tidak ikut menyontek bersama teman-temannya pun ikut mengumpulkan
jawabannya dan bergegas keluar kelas. Ia pun ikut berdiri menjalani hukuman
bersama keempat sahabatnya.
Rina:
“Loh kok? Kamu kenapa Bir di sini? kamu kan tidak menyontek bareng kita?”
Bidu:
“Gapapa, aku juga ingin merasakan hukuman yang kalian rasakan. Kan kita
sahabatan. Senang bareng-bareng, susah juga bareng.”
Sinta:
“Oke, gaes. Semoga ini menjadi yang pertama dan yang terakhir buat kita semua
merasakan hukuman dari guru gara-gara nyonyek ya.”
Rina:
“Iya, jangan diulangi lagi dek. Pegel nih kaki, mana panas lagi.”
Andre: “Gapapa, ambil hikmahnya aja dulu. Yang penting kita sadar bahwa kita selalu bersama apapun keadaannya!”
Contoh 4 – Naskah Drama tentang Persahabatan
Di suatu sekolah sedang diadakan pertandingan sepak bola antar kelas. Kali ini yang bertanding adalah kelas XII IPS 2 dan XII IPS 3.
Dalam pertandingan tersebut, sekelompok genk yang sudah lama bersahabatan harus menjadi lawan. Mereka yakni Ari, Boni, Chandra, Dedy dan Egga.
Ari, Boni, Chandra membela tim XII IPS 2, sedangkan Dedy dan Egga membela XII IPS 3. Di antara mereka, Ari lah yang paling berbakat bermain bola.
Bahkan, ia kerap dijuluki sebagai mesin gol dari timnya. Namun, kali ini ia tengah dilanda kegalauan karena harus membobol gawang yang dijaga oleh temannya sendiri, Egga.
Ari:
“Kemarin Egga minta supaya aku tidak bermain dengan kekuatan penuh hari ini.
Agar gawangnya tidak sampai kebobolan.”
Beni:
“Wah kok gitu, ri? Dalam olahraga bukannya kita harus menjunjung tinggi
sportivitas?”
Chandra:
“Udah cuekin saja ri. Saya tahu kita sahabatan, tapi itu kan di luar lapangan.”
Ari:
“Oke deh. Semoga Egga dan Dedy mau mengerti ya”
Laga
pun dimulai. Kemudian di menit ke-10, Ari membobol gawang yang dijaga Egga. Wajah
Ega pun tampak mulai masam.
Daud:
“Ga, kok itu si Ari mainnya maksimal banget. Apa sudah kamu bilangin dia?”
Ega:
“Sudah Ud, entah kenapa tuh mereka. Tidak hanya Ari, Boni dan Chandra juga
mainnya semangat banget.”
Gol
demi gol pun kembali dicetak. Sehingga laga sepak bola tersebut akhirnya berakhir
dengan skor 4-0 untuk kemenangan XII IPS 2. Selesai pertandingan, mereka
berlima berkumpul di tempat biasa. Tempat favorit mereka berkumpul setiap
pulang sekolah.
Ega:
“Parah kamu, Ri. Kok tega banget mempermalukan aku sampai kebobolan 4 gol.”
Ari:
“Wah, gimana dong ga. Biar bagaimana pun
sportivitas harus dijunjung tinggi dong hahaha.”
Deddy:
“Kita kan sahabatan sudah lama ri, masa tega gitu sih. Kalau kamu tidak
terus-terusan membobol gawang Egga, pertandingan tadi bisa saja imbang 1-1 kan
tadi.”
Beni:
“Saya paham kita sahabatan, tapi benar kata Aji. Kalau kita tidak bermain
sportif, itu artinya kita mengkhianati semua orang.”
Ega:
“Tapi iya Ded, ada benarnya juga yang dikatakan mereka. Kita akan mengkhianati
olahraga kalau tidak menjunjung sportivitas. Ya sudah, saya minta maaf ya Ri, Bon,
Dra.”
Chandra:
“Iya sama-sama. Intinya kita tetap sahabatan. Kita hanya menjadi lawan saat di
tengah lapangan saja.”
Ari:
“Nah gitu dong. Ya udah, pada lapar kan kalian? Main ke rumah saya yuk, Ibu
saya masak banyak katanya.”
Mereka pun menuju rumah Ari dengan penuh sukacita. Sportivitas dijunjung tinggi, dan persahabatan pun tetap terjaga.
Contoh 5 – Naskah Drama tentang Persahabatan
Kisah ini terjadi di sebuah sekolah menengah pertama bernama SNM Negeri 1 Tunas Bangsa.
Di sekolah tersebut, ada sekelompok siswa yang sudah berteman sangat lama. Mereka pun menamakan diri mereka sebagai 3BG.
Di
sebuah kelas, sudah ada susunan kursi dan meja yang tertata rapi namun kelas
tersebut tiba-tiba rusuh yang disebabkan oleh salah satu anggota 3BG.
Alwi:
“Kenapa ya, kok bisa pertemanan 3BG itu begitu erat? Kepengen sekali aku ngeliat
pertemanan mereka tiba-tiba tidak akur lagi. Tapi gimana ya caranya? (diam
sambil memikirkan sesuatu)
Alwi:
“Ah, aku punya ide! Aku curi aja dompetnya Andin, terus aku Taruh aja di tasnya
Aulia. Nanti pasti Andin dan Audy akan menuduh Aulia yang mencuri dompet Andin
diam-diam.”
Tak
lama, anggota 3BG pun serentak masuk ke dalam kelas sambil tertawa-tawa.
Andin:
(membuka tasnya dan terlihat sedang mencari sesuatu sambil memasang raut wajah
gelisah)
Audy:
“Kenapa, Din? Kok kayaknya gelisah banget?”
Andin:
“Iya nih, kok dompetku ngga ada ya? Padahal tadi aku ingat kok nyimpennya di
dalam tas.”
Aulia:
“Lah, Ndin? Kok bisa hilang, mungkin tinggal di rumah kali?”
Andin:
“Nggak mungkin, tadi aku inget bener kok dompetnya udah aku masukkan ke dalam
tas.”
(Tiba-tiba
Alwi memotong pembicaraan mereka dan berlagak sok tahu)
Alwi:
“Lagi pada nyariin dompet Andin ya? Aku tahu dimana dompetmu, Ndin. Ada yang nyuri, tadi ngga sengaja kepergok
sama aku.”
Andin:
“Yang bener Al? Emangnya siapa Al yang ngambilin dompetku?”
Alwi:
“Itu tadi si Aulia yang ngambil dompetmu di dalam tas itu.”
Audy:
“Yaaa nggak mungkinlah dia lah, Al. Kamu jadi orang jangan asal nuduh gitu deh.”
Alwi:
“Ya sudah kalau kamu nggak percaya, coba deh kamu geledah tasnya Aulia.”
Andin:
“Maafkan aku ya, Lia. Aku harus menggeledah tas kamu ni untuk ngebuktiin omong
kosongnya Alwi.”
Aulia:
“Gpp kok, Ndin. Periksa aja nih tasku.” (Andin dan Audy menggeledah tas Aulia
dan beberapa tak lama dompet Andin pun ditemukan di atasnya Aulia)
Alwi:
“Nah, kan bener kataku! Aulia si miskin itu kan yang ngambil dompetmu?!”
Andin:
“Kok kamu sih, Aul. Kalau kamu butuh uang kamu tinggal bilang aja, bukan begini
caranya. Selama kami selalu membantu kamu, tapi kamu kok tega banget.”
Aulia:
“Lah, Ndin. Tapi bukan aku yang ngambil dompetmu. Aku aja bingung kenapa
dompetmu bisa di tasku.”
Alwi:
“Terus kamu mau nuduh aku yang mencurinya? Jelas-jelas dompet Andin ada ditas
kamukan?”
Audy:
“Dasar, sudah dikasih hati malah minta jantung.”
Andin:
“Mulai saat ini kita tidak usah berteman lagi.”
Nah, itu tadi beberapa contoh naskah drama tentang persahabatan yang bisa Mamikos bagikan untuk kamu.
Semoga contoh naskah drama tentang persahabatan di atas bisa menjadi inspirasi kamu dalam menulis naskah drama sendiri, ya!
Jika kamu ingin mencari contoh naskah drama dengan tema menarik lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: