Cerita Asal Usul Sejarah Banyuwangi Jawa Timur Singkat dan Lengkap

Cerita Asal Usul Sejarah Banyuwangi Jawa Timur Singkat dan Lengkap – Indonesia mempunyai banyak daerah, dan setiap daerah biasanya memiliki kisahnya.

Salah satu daerah yang mempunyai cerita menarik adalah daerah Banyuwangi, sebab ada kisah cinta di dalamnya.

Seperti apa cerita asal usul sejarah Banyuwangi Jawa Timur? Baca cerita selengkapnya di artikel berikut.

Cerita Asal Usul Sejarah Banyuwangi Jawa Timur

mtsn4sda.sch.id

Cerita asal usul sejarah Banyuwangi juga bisa disebut dengan legenda Banyuwangi.

Disebut legenda karena memiliki unsur keterikatan pada daerah tertentu.

Di dalam cerita asal usul sejarah Banyuwangi terdapat tiga tokoh sentral atau tokoh utama, yaitu Sri Tanjung, Patih Sidopekso, dan Prabu Sulahkromo.

Berikut ini adalah sajian salah satu legenda di Indonesia yang begitu populer, yaitu Banyuwangi.

Bagian 1 –  Kecantikan dan Kebaikan Sri Tanjung

Pada zaman dahulu kala, di ujung timur Pulau Jawa, terdapat sebuah kerajaan yang makmur dan subur bernama Blambangan. 

Kerajaan Blambangan pada waktu itu dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana, bernama Prabu Sulahkromo. 

Dalam melaksanakan pemerintahannya, Prabu Sulahkromo dibantu oleh seorang patih yang cekatan, cerdas, setia, dan gagah perkasa, bernama Patih Sidopekso.

Selain terkenal akan kesetiaannya yang tiada tara, Patih Sidopekso juga dikenal karena mempunyai rasa cinta yang begitu besar kepada istrinya yang bernama Sri Tanjung, seorang wanita yang cantik jelita dan berhati mulia.

Sri Tanjung adalah perempuan cerdas, setia, baik, dan jujur. Dia senantiasa memperlakukan suaminya, Patih Sidopekso, dengan penuh cinta sekaligus rasa hormat.

Terhadap orang lain pun, Sri Tanjung mampu menyesuaikan diri dan dapat berbuat baik.

Kecantikan dan kebaikan Sri Tanjung selalu memikat hati Patih Sidopekso, membuatnya jatuh cinta setiap hari kepada Sri Tanjung.

Akan tetapi sikap baik yang ditampilkan Sri Tanjung entah mengapa juga menarik perhatian Prabu Sulahkromo. 

Prabu Sulahkromo Raja Blambangan yang dikenal bijaksana tiba-tiba berubah menjadi tamak dan bernafsu untuk memiliki Sri Tanjung sebagai istrinya. 

Keinginannya untuk merebut istri patihnya semakin kuat seiring berjalannya waktu.

Bagian 2 – Muslihat Prabu Sulahkromo

Pada suatu hari, Prabu Sulahkromo memanggil Patih Sidopekso ke istana dengan tujuan untuk memberikan suatu perintah.

“Patih, aku ingin mengutusmu pergi ke negeri seberang untuk urusan kerajaan yang sangat penting. Kau harus segera berangkat,” ujar Prabu dengan nada memerintah.

Sebagai seorang patih yang tunduk dan setia, Patih Sidopekso mengiyakan perintah dari Prabu Sulahkromo.

Patih Sidopekso sama sekali tidak mencurigai niat jahat Prabu Sulahkromo, dia menerima perintah itu dengan penuh tanggung jawab.

“Inggih, ndika ngaturaken dhawuh, Kanjeng Prabu. Kula siap,” jawab Patih Sidopekso dalam Bahasa Jawa sembari menghormat.

Tak berselang lama Patih Sidopekso akhirnya berangkat. Sebelum berangkat, Patih Sidopekso berpamitan terlebih dahulu pada istrinya, Sri Tanjung, 

Ketika Patih Sidopekso sudah benar-benar pergi meninggalkan Blambangan, Prabu Sulahkromo menjalankan rencananya untuk mendekati Sri Tanjung. 

Namun, Sri Tanjung, yang setia pada suaminya, menolak semua ajakan dan bujukan sang raja.

“Kula niki garwanipun tiyang, garwanipun Patih Blambangan, Patih Penjengan, Kanjeng Prabu! Kula mboten saged nindakaken perkawis ingkang boten leres kados mekaten!” seru Sri Tanjung dengan tegas.

Merasa marah dan malu akibat ditolak, Prabu Sulahkromo akhirnya menyusun rencana licik untuk menghancurkan hubungan antara Patih Sidopekso dan Sri Tanjung.

Bagian 3 – Rencana Licik Prabu Sulahkromo

Sebab ditolak mentah-mentah oleh Sri Tanjung, Prabu Sulahkromo menjalankan rencana liciknya untuk menghancurkan pernikahan Sri Tanjung dengan Patih Sidopekso.

Ketika Patih Sidopekso kembali dari perjalanannya, Prabu Sulahkromo berpura-pura menyambutnya dengan wajah penuh amarah sembari melemparkan hasutan.

“Patih! Selama kau pergi, istrimu telah berkhianat padamu! Sri Tanjung tidak setia! Dia berusaha mendekatiku, ingin menjadi istriku!” seru Prabu Sulahkromo dengan suara tinggi, berusaha menyembunyikan kebohongannya.

Patih Sidopekso terkejut mendengar tuduhan tersebut. Rasa cintanya yang begitu dalam kepada Sri Tanjung membuatnya sulit untuk percaya, tetapi sebagai seorang bawahan yang setia kepada rajanya, ia merasa harus percaya pada sang Prabu.

“Punapa inggih mekaten Kanjeng Prabu? Menawi kados punika kedadosanipun, kula saguh tanggung jawab!”, ujar Patih Sidopekso dengan hati yang dipenuhi keraguan dan amarah.

Patih Sidopekso kemudian memanggil Sri Tanjung untuk menjelaskan tuduhan tersebut. 

Namun, Sri Tanjung tetap tenang dan membela dirinya.

“Kangmas, saestu, kula boten nindakaken tumindak punapa kemawon ingkang boten pantes. Kula ngantos temukeng pati tansah setya dhateng kangmas Sidopekso,” ucap Sri Tanjung sambil menangis.

Sayangnya, Patih Sidopekso, yang telah dibutakan oleh emosi dan pengaruh Prabu Sulahkromo, ternyata tetap tak bisa mempercayai istrinya. 

Di tengah rasa kemarahannya, dia membawa Sri Tanjung ke tepi sungai dan bersiap untuk menghukumnya.

“Duh Gusti, saumpami kula ingkang lleres, kawula nyuwun kasantosan kasalametan,” ucap Sri Tanjung dengan tenang sebelum menerima hukumannya. 

Dia tahu, keadilan Tuhan akan datang meskipun manusia berbuat tidak adil.

Bagian 4 – Banyu Wangi

Di tepian sungai, Patih Sidopekso yang marah tak bisa menahan perasaannya lagi. 

Sembari menenteng keris di genggaman, ia menghunuskan senjata tersebut ke arah Sri Tanjung dengan perasaan remuk. 

Sri Tanjung mundur ke belakang dengan perlahan ke mulut tebing tepian sungai yang begitu curam dan dalam

Di saat-saat terakhir, Sri Tanjung berkata, “Kangmas, saumpami kula  ingkang leres, toyaning lepen punika bakal wangi. Nanging menawi kula salah ugi kadunungan dosa, toya kali niki bakal sami kados sakniki, anyir.”

Patih Sidopekso hanya diam mendengar serapah istrinya, Sri Tanjung. Dia berjalan ke depan dengan mengarahkan keris pada istrinya.

Sri Tanjung sadar bahwa sudah waktunya dia menghadap yang Maha Kuasa. Lantas dia mundur ke belakang, terus, lalu menjatuhkan diri ke sungai yang sedang mengalir deras.

Pada akhirnya Sri Tanjung meninggal dunia dengan menceburkan diri ke dalam sungai.

Tidak berselang lama kemudian, sebuah keajaiban terjadi. 

Dari tempat Sri Tanjung terjatuh, air sungai yang tadinya keruh dan berbau anyir tiba-tiba berubah menjadi bening dan mengeluarkan wangi yang harum.

Patih Sidopekso tertegun. Dia terdiam menutup mulut, lalu tersungkur ke tanah tatkala menyaksikan perubahan ajaib pada aroma sungai. 

Patih Sidopekso tertunduk di tepi sungai, menangis begitu hebat dengan penuh penyesalan. Pada saat itulah dia baru sadar bahwa Sri Tanjung telah difitnah oleh Prabu Sulahkromo, Raja Blambangan tempat dia mengabdikan diri.

Sementara itu, kenyataannya istrinya memang setia. Patih Sidopekso lalu memekik ke langit

“Yungallah Sri Tanjung… sliramu setya temenanan,” tangisnya dengan penuh sesal.

Kabar tentang keajaiban air sungai yang wangi ini tersebar luas ke seluruh negeri Blambangan, bahkan sampai ke pelosok-pelosok. 

Sejak saat itu, daerah di sekitar sungai tersebut dikenal dengan nama “Banyuwangi,” yang berarti “air yang harum,” sebagai tanda penghormatan dan pengingat akan kesetiaan dan kejujuran Sri Tanjung.

Pesan Moral di Dalam Cerita Asal Usul Sejarah Banyuwangi

Berdasarkan cerita asal usul sejarah Banyuwangi yang disajikan di atas, terdapat pesan moral yang sangat penting terkait informasi dan kepercayaan.

Maksudnya adalah, setiap informasi yang kita terima harus kita periksa apakah ada buktinya serta seberapa valid berdasarkan kesaksian yang mengiringi.

Adapun terkait kepercayaan baru bisa kita berikan apabila setiap informasi sudah lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan.

Selain pesan moral berupa informasi dan kepercayaan, satu pesan moral yang juga penting dan tidak boleh dilewatkan adalah pesan moral terkait amarah.

Cerita asal usul sejarah Banyuwangi memberikan pelajaran kepada kita bahwa jangan kita terburu mengambil keputusan saat kita sedang marah, karena biasanya akan berakhir dengan penyesalan.

Demikian cerita asal usul sejarah Banyuwangi Jawa Timur yang disajikan secara singkat dan lengkap, juga ditambahi dengan pesan moral terkait cerita asal usul sejarah Banyuwangi. Semoga bermanfaat.

FAQ

Apa pesan moral di dalam cerita asal usul Banyuwangi?

Berdasarkan cerita asal usul sejarah Banyuwangi yang disajikan di atas, terdapat pesan moral yang sangat penting terkait informasi dan kepercayaan. Maksudnya adalah, setiap informasi yang kita terima harus kita periksa apakah ada buktinya serta seberapa valid berdasarkan kesaksian yang mengiringi. Adapun terkait kepercayaan baru bisa kita berikan apabila setiap informasi sudah lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan. Selain pesan moral berupa informasi dan kepercayaan, satu pesan moral yang juga penting dan tidak boleh dilewatkan adalah pesan moral terkait amarah. Cerita asal usul sejarah Banyuwangi memberikan pelajaran kepada kita bahwa jangan kita terburu mengambil keputusan saat kita sedang marah, karena biasanya akan berakhir dengan penyesalan.

Bagaimana watak dari Sri Tanjung?

Sri Tanjung adalah perempuan cerdas, setia, baik, dan jujur. Dia senantiasa memperlakukan suaminya, Patih Sidopekso, dengan penuh cinta sekaligus rasa hormat.Terhadap orang lain pun, Sri Tanjung mampu menyesuaikan diri dan dapat berbuat baik.

Apa artinya Banyuwangi?

Sejak saat itu, daerah di sekitar sungai tersebut dikenal dengan nama “Banyuwangi,” yang berarti “air yang harum,” sebagai tanda penghormatan dan pengingat akan kesetiaan dan kejujuran Sri Tanjung.

Siapa saja tokoh yang ada di dalam cerita Sri Tanjung?

Di dalam cerita asal usul sejarah Banyuwangi terdapat tiga tokoh sentral atau tokoh utama, yaitu Sri Tanjung, Patih Sidopekso, dan Prabu Sulahkromo.

Siapa itu Prabu Sulahkromo?

Pada zaman dahulu kala, di ujung timur Pulau Jawa, terdapat sebuah kerajaan yang makmur dan subur bernama Blambangan. Kerajaan Blambangan pada waktu itu dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana, bernama Prabu Sulahkromo. 


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta