Jas Merah! 3 Bacaan Fiksi Berbalut Sejarah Perjuangan Pahlawan untuk Mengisi Kemerdekaan
Jas Merah! 3 Bacaan Fiksi Berbalut Sejarah Perjuangan Pahlawan untuk Mengisi Kemerdekaan – Mensyukuri kemerdekaan bisa dengan membaca buku. Membaca tidak sebatas menambah ilmu dan wawasan. Lebih dari itu, membaca dapat menjaga daya ingat.
Adapun bacaan yang memungkinkan untuk dijadikan sarana rekreasi sekaligus menambah wawasan adalah bacaan fiksi berbalut sejarah.
Bacaan fiksi berbalut sejarah, atau disebut juga fiksi sejarah, merupakan bacaan yang bersifat fiktif namun dilatarbelakangi oleh peristiwa ataupun unsur-unsur sejarah.
Mengingat saat ini adalah bulan kemerdekaan, simak rekomendasi 3 bacaan fiksi berbalut sejarah perjuangan pahlawan di bawah ini sebagai wujud terima kasih pada para pejuang kemerdekaan Indonesia.
1. Multatuli Max Havelaar oleh Douwes Dekker
Menurut kabar, novel Multatuli Max Havelaar ditulis oleh Eduard Douwes Dekker pada 1860 di Belgia. Sekalipun Douwes Dekker bukan orang Indonesia asli, dia merasa terusik oleh perbuatan kejam kerja tanam paksa yang diberlakukan oleh Belanda terhadap rakyat Indonesia.
Nilai kemanusiaan begitu terasa di dalam novel Multatuli Max Havelaar. Mengisahkan kengerian dan penderitaan yang dialami rakyat Indonesia saat tanam paksa. Pihak Belanda terus menghisap kekayaan bangsa Indonesia dan memperkaya diri sendiri.
Lucunya, di tengah proses memperkaya diri dari tanam paksa tersebut, ternyata timbul perilaku korup yang malah membuat bangkrut pihak Belanda. Sebagai gantinya, Belanda akhirnya melaksanakan kebijakan politik etis dengan motif sebagai ungkapan rasa terima kasih.
Belanda hancur karena perilaku korup mereka sendiri. Tanpa menghadirkan karakter sentral yang ditonjolkan, Douwes Dekker sukses mengkritik pemerintahan Belanda sebagai orang ketiga.
2. Hatta: Aku Datang Karena Sejarah oleh Sergius Sutanto
Novel fiksi sejarah bersifat biografi ini ditulis oleh Sergius Sutanto berdasarkan surat-surat dan catatan Bung Hatta sendiri maupun catatan lain yang menyinggung Bung Hatta. Meski fiksi, novel Hatta: Aku Datang Karena Sejarah ini ditulis dengan data sejarah yang valid.
Mengisahkan jalan hidup Bung Hatta dari masa kecil hingga wafatnya. Novel ini ditulis secara detail, dengan bahasa yang menyentuh, sehingga Kamu bisa merasakan bagaimana Bung Hatta melewati kehidupannya.
Kamu akan menjumpai Bung Hatta kecil yang lahir tanpa bapak lalu beranjak dewasa menjadi pemuda yang lembut dan haus akan ilmu namun menggenggam erat nilai-nilai Islam.
Rasa haus akan ilmu dan tekad mengubah nasib bangsa membawa Bung Hatta ke Jakarta, bertemu dengan Soekarno dan Syahrir, lalu belajar di negeri Belanda.
Perjuangan Bung Hatta dilakukan melalui tulisan dan meja diplomasi, sehingga mengusik pemerintahan Belanda saat itu karena sikap berani Bung Hatta. Akibatnya Bung Hatta diasingkan beberapa kali ke luar Jawa, salah satunya ke Banda Neira.
Setelah berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia bersama Soekarno, ternyata Bung Hatta harus menelan fakta pahit kejamnya politik karena berbeda paham dengan Soekarno. Bung Hatta memisahkan diri dari Soekarno, tapi tidak pernah membenci Soekarno.
Di bagian akhir novel, Kamu akan disuguhi momen mengharukan saat Soekarno membesuk Bung Hatta, dan Bung Hatta menghembuskan napas terakhirnya.
3. Tak Ada Nasi Lain oleh Suparto Brata
Rekomendasi terakhir adalah novel fiksi dengan latar belakang sejarah berjudul Tak Ada Nasi Lain. Ditulis oleh Suparto Brata, seorang putra bangsawan Surakarta, pada tahun 1950 namun baru terbit di tahun 1990.
Berbeda dengan dua novel fiksi berbalut sejarah sebelumnya yang menjadikan sosok-sosok politik sebagai karakter, novel Tak Ada Nasi Lain justru mengangkat seorang karakter bernama Saptono, seorang pemuda rakyat jelaya yang pintar namun bingung menghadapi perubahan zaman.
Geram menyaksikan kesengsaraan yang ada di sekitarnya, Saptono dengan nekat bergabung menjadi tentara kemerdekaan. Saptono meyakini bahwa persenjataan sederhana dapat memporak porandakan barisan musuh yang gagah perkasa.
Novel ini akan membangkitkan gairah nasionalisme Kamu, dan menjadi inspirasi bagimu bahwa kemerdekaan pun diperjuangkan oleh pahlawan-pahlawan ‘tanpa nama’ seperti Saptono, sehingga kamu lebih menghargai jasa pahlawan Indonesia.
Demikian ulasan artikel Jas Merah! 3 Bacaan Fiksi Berbalut Sejarah Perjuangan Pahlawan untuk Mengisi Kemerdekaan. Mensyukuri kemerdekaan bisa dilakukan dengan memperkaya bacaan. Semoga bermanfaat.
Apabila Kamu anak kost, dapatkan informasi tentang kos-kosan dengan menginstall aplikasi Mamikos melalui Playstore maupun App Store.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: