4 Cerpen Keluarga Bahagia dan Sedih yang Bermakna dengan Penuh Pesan Moral
4 Cerpen Keluarga Bahagia dan Sedih yang Bermakna dengan Penuh Pesan Moral — Ada banyak hal bermanfaat yang dapat kamu lakukan untuk mengisi waktu luang agar tetap produktif, salah satunya dengan membaca cerpen.
Kamu bisa menyimak beberapa inspirasi cerpen keluarga bahagia dan sedih yang bermakna dengan penuh pesan moral di dalam artikel Mamikos pada kesempatan ini.
Rekomendasi Cerpen Keluarga Bahagia dan Sedih yang Bermakna
Daftar Isi
Daftar Isi
Sebagaimana yang telah Mamikos sampaikan di pembuka artikel ini, pada kesempatan ini kamu akan menyimak beberapa pilihan cerpen keluarga bahagia dan sedih.
Untuk tahu seperti apa cerpen keluarga bahagia dan sedih yang bermakna dan penuh dengan pesan moral yang mudah-mudahan bisa jadi inspirasi.
Mari langsung simak seperti apa contoh cerpen keluarga bahagia dan sedih yang bermakna pada uraian berikut ini.
Cerpen-cerpen Keluarga Bahagia dan Sedih Penuh Pesan Moral
Di bawah ini sudah Mamikos rangkum seperti apa contoh keluarga bahagia dan sedih yang bermakna dan memiliki pesan moral untuk kamu baca.
1. Hangatnya Keluarga Dara
Pagi itu mentari bersinar cerah menyinari rumah kecil Dara. Gadis itu terbangun dan tersenyum menatap wajah damai adik kecilnya, Dimas, yang masih terlelap di sebelahnya.
Hari ini adalah Minggu, waktu yang ditunggu-tunggu oleh Dara. Bukan karena libur sekolah, tetapi karena ayah dan ibunya akan berada di rumah seharian.
Dara pun turun dari tempat tidur dengan hati-hati agar Dimas tidak terbangun. Ia segera membantu ibu menyiapkan sarapan sederhana untuk keluarga mereka.
Tak lama kemudian, ayah dan Dimas sudah duduk manis di meja makan.
“Selamat pagi! Ayo kita sarapan bersama,” ucap Ibu sambil tersenyum lembut.
Dara sangat menyayangi keluarga kecilnya ini. Meski sederhana, kehangatan keluarga selalu bisa ia rasakan setiap hari.
Bagi Dara, keluarga menjadi obat kehidupan dari beratnya ujian yang silih datang berganti. Mulai dari ujian ekonomi keluarga, ujian di sekolah, dan segala ujian lainnya. Alhasil, hari Minggu menjadi waktu yang paling Dara tunggu-tunggu.
“Nanti siang kita main, Dim!” ujar Dara kepada adiknya yang disambut dengan anggukan kepala.
Setelah sarapan, mereka menghabiskan waktu dengan bermain monopoli dan bercanda tawa. Tawa riang Dimas selalu menghiasi rumah sepanjang hari.
Saat malam hari tiba, Dara terlelap dengan perasaan bahagia. Keluarga kecilnya ini adalah harta paling berharga yang akan selalu ia jaga.
2. Waktu yang Berharga
Tak seperti ayah pada umumnya, aku hanya dapat bertemu ayah satu bulan satu kali saja. Kalaupun bertemu, pasti waktunya sangat singkat, bisa tiga atau hanya empat hari. Mungkin paling lama sekitar satu minggu ayah bisa ada di rumah.
Ayahku memang seorang pelaut yang sebagian besar waktunya ia habiskan di tengah samudra. Ketika masih kecil aku belum begitu mengerti, kenapa ayah tidak bisa pulang setiap hari seperti ayah teman-temanku.
Namun, lambat laun, aku mulai paham jika pekerjaan seorang pelaut memaksa ayah untuk tidak pulang setiap hari. Setiap momen kedatangan ayah kembali, aku akan sangat bergembira saat menyambutnya.
Aku sering diajak ayah bermain, entah dengan sekadar mengelilingi kompleks perumahan atau pergi ke pusat perbelanjaan sambil menghabiskan waktu. Di sisi lain, waktu menjelang ayah pergi untuk kembali melaut menjadi momen paling berat.
Sebab di waktu itulah ayah akan pergi bekerja berbulan-bulan lamanya. Bahkan kadang tak sempat ayah memberi kabar. Terkadang aku marah dan mengunci kamar setiap ayah akan pergi lagi bekerja.
Ayah dan ibu pun mencoba membujuk untuk keluar kamar agar bisa berpamitan. Egoku masih tinggi sehingga aku tidak menggubrisnya.
Namun, kebiasaan buruk itu lambat laun sudah mulai memudar. Kini aku sudah agak dewasa dan mencoba tegar setiap kali melihat ayah pergi melaut.
“Sabar ya, Nak. Ayah mungkin tak lama lagi bekerja di kapal. Ayah juga sebenarnya tak mau meninggalkan keluarga ayah lama-lama,” ungkap Ayah.
Ucapan tersebut terjadi beberapa bulan terakhir sering ia lontarkan ketika hendak pergi bekerja. Tampaknya ayah pun mulai bosan dan tak tenang meninggalkan keluarganya lama-lama.
Sore itu, aku berada di teras untuk kembali melepas ayah pergi. Bersama ibu, aku melihat ayah naik mobil untuk bekerja di laut demi keluarganya tercinta.
Kembali aku berharap, semoga ayah bisa pulang secepatnya dan benar-benar bisa terus bersama kami selamanya.
3. Aku dan Drama Keluargaku
Pagi ini cuaca cukup cerah. Aku bangun dari ranjangku dan meraih handuk yang kuletakkan di atas bangku belajar. Sesekali aku melihat ke arah kaca di sana, aku bisa melihat mata sembab yang menandakan habis nangis kelamaan.
Selesai mandi dan semuanya beres, aku langsung keluar rumah tanpa berpamitan dan langsung ke gudang untuk mengambil sepeda lamaku.
Selama di perjalanan menuju sekolah, pikiranku hanya membayangkan kejadian semalam. Tak terasa air mata kembali mengalir.
Setelah sampai di pelataran sekolah, aku langsung memarkirkan sepeda dan berjalan lemas ke kelas. Seorang temanku merasa aneh dengan sifatku hari ini.
“Dita, apa yang sedang terjadi denganmu,” tanya Andi.
“Nggak apa-apa,” balasku pendek.
Akhirnya pelajaran terakhir hari itu pun selesai. Aku langsung berjalan ke arah sepeda yang kuparkir tadi pagi dan mengayuhnya dengan hati-hati. Saat sudah sampai di depan pintu rumah, kembali aku mendengar teriakan.
Bukan hanya teriakan, berbagai kalimat makian yang tak pantas keluar dari mulut kedua orang tuaku juga terdengar. Aku mengurungkan niat masuk ke rumah.
Segera aku mengayuh lagi sepeda sekencang mungkin dengan harapan supaya angin bisa membawa jauh beban pikiranku.
Tiba-tiba aku terhenti di taman bermain yang dulu pernah aku datangi bersama keluargaku. Tak terasa air mata kembali meleleh lagi di pipi.
Aku duduk sebentar di ayunan yang ada di sana. Beberapa menit kemudian aku ingin pulang ke rumah karena merasa perutku keroncongan.
Setelah sampai di rumah aku langsung membuka kulkas dan menemukan camilan kesukaanku dan memakannya dengan tenang.
“Dita keputusan ayah sudah bulat. Jika kamu tetap tidak setuju dengan perceraian itu, maka akan sia-sia saja.”
Mendengar hal tersebut membuatku semakin kesal, sedih, dan marah.
“Iya, cerai aja dengan cepat! Lebih cepat lebih bagus,” ujarku dengan nada tinggi.
Sebenarnya kejadian seperti ini baru terjadi semenjak kakak tertuaku meninggal. Sebelum kakakku pergi, semuanya baik-baik saja. Saling berbagi kehangatan, tapi itu bukan untukku, semuanya hanya demi kakakku.
Aku langsung berhenti menulis dan merebahkan diri di kasur dan berusaha tidur. Keesokannya aku bangun dari tidur dan menjalankan rutinitas pagi seperti biasa.
Aku turun ke lantai bawah dan langsung mendapat pelukan hangat ibuku. Aku langsung terheran-heran.
“Mulai sekarang kami akan menyayangimu seutuhnya, Dita,” kata ibuku dengan lembut.
“Terus, perceraiannya?” tanyaku bingung.
Ternyata mereka sudah membuang surat perceraian itu ke tong sampah. Akhirnya aku datang ke sekolah dengan muka yang lebih berseri-seri, teman-temanku sangat terheran sedangkan aku hanya tersenyum lebar.
4. Keluarga Kecil Kesayanganku
Tania adalah seorang gadis remaja yang memiliki tanggung jawab besar atas keluarga kecilnya. Karena sudah tidak lagi memiliki ibu, Tania pun bertanggung jawab menjadi sosok ibu bagi kedua adik-adiknya.
Ayah Tania yang di-PHK dari perusahaannya sejak tiga bulan lalu membuat Tania harus memutar akal untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Ditambah kondisi kesehatan ayahnya yang tiba-tiba saja jatuh sakit.
Tania adalah sosok anak penyayang dan baik. Ia tidak pernah menyalahkan Tuhan atas ujian yang saat ini sedang dijalaninya. Justru semua ujian ini membuat Tania semakin kuat dan tetap bertahan di atas kerasnya hidup.
Namun, ada momen dimana Tania merasa lelah dan putus asa. Hingga akhirnya Tania harus mengambil jalan yang salah demi bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.
Maraknya penawaran pinjol dengan segala kemudahannya membuat Tania gelap mata. Ia pun harus berurusan dengan penagih hutang yang terus meneror hidupnya.
Meski begitu, tidak selamanya ujian Tuhan menekan dirinya. Ia percaya, suatu saat ujian hidupnya akan berganti dengan kebahagiaan yang tiada tara.
Akhir
Demikian bahasan daftar cerpen keluarga bahagia dan sedih yang bermakna serta penuh pesan moral yang dapat Mamikos sampaikan pada artikel Mamikos kali ini.
Mamikos harap apa yang sudah kamu baca dan simak dengan saksama pada artikel cerpen keluarga bahagia dan sedih yang bermakna dengan penuh pesan moral ini dapat menjadi inspirasi tersendiri.
FAQ
Cerpen atau yang adalah singkatan daru cerita pendek merupakan sebuah prosa fiksi yang di dalamnya menceritakan tentang suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Seperti namanya, cerpen bersifat lebih sederhana daripada novel. Cerpen juga termasuk ke dalam sastra populer.
Sama seperti dengan prosa fiksi lainnya, cerpen juga memiliki beberapa ciri-ciri cerpen yang secara umum dapat dengan mudah dikenali. Beberapa ciri tersebut di antaranya adalah cerita yang disajikan biasanya fiktif, hanya berfokus pada satu aspek cerita, peristiwa disajikan dengan cermat dan jelas, penokohannya lebih sederhana, tidak menggambarkan kisah semua tokohnya, dan dapat habis sekali duduk.
Seperti namanya, di dalam cerpen akan berisi tentang kehidupan yang diceritakan secara pendek dan singkat saja. Jadi, biasanya isi cerpen akan lebih padat dan langsung masuk pada inti cerita. Cerpen juga biasanya mengangkat berbagai macam jenis kisah, baik kisah nyata maupun khayalan atau fiksi belaka.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), struktur dari cerita pendek terdiri dari 3 bagian saja, yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi.
Perlu diketahui bahwa unsur intrinsik cerpen terdiri atas tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: