Cara Menghitung PPN, Rumus Dan Contoh Kasus Pajak Pertambahan Nilai
Cara Menghitung PPN, Rumus Dan Contoh Kasus Pajak Pertambahan Nilai – Menjadi warga negara yang taat akan berbagai aturan dan hukum yang berlaku menjadi salah satu hal yang harus diusahakan oleh setiap orang. Di Indonesia ada berbagai aturan di berbagai bidang yang perlu diikuti oleh setiap warga negara Indonesia agar tatanan negara bisa lebih tertib.
Salah satu peraturan yang dibuat oleh negara untuk patuhi oleh seluruh warganya adalah aturan perpajakan.Setiap warga di bidang tertentu harus membayar sejumlah biaya pajak berdasarkan aturan dan tarif perpajakan yang berlaku.
Pendapatan negara yang diperoleh dari iuran pajak nantinya akan digunakan untuk berbagai kepentingan negara seperti pembangunan fasilitas umum hingga pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Cara Menghitung PPN
Daftar Isi
Daftar Isi
Ada berbagai jenis pajak yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan dan aturan yang ada, salah satunya adalah PPN atau pajak pertambahan nilai. Saat membahas PPN, hampir seluruh sektor usaha mengenal istilah pajak ini. PPN sendiri merupakan pajak yang dikenakan pada berbagai sektor yang berkaitan dengan kegiatan konsumtif masyarakat.
Subjek pajak yang telah menjadi wajib pajak memiliki kewajiban untuk membayar pajak sesuai dengan transaksi usaha yang dilakukannya. Wajib pajak PPN sendiri adalah seluruh masyarakat baik orang pribadi, badan, maupun pemerintah yang menjalankan usaha di Indonesia.
Sebagai wajib pajak, Anda tentu harus memahami cara menghitung PPN dengan tepat agar Anda bisa memenuhi kewajiban perpajakan Anda dengan sempurna.
Aturan PPN
Sebelum membahas mengenai cara perhitungan PPN, tentu Anda harus memahami terlebih dahulu beberapa informasi yang berkaitan dengan dunia pajak pertambahan nilai. Adapun beberapa informasi berkaitan dengan aturan PPN diantaranya :
1. Faktor yang Mempengaruhi PPN
Aturan yang membahas mengenai PPN sendiri telah mengalami beberapa kali pembaharuan sehingga subjek pajak dinilai perlu untuk terus mengikuti setiap informasi yang ada agar bisa memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan keharusan. Dalam perhitungan PPN, ada beberapa faktor yang dinilai bisa mempengaruhi nilai PPN yang harus dibayar.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi proses penghitungan PPN diantaranya :
- BKP / JKP
- Objek PPN
- Subjek PPN
Faktor-faktor diatas pada dasarnya merupakan faktor umum yang mempengaruhi setiap aturan pajak di Indonesia. Ketiga faktor diatas dinilai memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses penghitungan pajak pertambahan nilai atas barang atau jasa yang dimiliki.
2. Sektor yang Dikecualikan
Seperti diketahui bersama bahwa hampir setiap bidang usaha di Indonesia akan terikat oleh aturan dan keharusan membayar pajak termasuk PPN. Meski PPN pada dasarnya dikenakan pada setiap sektor usaha, namun ada beberapa sektor atau transaksi usaha yang dikecualikan dari aturan PPN diantaranya :
- Pertambangan atau Pengeboran
- Barang kebutuhan pokok
- Makanan yang disajikan di rumah makan atau restoran
- Emas batangan dan uang
- Jasa pelayanan medis
- Jasa pelayanan sosial
- Jasa keuangan dan asuransi
- Jasa pendidikan
Diantara seluruh sektor yang dikecualikan dari aturan PPN ini, saat ini timbul desas-desus mengenai rencana pemerintah untuk mengeluarkan sektor barang kebutuhan pokok atau sembako serta jasa pendidikan dari sektor yang dikecualikan.
Dengan adanya wacana ini maka ada kemungkinan jika kedua sektor ini nantinya juga harus membayar PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Rumus Perhitungan PPN
Setelah mengetahui berbagai informasi mengenai sektor usaha yang berkaitan dengan PPN, Anda juga tentu harus mengetahui rumus atau cara menghitung PPN yang benar sesuai dengan aturan perpajakan di Indonesia. Rumus menghitung PPN dapat diilustrasikan sebagai berikut :
PPN = Tarif PPN berlaku x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Pada dasarnya rumus untuk menghitung PPN sangat mudah, Anda hanya perlu mengalikan tarif PPN yang berlaku dengan nominal dasar pengenaan pajak (DPP) dari BKP atau JKP yang ada. Adapun tarif PPN yang berlaku saat ini di Indonesia adalah 10%.
Meski sedang muncul wacana untuk menaikkan tarif PPN menjadi 12%, namun wacana ini dinilai masih belum bisa dijadikan acuan karena belum diresmikan dalam undang-undang.
Maka dari itu, Anda hanya perlu berpatokan pada tarif PPN 10% untuk menghitung jumlah PPN yang harus Anda bayar.
Untuk lebih memahami cara menghitung PPN berdasarkan rumus yang telah disampaikan, ada baiknya jika Anda memahami terlebih dahulu cara menghitung DPP dari BKP atau JKP Anda. Dasar pengenaan pajak PPN sendiri terdiri dari :
- Harga Jual
- Harga Penggantian
- Nilai Impor
- Nilai Ekspor
- Nilai Lain
Diantara seluruh DPP PPN yang ada, dasar pengenaan pajak yang paling banyak digunakan di sektor usaha menengah adalah harga jual. Setelah mengetahui DPP PPN dari sektor usaha Anda, Anda bisa segera menghitung pajak pertambahan nilai dari setiap transaksi dalam sektor usaha Anda.
Contoh Kasus Perhitungan PPN
Meski mengetahui rumus dasar perhitungan PPN, namun ada beberapa kalangan yang masih bingung menentukan nominal PPN yang harus dibayarnya.
Untuk lebih memahami cara menghitung PPN secara lebih detail, Anda perlu memahami cara mengetahui nilai PPN keluaran dan PPN masukan hingga nilai PPN yang harus dibayar.
Berikut ini salah satu contoh kasus atau contoh perhitungan PPN yang bisa dijadikan ilustrasi untuk perhitungan PPN Anda.
Contoh Transaksi 1 :
CV. Sejahtera Sentosa yang bergerak di bidang penjualan retail smartphone menjual 1 unit smartphone merek AUI seharga Rp. 2.450.000 termasuk PPN.
Perhitungan PPN :
Contoh transaksi pertama dibuat agar Anda bisa lebih memahami cara menghitung PPN secara dasar. Untuk mengetahui nilai PPN dari transaksi pertama, Anda harus mengetahui terlebih dahulu nilai DPP dari harga jual smartphone tersebut.
Dalam transaksi diatas tercatat bahwa harga jual smartphone tersebut sudah termasuk PPN sesuai tarif yang berlaku yaitu 10%. Hal ini berarti nilai jual diatas merupakan hasil pertambahan dari DPP dan PPN.
Untuk mengetahui PPN dari nilai diatas, Anda harus mengetahui nilai DPP terlebih dahulu menggunakan rumus berikut :
Harga Jual = DPP + PPN
Rp. 2.450.000 = DPP + (10% x DPP)
Rp. 2.450.000 = DPP + (0,1 x DPP
Rp. 2.450.000 = 1,1 DPP
DPP = Rp. 2.450.000 / 1,1
DPP = Rp. 2.227.272,73
Setelah mengetahui nilai DPP, Anda bisa menggunakan rumus perhitungan PPN yang sebelumnya dijelaskan untuk menghitung nilai PPN. Cara menghitung PPN dari transaksi diatas adalah sebagai berikut :
PPN = Tarif PPN x DPP
PPN = 10% x Rp. 2.227.272.73
PPN = Rp. 222.727,27
Dengan mengikuti perhitungan PPN sesuai yang dijelaskan, maka bisa diketahui bahwa nilai PPN dari harga jual Rp. 2.450.000 adalah senilai Rp. 222.727,27
Contoh Transaksi 2 :
CV. Sejahtera Sentosa yang bergerak di bidang penjualan retail smartphone membeli 1 unit smartphone merek AUI dengan harga Rp. 2.200.000 dan menjual unit smartphone tersebut seharga Rp. 2.450.000.
Perhitungan PPN yang Dibayar :
Dalam contoh transaksi pertama, Anda sudah bisa mengetahui nilai PPN dari sebuah barang. Namun terkadang nilai PPN sebuah barang tidak menggambarkan nilai PPN yang harus Anda bayar.
Untuk mengetahui nilai PPN yang harus dibayar, Anda juga harus menghitung nilai PPN dari harga beli BKP.
Harga jual pada transaksi pertama dan transaksi kedua dibuat dengan nominal yang sama sehingga Anda sudah mengetahui nilai dari PPN penjualan atau yang dikenal dengan istilah PPN keluaran dari transaksi kedua.
Langkah selanjutnya, Anda hanya perlu menghitung nilai PPN dari nilai pembelian dengan mencari DPP dari nilai tersebut terlebih dahulu. Berikut ini perhitungan DPP dari nilai pembelian contoh transaksi kedua :
Harga Beli = DPP + PPN
Rp. 2.200.000 = DPP + (10% x DPP)
Rp. 2.200.000 = DPP + (0,1 x DPP
Rp. 2.200.000 = 1,1 DPP
DPP = Rp. 2.200.000 / 1,1
DPP = Rp. 2.000.000
Dengan nilai DPP Rp. 2.000.000, maka dapat diketahui bahwa nilai PPN pembelian atau yang sering disebut PPN masukan dari harga beli tersebut adalah 10% dari DPP yaitu Rp. 200.000.
Setelah mengetahui nilai PPN masukan dan PPN keluaran, Anda bisa menghitung nilai PPN yang harus dibayar dengan rumus sebagai berikut :
PPN Bayar = PPN Keluaran – PPN Masukan
PPN Bayar = Rp. 222.727,27 – Rp. 200.000,00
PPN Bayar = Rp. 22.727,27
Dari perhitungan rumus diatas, dapat diketahui bahwa PPN yang harus dibayar oleh CV. Sejahtera Sentosa atas contoh transaksi kedua adalah Rp. 22.727,27.
Itulah beberapa informasi berkaitan dengan pajak pertambahan nilai beserta cara menghitung PPN yang bisa menjadi gambaran bagi Anda yang belum memahami PPN.
Setelah memahami informasi-informasi diatas, Anda bisa lebih mudah untuk menghitung nilai PPN yang harus Anda bayar jika Anda merupakan salah satu pelaku usaha di Indonesia.
Hal yang Perlu Anda Perhatikan dengan Pelaporan PPN
Setelah memahami cara perhitungan PPN, tentu akan lebih baik jika Anda juga memahami pola atau siklus pelaporan PPN itu sendiri. Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda perhatikan berkaitan dengan pelaporan PPN :
1. Faktur Pajak Masukan Dari Supplier
Sangat penting bagi Anda untuk mendapatkan fisik atau soft file dari faktur pajak yang dibuat oleh supplier atas transaksi pembelian yang Anda lakukan. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencocokkan nilai PPN masukan yang akan dicatat dalam laporan PPN sebagai dasar perhitungan PPN yang akan dibayar.
2. Cara pelaporan PPN
Untuk memastikan bahwa Anda telah mematuhi aturan perpajakan dengan menghitung dan membayar PPN atas transaksi usaha Anda, Anda juga harus mengetahui cara pelaporan PPN sesuai ketentuan perpajakan saat ini.
Sesuai ketentuan yang berlaku, Anda bisa melaporkan PPN secara online menggunakan aplikasi e-faktur berbasis web yang dapat di akses di situs-situs resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
3. Waktu pelaporan PPN
Waktu pelaporan PPN sendiri pada dasarnya cukup fleksibel, Anda hanya perlu memperhatikan batas waktu terakhir dari ketentuan pelaporan PPN tersebut. PPN sendiri hanya boleh dilaporkan setelah pembayaran maksimal tanggal kalender terakhir di bulan berikutnya setelah transaksi dilakukan.
Itulah beberapa hal lainnya yang juga harus Anda perhatikan setelah memahami cara perhitungan PPN agar Anda bisa lebih mudah dalam memenuhi kewajiban pajak Anda. Dengan memahami berbagai hal yang berkaitan dengan pajak pertambahan nilai, Anda akan lebih mudah menyusun laporan PPN dengan baik dan benar.
Dengan memahami cara menghitung PPN yang baik dan benar, Anda bisa lebih tenang karena telah memenuhi berbagai kewajiban pajak tanpa harus bingung saat membayarnya. Memenuhi kewajiban pajak dengan sempurna akan memberikan keuntungan yang baik bagi Anda dan masyarakat lainnya di seluruh Indonesia.
Klik dan dapatkan info kost di dekat mu: