7 Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara beserta Penjelasannya Lengkap
7 Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara beserta Penjelasannya Lengkap – Ketika kita membuka lembaran sejarah, Tarumanagara muncul sebagai bagian penting dari masa silam Indonesia.
Dengan sumber-sumber sejarah yang memberikan cahaya pada kehidupan dan peristiwa pada masa itu, kita dapat mengenali kerajaan ini sebagai salah satu pusat peradaban yang memancarkan kejayaannya di abad ke-5 hingga ke-7 Masehi.
Yuk, pelajari bagaimana Kerajaan Tarumanagara tidak hanya sebagai suatu entitas bersejarah, tetapi juga sebagai pusat peradaban pada zamannya!
Kerajaan Tarumanagara
Daftar Isi
Daftar Isi
Tarumanagara, yang juga dikenal sebagai Kerajaan Taruma, dapat dianggap sebagai salah satu entitas paling kuno di wilayah Nusantara, menempati posisi kedua setelah Kerajaan Kutai dalam catatan sejarah.
Keberadaannya terbukti melalui temuan arkeologis yang memberikan gambaran mendalam tentang perjalanan dan kejayaan kerajaan ini.
Wilayah kekuasaannya membentang di sebagian besar wilayah barat pulau Jawa, mencakup periode signifikan dari abad ke-5 hingga abad ke-7 Masehi.
Melalui keberadaannya yang kuat dan berpengaruh, Kerajaan Tarumanagara menggambarkan bagaimana kekayaan sejarah dan warisan budaya menjadi pondasi penting dalam pembentukan identitas dan perjalanan peradaban di Nusantara pada masa lalu.
Kerajaan Tarumanagara mengalami perkembangan pesat di bawah pemerintahan rajanya yang bernama Purnawarman.
Salah satu bukti otentik yang sangat penting untuk memahami eksistensi kerajaan ini adalah prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh sang raja.
Sehubungan dengan Kerajaan Tarumanagara, tercatat tujuh prasasti yang berasal dari masa pemerintahan Purnawarman, antara lain Prasasti Ciaruteun, Prasasti Pasir Koleangkak, Prasasti Kebonkopi.
Selain itu ada pula Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten, dan Prasasti Cidanghiang.
Pesebaran prasasti ini memberikan gambaran luasnya pengaruh kekuasaan Kerajaan Tarumanagara pada masa Purnawarman.
Wilayah kekuasaannya mencakup sebagian besar Jawa
bagian barat, mulai dari Kabupaten Pandeglang dan Tangerang di bagian barat,
Kabupaten Bogor di selatan, hingga daerah Jakarta di utara, serta Bekasi dan
Karawang di bagian timur.
Menariknya, dari tujuh prasasti tersebut, lima di
antaranya ditemukan di kawasan hulu Ci Sadane yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Bogor.
Dari prasasti-prasasti ini, tergambar dengan jelas
bahwa Raja Purnawarman adalah sosok pemimpin yang gagah, berani, penuh
kejayaan, dan berkuasa.
Tiga dari lima prasasti yang dapat dibaca
menunjukkan bahwa Tarumanagara, di bawah kepemimpinan Purnawarman, berhasil
menguasai dengan tegas daerah tersebut.
Inilah salah satu jejak sejarah yang menghidupkan
kembali keberanian dan kejayaan Kerajaan Tarumanagara pada masa lalu.
Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara
1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun, yang berasal dari masa Kerajaan Tarumanagara pada sekitar abad V Masehi, membawa sejumlah informasi berharga terkait sejarah dan kekuasaan raja pada masa itu.
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara ini secara mencolok menampilkan tapak kaki Raja Purnawarman sebagai tanda pengenalnya.
Lokasi penemuan prasasti ini berada di tepi sungai Ciaruteun, anak sungai dari Ci Sadane di Bogor.
Terbuat dari batu andesit dan diukir
dengan huruf Pallawa berbahasa Sanskerta, prasasti ini memuat puisi India yang
terstruktur dalam irama anustubh, terdiri dari empat baris.
Menurut pembacaan oleh Poerbatjaraka,
isi prasasti mencirikan bekas dua kaki yang mirip kaki dewa Wisnu, sebagai
milik Sang Purnawarman, raja gagah berani di negeri Taruma.
Prasasti Ciaruteun, yang sering disebut juga
sebagai Prasasti Ciampea, ditempatkan di tepi sungai Ciaruteun pada awalnya.
Namun, pada tahun 1981, pemerintah mengambil
langkah-langkah untuk melindunginya dari bahaya banjir dan potensi kerusakan
dengan memindahkannya ke lokasi baru di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir
melalui upaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara ini menjadi peninggalan berharga yang tidak hanya mencerminkan keindahan seni ukir dan ketajaman tulisan pada masa Kerajaan Tarumanagara, tetapi juga berfungsi sebagai simbol kekuasaan raja atas wilayah di mana prasasti ini ditemukan.
Melalui Prasasti Ciaruteun, kita
dapat mengintip jejak kejayaan dan keberanian Raja Purnawarman serta
mendapatkan wawasan yang kaya akan sejarah kerajaan tersebut.
2. Prasasti Pasir
Koleangkak
Prasasti Pasir Koleangkak, yang juga dikenal sebagai Prasasti Jambu, adalah satu dari tujuh prasasti yang menjadi warisan dari Kerajaan Tarumanagara.
Terukir dengan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta, prasasti ini ditemukan di wilayah Kabupaten Bogor dan diterbitkan selama masa pemerintahan Raja Purnawarman.
Isi dari sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara
ini terdiri dari dua baris aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka
bahasa Sanskerta dengan metrum Sragdhara.
Di bagian atas tulisan, terdapat
pahatan gambar sepasang telapak kaki, menegaskan keberadaan Raja Purnawarman
dengan begitu megah.
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara
berupa Prasasti Pasir Koleangkak memberikan indikasi kuat mengenai keangkuhan
Raja Purnawarman, dan dugaan bahwa prasasti ini diterbitkan untuk memperingati
penaklukan wilayah di sebelah barat Pulau Jawa.
3. Prasasti Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi I, yang juga dikenal sebagai Prasasti Tapak Gajah, merupakan artefak bersejarah yang menyiratkan keberadaan Kerajaan Tarumanagara.
Penemuan sumber
sejarah Kerajaan Tarumanagara ini terjadi di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, pada
abad ke-19, saat hutan di daerah tersebut ditebang untuk perkebunan kopi.
Tempat
penemuannya memiliki koordinat 106°41’25,2″ Bujur Timur dan
06°31’39,9″ Lintang Selatan, serta ketinggian 320 m di atas permukaan
laut.
Prasasti
Kebonkopi I menghadirkan pahatan tapak kaki gajah, diperkirakan sebagai
tunggangan Raja Purnawarman yang diidentifikasi dengan gajah Airawata,
kendaraan Dewa Indra.
Keberadaan sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara ini memiliki signifikansi penting dalam konteks sejarah Kerajaan Tarumanagara.
Sebagai
salah satu dari tiga prasasti penting di kawasan Ciaruteun bersama dengan
Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Muara Cianten, Prasasti Kebonkopi I memberikan
gambaran tentang kekayaan budaya dan kehidupan masyarakat pada masa itu.
Untuk menjaga nilai sejarahnya, prasasti ini telah diatur dan dilindungi dengan cungkup.
Meskipun terdapat Prasasti Kebonkopi II yang ditemukan sekitar 1 kilometer dari lokasi ini, sayangnya prasasti tersebut telah hilang dari catatan sejarah.
4. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu, merupakan satu dari sekian banyak peninggalan bersejarah yang dapat ditelusuri hingga ke Kerajaan Tarumanagara.
Cerita yang terkandung dalam prasasti ini membahas penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan Sungai Gomati oleh Raja Purnawarman, peristiwa yang terjadi pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.
Inisiatif untuk menggali kedua sungai tersebut
dipicu oleh keinginan untuk mengatasi ancaman bencana alam, baik dalam bentuk
banjir pada musim hujan maupun masalah kekeringan yang kerap muncul pada musim
kemarau.
Penemuan sumber sejarah Kerajaan
Tarumanagara Prasasti Tugu dilakukan di Kampung Batutumbuh, Tugu, Jakarta, dan
kini dijaga dengan cermat di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan
berbahasa Sanskerta, dengan metrum Anustubh yang membentuk lima baris
melingkar, mengikuti kontur permukaan batu.
Meskipun tanpa mencantumkan tanggal spesifik, prasasti ini diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi.
Keunikan Prasasti Tugu terletak pada pahatan tongkat dengan trisula di ujungnya, memberikan kesan sebagai pemisah antara awal dan akhir kalimat.
Isi dari sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara Prasasti Tugu tidak hanya berkisah tentang perintah penggalian sungai, tetapi juga memberikan informasi penting mengenai Sungai Candrabaga dan Gomati.
5. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi, yang juga dikenal sebagai Prasasti Cemperai, menjadi saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Tarumanagara yang kini kita telusuri.
Penemuan prasasti ini terjadi di lereng bukit Pasir Awi, lebih tepatnya di Desa Suka Makmur, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Bogor.
Bentuknya yang mengagumkan berupa batu alam dengan gambaran dahan, ranting, buah-buahan, dan dedaunan memperkaya warisan budaya yang kita temui.
Lebih menarik lagi, terdapat pahatan sepasang
telapak kaki pada batu prasasti ini yang diyakini sebagai tanda kehadiran Raja
Purnawarman.
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara
Prasasti Pasir Awi, yang ditulis dalam aksara Pallawa berbahasa Sanskerta
dengan huruf ikal yang masih menantang untuk dibaca, menawarkan sebuah misteri
yang belum terpecahkan.
Isi pasti dari prasasti ini masih belum dapat
dipastikan, namun diperkirakan membahas tentang keberhasilan Raja Purnawarman
dalam memperluas wilayah kekuasaannya.
Dalam pesonanya yang memikat, prasasti ini menjadi
jendela yang membuka pandangan kita pada sebuah era di mana kebesaran kerajaan
tercermin dalam seni dan bahasa yang terpahat di batu, menjadi jejak tak
terhapuskan dari perjalanan Kerajaan Tarumanagara.
6. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten, yang juga dikenal sebagai
Prasasti Pasir Muara, merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang
mengantarkan kita ke era Kerajaan Tarumanagara.
Lokasi penemuan sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara
ini berada di tepi sungai Cisadane, dekat Muara Cianten, terletak di Kampung
Pasirmuara, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbuang, Kabupaten Bogor.
Prasasti ini dibuat dengan
batu alami berukuran besar, dan dihiasi dengan goresan pahatan gambar
sulur-suluran atau ikal yang keluar dari umbi, menambahkan elemen seni dan
keindahan pada struktur batu.
Meskipun demikian, tulisan pada prasasti ini masih
menantang para ahli sejarah karena berbentuk ikal atau huruf sangkha, sehingga
belum dapat dibaca atau diartikan dengan pasti.
7. Prasasti Cidanghiang
Prasasti Cidanghiang, merupakan salah satu artefak
bersejarah yang menjadi saksi kejayaan Kerajaan Tarumanagara dan terletak di
sepanjang aliran Sungai Ci Danghiang, di Pandeglang, Banten.
Menggunakan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta
dengan huruf ikal yang menantang untuk dibaca, sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara
ini menawarkan pujian yang tulus kepada Raja Purnawarman sebagai panutan bagi
seluruh raja, memuji keberaniannya, keagungannya, dan keperwiraannya yang
sesungguhnya.
Toebagus Roesjan pertama kali melaporkan keberadaan
Prasasti Cidanghiang kepada Dinas Purbakala pada tahun 1947, namun baru
mendapatkan penelitian intensif pada tahun 1954.
Prasasti ini diukir pada
permukaan batu andesit dengan ukuran mencapai 3,2 x 2,25 meter, menggunakan
teknik pahatan yang menghasilkan goresan dengan kedalaman kurang dari 0,5 cm.
Hal ini menciptakan permukaan batu yang hampir rata dengan kehalusan yang sejajar dengan tulisan.
Dengan keindahan dan kelebihannya, Prasasti Cidanghiang menjadi jendela yang membuka cerita keberanian dan kehebatan Raja Purnawarman pada masa lalu.
Sebagai penanda sejarah yang menggambarkan kekuatan
dan kebesaran kerajaan, prasasti ini menjadi salah satu saksi penting dalam
menguak misteri masa lalu di wilayah Nusantara.
Penutup
Penelusuran sumber sejarah Kerajaan Tarumanagara mengenalkan kita pada warisan budaya yang mengesankan.
Melalui serangkaian bukti arkeologis dan catatan sejarah, kita memasuki dunia ketangguhan Raja Purnawarman dan kemegahan Kerajaan Tarumanagara.
Dengan memahami akar sejarah ini, kita tidak hanya mengenali kisah masa lampau, tetapi juga menghargai warisan budaya yang menjadi dasar identitas bangsa Indonesia yang kaya dan beragam.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: