Contoh Teks Editorial tentang Sosial beserta Strukturnya Lengkap dalam Bahasa Indonesia

Contoh Teks Editorial tentang Sosial beserta Strukturnya Lengkap dalam Bahasa Indonesia – Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa akan diajak untuk mengenal contoh teks editorial beserta strukturnya.

Pasalnya dengan melihat contoh, siswa akan lebih cepat memahami bagaimana cara membuat dan mengenal bentuk teks editorial.

Nah, dalam artikel ini kamu bisa temukan beberapa contoh teks editorial tentang sosial lengkap dengan strukturnya.

Berikut Kumpulan Contoh Teks Editorial Tentang Sosial Beserta Strukturnya

unsplash.com/@chesterfordhouse

Sering
juga disebut teks opini, teks editorial isinya dapat berupa sindiran, dukungan,
pujian, ataupun kritik. Kamu bisa menemukan contoh teks editorial dengan mudah di
media massa, baik media cetak maupun online.

Membaca teks editorial dapat melatih kamu cara berpikir kritis, serta mendorong untuk lebih bijak lagi dalam menanggapi suatu berita.

Dengan menyimak berbagai opini, kamu juga berlatih untuk melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.

Pada artikel kali ini, kamu akan diajak untuk membaca contoh teks editorial. Dengan membaca contohnya, maka kamu bisa lebih mudah memahami teks editorial.

Berikut adalah beberapa contoh teks editorial bertemakan sosial yang bisa kamu jadikan sebagai bahan bacaan.

Apa
itu Teks Editorial?

Sebelum kita melihat contoh teks editorial, tentu kamu harus memahami terlebih dahulu pengertian dari teks editorial itu sendiri.

Teks editorial adalah teks berupa opini atau argumentasi yang ditulis dengan karangan yang berisi sejumlah permasalahan aktual di masyarakat.

Umumnya, teks editorial bersifat aktual yang berisikan analisis subjektif berdasarkan fakta dan data.

Jenis teks satu ini dapat berupa esai, ulasan, komentar, pendapat, atau tinjauan.

Editorial dapat ditulis dengan berbagai tujuan, misalnya mengkritik, memuji, mengajarkan, membela, atau sekadar menampilkan masalah untuk dipikirkan oleh masyarakat.

Ciri-ciri
Teks Editorial

Teks editorial dapat dengan mudah dikenali oleh para jurnalis media cetak dan online, namun bagi masyarakat umum belum tentu dapat membedakan jenis teks ini dengan jenis teks lainnya.

Untuk memudahkan kamu mengenali teks editorial, berikut ciri-ciri teks editorial yang penting untuk diketahui.

1.
Bersifat Aktual dan Faktual

Teks editorial bersifat up to date karena berisikan tentang berita terkini dan juga peristiwa yang baru saja terjadi, atau sedang terjadi.

Isi teks editorial juga sudah sesuai dengan fakta yang ada demi menyampaikan informasi terbaru kepada masyarakat luas.

2.
Argumentatif

Teks
editorial bertujuan untuk memberikan pendapat tentang suatu kebenaran dan
membuktikan lewat data dan meyakinkan pembaca akan hal tersebut.

3.
Bersifat Subjektif

Setiap media tentu memiliki pandangan yang berbeda akan suatu hal atau peristiwa.

Oleh sebab itu, teks editorial tersebut dapat menggambarkan sebuah perspektif pembahasan yang disajikan untuk masyarakat sesuai dengan media itu sendiri.

Jenis
dan Struktur Teks Editorial

Dikenal
juga sebagai tajuk rencana, teks editorial terbagi menjadi 3 jenis. Berikut
penjelasan lengkapnya.

  • Controversial Editorial: jenis teks editorial ini membuat masyarakat yakin akan suatu isu. Penulis tidak setuju dengan argumen lain selain keyakinan dirinya.
  • Interpretative Editorial: membaca jenis teks editorial dapat menambah wawasan dan pengetahuan karena berisikan fakta-fakta, dan penjelasan isu.
  • Explanatory Editorial: jenis teks editorial ini dapat mendorong pembaca untuk merespon akan isu kepentingan tertentu.

Meskipun
setiap jenis teks editorial memiliki tujuan dan isi tertentu yang berbeda-beda.
Namun pastinya jenis teks satu ini memiliki struktur yang pasti, yakni:

  • Pengenalan isu: menjadi pembukaan teks, dengan menceritakan peristiwanya.
  • Argumentasi: menyampaikan pembahasan yang berisi tentang pendapat redaksi.
  • Penegasan: bagian teks ini memuat kesimpulan, saran, dan kritik mengenai sebuah isu.

Contoh
Teks Editorial dan Strukturnya

Agar kamu lebih mudah mengenal dan memahami teks editorial, berikut ada dua contoh teks editorial bertemakan kehidupan sosial lengkap dengan strukturnya.

Contoh
1 Teks Editorial

Judul:
Hak Atas Udara Bersih

Pengenalan isu:

Dari hari ke hari, mutu udara di Jakarta kian memprihatinkan. Berdasarkan data laman IQAir, kemarin, indeks kualitas udara di Ibu Kota tercatat di angka 171. Mutu udara Jakarta itu termasuk terburuk di dunia.

Ini didominasi dengan polutan utamanya yakni PM 2.5 dengan level konsentrasi 91µg/m³. Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini 18,2 kali lebih besar daripada nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.

Angka tersebut hanya lebih baik dari Kota Kampala, Uganda, yang memiliki indeks 187, atau kota yang memiliki mutu udara terburuk di dunia. Itu artinya udara Jakarta sudah sangat tidak sehat.

Argumentasi:

Sangat buruknya polusi udara di Jakarta berharga mahal. Beban ongkos medis yang harus dibayar oleh masyarakat Jakarta akibat polusi udara pada tahun ini, menurut temuan Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), diperkirakan bisa lebih dari Rp60 triliun. Buat pemerintah pusat, kerugian ini bisa lebih besar lagi sebab kualitas udara di Jakarta diperkirakan makin buruk. Itu baru Jakarta.

Belum lagi daerah-daerah penyangga seperti Depok, Tangerang, dan Bogor, serta kota-kota di Indonesia lainnya yang terus menunjukkan situasi serupa.

Meski udara terus memburuk, pemerintah belum menemukan solusi jitu untuk menanganinya. Bahkan menemukan penyebabnya pun belum. Baik instansi pusat maupun daerah belum seragam tentang penyebabnya.

Jika melihat data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), penyumbang utama pencemaran udara di Indonesia ialah sektor transportasi dengan porsi 44%, disusul sektor industri 31%.

Dugaan sektor transportasi memberikan andil yang cukup besar terhadap kualitas udara Jakarta juga terkonfirmasi dari pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) sektor transportasi di Ibu Kota yang tumbuh paling tinggi mencapai 18,1% pada kuartal II 2023.

Sektor transportasi sebagai biang kerok polusi udara Ibu Kota tentu makin mengkhawatirkan mengingat tingginya pertumbuhan populasi kendaraan bermotor berbasis fosil di Jakarta.

Dalam lima tahun terakhir, populasi mobil penumpang di Jakarta meningkat hingga 15,5% menjadi 4,13 juta kendaraan. Adapun populasi sepeda motor meningkat hingga 27,8% menjadi 19,22 juta kendaraan.

Penegasan ulang:

Artinya, dengan rata-rata konsumsi BBM di Jakarta untuk motor sebesar 0,92 liter per hari dan mobil 3,9 liter per hari, total konsumsi BBM di Jakarta bisa mencapai 17,8 juta liter per hari untuk seluruh populasi motor dan 16,2 juta liter per hari untuk seluruh populasi mobil.

Tidak ada cara lain yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi makin parahnya polusi udara Jakarta.

Pemerintah harus bertindak nyata dengan menertibkan pabrik atau industri pencemar udara, menghentikan penjualan bahan bakar bertimbel (premium 88, pertalite 90, solar 48, dan dexlite), membatasi penggunaan kendaraan pribadi, dan mendorong masyarakat menggunakan transportasi umum.

Pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus menyikapi kedaruratan pencemaran udara ini dengan tindakan nyata. Jangan saling menyalahkan demi ego sektoral. Payung hukum untuk menciptakan lingkungan dan udara yang bersih sudah ada.

Tinggal tiap-tiap pihak bekerja sungguh-sungguh untuk mengatasi masalah yang bisa menciptakan krisis kesehatan masyarakat ini. Masyarakat pun harus berani menggugat pemerintah. Masyarakat berhak atas udara yang bersih.

(Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/3140-hak-atas-udara-bersih)

Contoh
2 Teks Editorial

Judul:
Produk Lokal Terpental

Pengenalan isu:

Upaya  pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri dalam berbagai proyek yang dananya bersumber dari APBN sepertinya menghadapi tantangan. Dari rencana umum pengadaan tahun ini sekitar Rp1.100 triliun hingga lebih dari satu semester transaksinya baru mencapai Rp387 triliun.

Artinya dalam sisa 5 bulan terakhir selama tahun ini, kementerian/lembaga (K/L) harus bisa melakukan transaksi hampir Rp800 triliun dari 5,3 juta paket pengadaan pemerintah. Sebuah angka yang benar-benar fantastis.

Pemerintah melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) pun mendorong agar pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan usaha milik negara (BUMN) dapat memacu belanja produk dalam negeri (PDN) di beragam sektor.

Salah satunya melalui sinergi dengan Kementerian Keuangan RI, Kementerian Hukum dan HAM RI, serta Kadin melalui kegiatan temu bisnis serta ICEF (Indonesia Catalogue Expo dan Forum) 2023.

Melalui acara tersebut diharapkan 95% penggunaan belanja PDN dari total belanja yang mencapai Rp1.112,5 triliun dapat terwujud.

Di satu sisi, ide pemerintah untuk menghabiskan Rp800 triliun lebih untuk membeli produk lokal demi kegiatan pembangunan perlu diapresiasi. Terserapnya dana tersebut untuk industri lokal, baik mikro, kecil, menengah, maupun besar sudah tentu akan menggerakkan perekonomian nasional dan bisa menambah jumlah pekerja di dalam negeri.

Argumentasi:

Pertanyaan yang kemudian muncul di benak publik apakah target pemerintah tidak terlalu tinggi di tengah keterbatasan kualitas dan kapasitas produksi di dalam negeri.

Apalagi, pemerintah juga memberlakukan kebijakan sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar produknya masuk ke kategori produksi lokal dan bisa ditawarkan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah.

Berdasarkan website Pusat Peningkatan Produksi Dalam Negeri Kementerian Perindustrian, saat ini terdapat sekitar 16.325 nomor sertifikat TKDN yang terdata.

Angka ini tentu sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah produk yang tercatat di katalog-E LKPP yang sudah mencapai 5,6 juta produk.

Angka tersebut sekaligus menunjukkan apabila target pemerintah untuk menggunakan PDN dalam pengadaan pemerintah mungkin tidak realistis.

Mungkin untuk sejumlah produk lokal untuk proyek pembangunan jalan, kebijakan penggunaan PDN yang sudah tesertifikasi TKDN sangat masuk akal. Pasalnya, produk ataupun keahlian di sektor tersebut sudah banyak tersedia di pasar dalam negeri dan tidak perlu impor.

Namun, bagaimana dengan produk dengan teknologi tinggi untuk kebutuhan proyek seperti moda raya terpadu (MRT) dan kereta cepat Jakarta Bandung yang membutuhkan pengetahuan tinggi untuk mengoperasikannya.

Sementara saat ini Indonesia belum bisa menyediakan produk ataupun tenaga kerja ahli dengan spesifikasi tersebut. Tentu menjadi kerumitan tersendiri.

Kita tentu masih ingat kejadian beberapa waktu lalu terkait pengadaan kereta rel listrik (KRL) untuk menambah armada rute commuter line Jabodetabek.

Awalnya pemerintah begitu ngotot ingin memberdayakan produk lokal dalam pengadaan KRL dan menolak impor KRL bekas ataupun baru demi aturan TKDN.

Kenyataannya industri dalam negeri tidak mampu memenuhi permintaan tersebut dalam waktu singkat karena keterbatasan kapasitas.

Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk mengimpor unit KRL baru dari Jepang. Ini tentu tidak konsisten dengan kebijakan pemerintah sendiri.

Penegasan ulang:

Jangan sampai pemaksaan pemberlakuan TKDN secara terburu-buru untuk pengadaan proyek APBN menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri.

Dengan ngotot memberlakukan TKDN tanpa menghitung kapasitas, kualitas, dan value for money (efisiensi) justru menghambat efektivitas pembangunan nasional.

Pemerintah sebaiknya menyusun peta jalan (road map) yang lebih realistis untuk merealisasikan peningkatan penggunaan produk dalam negeri secara gradual demi memenuhi target 95% pada tahun tertentu.

Apalagi, Indonesia sebenarnya sudah memiliki Undang-Undang No 3/2014 tentang Perindustrian yang mengatur penggunaan PDN.

Jadi, tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan. Keinginan pemerintah agar produk lokal terserap dalam belanja kementerian/lembaga membutuhkan keberpihakan secara nyata, bukan lips service.

Selain payung hukum yang tegas agar produk dalam negeri dibeli oleh kementerian/lembaga, kegemaran importasi harus dikurangi, dan penguatan kapasitas dan kualitas harus ditingkatkan. Produk dalam negeri harus benar-benar menjadi tuan di negeri sendiri.

(Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/3104-produk-lokal-terpental)

Penutup

Nah, di atas tadi adalah beberapa contoh teks editorial tentang sosial lengkap dengan strukturnya yang bisa Mamikos bagikan. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat ya untuk kamu.

Buat kamu yang ingin mengulik informasi seputar jenis teks lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta