15 Contoh Cerpen Kehidupan Sehari-hari di Rumah Seorang Pelajar yang Menarik
15 Contoh Cerpen Kehidupan Sehari-Hari di Rumah Seorang Pelajar yang Menarik – Membaca cerpen adalah salah satu hal yang sangat mengasyikan, apalagi jika digunakan untuk mengisi kekosongan waktu agar tidak bosan.
Membaca cerpen mungkin terdengar gampang dan mengasyikan, namun pernahkah kamu berpikir bagaimana cara menulis cerpen? Apakah akan sama asyik dan mudahnya seperti saat membaca?
Nah, bagi kamu yang ingin tahu bagaimana cara membuat cerpen yang baik dan benar, dalam artikel ini Mamikos akan berikan beberapa contoh cerpen kehidupan sehari-hari di rumah seorang pelajar yang menarik. 📖😊✨
Daftar Isi
- Contoh Cerpen Kehidupan Sehari-hari di Rumah Seorang Pelajar
- Daftar Cerpen Kehidupan Sehari-hari di Rumah Seorang Pelajar
- 1. Anak Bermalasan
- 2. Cerita tentang Belajar dari Rumah
- 3. Liburan Sekolahku
- 4. Bangun Pagi yang Berat
- 5. Piring Pecah di Dapur
- 6. Lupa Mengerjakan PR
- 7. Menyiram Tanaman Ibu
- 8. Kue Ulang Tahun untuk Ibu
- 9. Mati Lampu Saat Belajar
- 10. Menjaga Adik di Rumah
- 11. Membantu Ayah Mencuci Motor
- 12. Belajar Memasak Telur Dadar
- 13. Menemukan Kucing Hilang
- 14. Membantu Ibu Menyapu Halaman
- 15. Main Game Terlalu Lama
- Penutup
Daftar Isi
- Contoh Cerpen Kehidupan Sehari-hari di Rumah Seorang Pelajar
- Daftar Cerpen Kehidupan Sehari-hari di Rumah Seorang Pelajar
- 1. Anak Bermalasan
- 2. Cerita tentang Belajar dari Rumah
- 3. Liburan Sekolahku
- 4. Bangun Pagi yang Berat
- 5. Piring Pecah di Dapur
- 6. Lupa Mengerjakan PR
- 7. Menyiram Tanaman Ibu
- 8. Kue Ulang Tahun untuk Ibu
- 9. Mati Lampu Saat Belajar
- 10. Menjaga Adik di Rumah
- 11. Membantu Ayah Mencuci Motor
- 12. Belajar Memasak Telur Dadar
- 13. Menemukan Kucing Hilang
- 14. Membantu Ibu Menyapu Halaman
- 15. Main Game Terlalu Lama
- Penutup
Contoh Cerpen Kehidupan Sehari-hari di Rumah Seorang Pelajar
Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tulis untuk cerpen atau cerita pendek, termasuk kegiatan kamu sehari-hari di rumah.
Untuk lebih memahami bagaimana cara membuat cerpen kehidupan sehari-hari di rumah seorang pelajar, berikut ini Mamikos akan berikan beberapa daftar contoh cerpen kehidupan sehari-hari.
Daftar Cerpen Kehidupan Sehari-hari di Rumah Seorang Pelajar
1. Anak Bermalasan
Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas beraktivitas.
Ada yang hanya ingin rebahan di rumah menghilangkan penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula yang berencana akan berlibur.
Banu memilih opsi pertama. Banu memilih bersantai rebahan di rumah dan parahnya Banu aka selalu merasa kurang dengan liburnya.
“Banu bangun sudah siang, nanti kamu terlambat.” Tanya ibunya.
“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari, ya.” Banu memelas pada ibunya.
“ Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan menuntut ilmu” Jawab ibunya menyanggah.
“Sehari saja bu, Banu tidur lagi.”
Melihat kelakuan Banu, Ibunya geram hingga mengajak Banu melihat anak keterbelakangan di suatu panti asuhan.
“Nah, sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah sepertimu. Namun, tidak ada orang tua yang akan membiayai mereka bersekolah.” Jelas ibunya, mereka masih di dalam mobil.
Dengan kejadian itu, Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau terlambat.
Di perjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak yang pincang berseragam sekolah sama dengannya.
Dalam hati Banu berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna untuk bisa menuntut ilmu.
Sumber: Dosenpintar.com
2. Cerita tentang Belajar dari Rumah
Oleh : Rainer
Hai, nama saya Rainer. Saya kelas 5 SD. Saya belajar online di rumah. Saya mulai belajar online sejak kelas 4 SD.
Sebelum belajar online dari rumah, saya masih belajar di sekolah. Tetapi sejak Covid-19 datang, saya tidak bisa ketemu teman-teman dan guruku lagi.
Di sekolah ada banyak pelajaran, seperti matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, PPKN, Agama, SBdP, dan PJOK.
Aku paling suka pelajaran matematika karena aku suka menghitung. Aku juga suka SBdP dan PJOK.
Hal unik tentang pelajaran tersebut (SBdP) adalah aku bisa merekam dengan main piano sambil bernyanyi dan untuk PJOK aku bisa merekam denyut nadiku. Itulah keunikan dari pelajaran PJOK dan SBdP.
Aku juga suka pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Di pelajaran bahasa Indonesia aku bisa belajar pantun, peribahasa, membuat iklan dan lain-lain.
Di pelajaran bahasa Inggris aku belajar present tense, present continuous tense, past tense, adverb, pronoun, penggunaan prefer, better-than, dan lain-lain.
Sebenarnya aku suka semua pelajaran. Di pelajaran IPA adalah pelajaran yang menurutku paling unik dan bervariasi.
Dalam pelajaran IPA aku belajar tentang organ pernafasan, jantung dan pembuluh darah, dan ekosistem. Di pelajaran IPS aku bisa belajar tentang pembangunan dan interaksi.
Terakhir PPKN dan Agama. Di PPKN aku belajar tentang penghematan dan penghargaan. Dalam pelajaran Agama aku belajar tentang kemampuan diri, godaan, pengampunan dan lain-lain.
Hal yang unik terhadap jalannya pelajaran di sekolah ini adalah meskipun tidak bisa bertemu teman-teman secara langsung, sekolah menggunakan zoom. Jadi, kita masih bisa ketemu secara online.
Sumber: Sdtunaskarya1.com
3. Liburan Sekolahku
Usai pembagian rapot di sekolah, akhirnya aku bisa menikmati liburan panjang. Meskipun aku tidak mendapat rangking atas, tapi aku tetap mendapat nilai yang lumayan baik.
Aku tetap bahagia karena membayangkan keluargaku mengajak aku pergi liburan.
Ayah dan ibuku mengajakku pergi liburan ke suatu tempat wisata yang menyenangkan. Aku sangat tidak sabar untuk pergi menikmati liburan.
Bahkan, aku bingung untuk memilih pakaian mana yang akan kupakai. “Kali ini aku pakai baju yang mana ya?” Tanyaku dalam hati. “Ah yang biru sangat bagus, tapi yang merah juga sangat cocok!”
Aku pun pergi menemui ayah dan ibu yang sedang asyik menonton TV. Lalu aku berbincang dengan mereka, “Ayah, Ibu, bagaimana kalau kita pergi liburan ke pantai? Aku sangat ingin pergi ke sana”.
Ayah dan ibu tiba-tiba hanya saling pandang, lalu ayah berkata “Nak, liburan kali ini kamu di rumah saja ya sama Ibu, karena Ayah harus ada pekerjaan di luar kota.”
Aku sangat kecewa dengan pernyataan ayah tapi aku harus menerima keputusannya.
Hari-hari telah berlalu dan aku hanya menikmati libur sekolahku di rumah saja. Meskipun aku sebenarnya juga ingin pergi ke luar rumah bersama teman-teman.
Tapi ibu melarangku pergi ke luar, dan hanya menyuruhku membantu melakukan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih rumah. Kalaupun aku keluar hanya saat ke pasar dan itu pun juga ditemani oleh ibu.
Namun, aku tetap melakukan pekerjaan yang produktif seperti belajar untuk menyambut ujian nasional yang akan berlangsung beberapa bulan lagi.
Sebenarnya aku juga merasa suntuk berada di rumah terus. Terkadang aku ingin menolak permintaan ibu saat menyuruhku, tapi aku cuma bisa terima dan melakukannya.
Pergi jalan-jalan
Pada suatu sora ibu mengetuk pintu kamarku dan bilang kepadaku “kamu segera mandi ya, Ibu tunggu di luar.” Aku menjawabnya “loh kita mau kemana Bu?”
Lalu, ibu menjawab “Ibu mau mengajak kamu jalan-jalan ke taman kota, ya sekalian masa kau di rumah terus.” Sontak aku merasa senang “yang benar Bu, oke kalau begitu aku mandi dulu.”
Setelah itu, aku pergi ke taman kota bersama Ibu. Meskipun hanya jalan-jalan sore di sekitar taman, aku sudah merasa senang banget.
Mungkin ini karena aku terlalu lama berdiam diri di rumah dan baru kali ini menikmati jalan-jalan. Yang pasti aku sangat senang karena ibu mengajak aku jalan-jalan sore.
Sumber: Brilio.net
4. Bangun Pagi yang Berat
Setiap pagi, Rafi selalu berjuang keras melawan rasa malasnya. Alarm sudah berbunyi tiga kali, tapi tubuhnya seolah menolak perintah otak untuk bangun. “Lima menit lagi ya, Bu…” gumamnya dengan mata setengah tertutup.
Lima menit berlalu, namun yang terjadi justru tiga puluh menit kemudian Rafi baru benar-benar membuka mata. Ketika melihat jam dinding menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh, ia langsung panik. “Ya ampun! Aku terlambat lagi!” serunya sambil berlari ke kamar mandi.
Ibu yang sudah menunggu di ruang tamu hanya menggeleng pelan. “Makanya jangan tidur terlalu malam main HP terus,” katanya lembut tapi tegas. Rafi merasa bersalah. Di sekolah, ia ditegur guru karena sering datang terlambat.
Sejak hari itu, Rafi bertekad mengubah kebiasaan buruknya. Ia mulai membatasi waktu bermain ponsel dan tidur lebih awal. Kini setiap pagi, ia bangun sebelum alarm berbunyi. Ia belajar bahwa disiplin dimulai dari hal sederhana seperti bangun pagi tepat waktu.
5. Piring Pecah di Dapur
Sore itu, Dita ingin membantu ibunya mencuci piring di dapur. Ia melihat tumpukan piring kotor setelah makan malam, lalu berkata, “Bu, biar aku bantu ya.” Ibu tersenyum, “Boleh, tapi hati-hati ya, Nak.” Dengan semangat, Dita mulai mencuci.
Namun ketika mengelap piring yang licin, tangannya terpeleset. “Prang!” suara pecahan kaca membuatnya terkejut. Dita menatap piring yang pecah di lantai dengan wajah pucat. “Maaf, Bu, Dita nggak sengaja,” ujarnya hampir menangis.
Ibu segera datang, memastikan anaknya tidak terluka. “Tidak apa-apa, Nak. Yang penting kamu tidak terluka,” ujar ibu lembut sambil memungut pecahan piring. Dita merasa lega, meski hatinya masih sedih karena telah memecahkan piring kesayangan ibu.
Sejak kejadian itu, Dita menjadi lebih hati-hati saat membantu pekerjaan rumah. Ia juga menyadari bahwa membantu orang tua bukan hanya soal niat baik, tapi juga tentang tanggung jawab dan ketelitian. Kini, setiap sore Dita tetap membantu ibunya, namun dengan cara yang lebih berhati-hati dan sabar.
6. Lupa Mengerjakan PR
Pagi itu, Nanda panik ketika membuka tas dan menyadari PR matematikanya belum dikerjakan. “Aduh, semalam aku malah nonton drama,” katanya cemas. Ia mencoba menulis cepat di meja makan, tapi waktu sudah mepet.
Ibu memperhatikannya sambil berkata, “Makanya, Nak, jangan menunda pekerjaan.” Nanda hanya bisa diam, menyesali kebiasaannya yang sering menunda.
Di sekolah, guru matematika meminta semua siswa mengumpulkan PR. Nanda maju dengan wajah menunduk. “Bu, maaf, PR saya belum lengkap,” katanya pelan. Guru hanya tersenyum, “Tidak apa-apa, tapi lain kali jangan diulang, ya.” Kata-kata itu menancap dalam pikirannya.
Sepulang sekolah, Nanda langsung membuka buku dan mulai mengerjakan PR yang tertunda. Ia belajar bahwa menunda hanya membuat semuanya lebih sulit.
Sejak hari itu, Nanda selalu mengerjakan tugas tepat waktu. Ia merasa lebih tenang dan tidak perlu panik setiap pagi. Kebiasaan barunya membuat nilai sekolahnya meningkat, dan ibunya pun bangga melihat perubahan sikapnya.
7. Menyiram Tanaman Ibu
Setiap pagi, ibu selalu menyiram tanaman di halaman. Hari itu, Reza yang baru pulang dari sekolah ingin ikut membantu. “Bu, boleh aku bantu nyiram bunga?” tanyanya bersemangat. Ibu mengangguk sambil tersenyum.
Reza mengambil selang air dan mulai menyiram. Karena terlalu semangat, airnya malah muncrat ke sandal dan bajunya sendiri. Ibu tertawa kecil, “Pelan-pelan saja, Nak. Jangan sampai bunganya kebanjiran.”
Reza mengangguk sambil menata arah semprotan air. Setelah beberapa kali mencoba, ia mulai bisa menyiram dengan benar. Melihat bunga-bunga ibu terlihat segar, Reza merasa bangga. Ia tidak menyangka bahwa menyiram tanaman bisa membuat hati terasa tenang.
Sejak hari itu, Reza rutin membantu ibu setiap pagi. Ia belajar bahwa kebersamaan dengan orang tua tidak selalu harus dengan hal besar, kadang dari hal sederhana seperti menyiram bunga bersama bisa membawa kebahagiaan di rumah.
8. Kue Ulang Tahun untuk Ibu
Menjelang ulang tahun ibunya, Lila ingin memberikan kejutan sederhana. Ia menonton video memasak di YouTube dan mencatat resep kue cokelat. Pagi-pagi ia sudah menyiapkan bahan di dapur: tepung, gula, telur, dan mentega.
Namun, ketika mulai membuat adonan, Lila lupa mengukur bahan dengan benar. Hasilnya, adonan terlalu encer. Ia tetap memanggangnya, berharap kuenya berhasil. Tapi setelah matang, bagian atasnya gosong dan bawahnya masih mentah.
Saat ibu pulang, Lila menyuguhkan kue itu dengan ragu. “Maaf ya, Bu, kuenya gagal,” katanya pelan. Ibu tersenyum lembut, “Tidak apa-apa, yang penting kamu niat membuatnya untuk Ibu.” Mendengar itu, Lila hampir menangis haru.
Meski hasilnya tak sempurna, usahanya dihargai. Dari kejadian itu, Lila belajar bahwa cinta seorang ibu tidak diukur dari hasil, tapi dari ketulusan hati anaknya.
9. Mati Lampu Saat Belajar
Malam itu, Fajar sedang serius belajar untuk ujian besok. Buku-buku berserakan di meja, pensil di tangan, dan catatan menumpuk. Namun tiba-tiba, listrik padam. “Waduh, mati lampu lagi,” keluhnya.
Suasana rumah gelap gulita. Ibu datang membawa lilin dan menaruhnya di meja belajar. “Kalau mau sukses, jangan menyerah hanya karena gelap,” katanya menenangkan.
Fajar mengangguk dan kembali belajar dengan penerangan seadanya. Meski panas dan cahaya redup, ia tetap berusaha menghafal rumus. Setelah satu jam, listrik menyala lagi. Ibu datang membawa segelas susu hangat. “Kamu hebat, Nak, tetap belajar meski keadaan susah,” ujarnya bangga.
Keesokan harinya, Fajar mendapat nilai tertinggi di kelas. Ia menyadari bahwa semangat tidak boleh padam walau dalam kegelapan.
10. Menjaga Adik di Rumah
Hari Minggu siang, ibu harus pergi sebentar ke pasar. Ia meminta Rani menjaga adiknya yang berusia tiga tahun. “Kak Rani, tolong jagain Dito ya, sebentar saja,” kata ibu sebelum berangkat. Rani mengangguk meski sebenarnya ia ingin melanjutkan menonton film kartun.
Awalnya, menjaga adik terasa mudah. Dito hanya bermain mobil-mobilan di lantai. Namun tiba-tiba, Dito menangis karena mainannya rusak.
Rani panik, lalu berusaha memperbaikinya. Setelah beberapa kali mencoba, mobil itu bisa berfungsi lagi. Dito langsung tertawa riang. Rani merasa lega dan bangga bisa menenangkan adiknya.
Tak lama kemudian, ibu pulang membawa buah tangan. “Wah, terima kasih ya, Kak Rani, sudah menjaga adik dengan baik,” katanya sambil memeluk anaknya. Rani tersenyum malu. Ia baru sadar bahwa menjaga adik bukan sekadar mengawasi, tapi juga melatih kesabaran dan tanggung jawab.
Sejak hari itu, setiap kali ibu keluar rumah, Rani tidak keberatan lagi menjaga Dito. Ia tahu, menjadi kakak berarti siap melindungi dan menyayangi adiknya kapan pun dibutuhkan.
11. Membantu Ayah Mencuci Motor
Pagi itu, ayah mencuci motor di halaman rumah. Aldi melihat dari jendela dan segera keluar. “Ayah, aku bantu ya?” katanya penuh semangat. Ayah tersenyum, “Boleh, tapi hati-hati, jangan kena sabun di mata.”
Aldi mengambil spons dan mulai menggosok bagian motor. Karena terlalu semangat, air sabun malah muncrat ke wajah ayah. “Hahaha, hati-hati, Nak!” ujar ayah sambil tertawa.
Mereka mencuci motor sambil bercanda. Aldi belajar cara mengelap bagian mesin dengan benar dan cara menyiram tanpa membuat motor licin.
Setelah selesai, motor tampak bersih mengilap. Ayah menepuk bahunya, “Hebat, motor ayah jadi cepat bersih karena kamu.” Aldi tersenyum lebar, merasa bangga karena sudah membantu ayah.
Sore harinya, ia bercerita pada ibu dengan wajah gembira. Ibu tersenyum, “Kerja sama dengan ayah itu penting, Nak.” Sejak hari itu, Aldi selalu menemani ayah mencuci motor setiap akhir pekan. Ia menyadari bahwa waktu sederhana bersama keluarga bisa menjadi kenangan yang paling berharga.
12. Belajar Memasak Telur Dadar
Suatu pagi, Arum ingin sarapan sendiri karena ibunya sedang sibuk bekerja. Ia membuka kulkas dan menemukan dua butir telur. “Ah, gampang, tinggal bikin telur dadar,” pikirnya percaya diri. Ia menyalakan kompor dan menuangkan minyak.
Namun, ia lupa mengocok telur terlebih dahulu. Hasilnya, telur menempel di wajan dan gosong di pinggir. Arum panik dan mematikan kompor.
Ibu yang mendengar suara gaduh datang ke dapur. “Ada apa ini?” tanyanya. Arum menjawab dengan wajah sedih, “Telurnya gagal, Bu.” Ibu tertawa kecil, “Tidak apa-apa, yang penting kamu mau mencoba.”
Lalu ibu menunjukkan cara membuat telur dadar yang benar. Arum memperhatikan dengan seksama dan mencoba lagi. Kali ini hasilnya sempurna.
Setelah makan bersama, Arum merasa senang. Ia belajar bahwa mencoba hal baru memang tidak selalu berhasil di awal, tapi dari kegagalan itulah seseorang bisa belajar. Kini, setiap akhir pekan Arum sering membantu ibunya memasak di dapur.
13. Menemukan Kucing Hilang
Rio sangat sayang pada kucing peliharannya yang bernama Mimi. Setiap hari ia memberi makan dan bermain bersama.
Namun suatu pagi, Mimi tidak terlihat di rumah. Rio panik. Ia mencari di bawah meja, di halaman, hingga ke dapur, tapi tetap tidak menemukan Mimi. “Mimi, kamu di mana?” panggilnya berkali-kali.
Sore hari, saat hujan turun, Rio mendengar suara “meong” pelan dari arah gudang. Ia segera berlari dan menemukan Mimi sedang bersembunyi di balik tumpukan kardus. Rupanya kucing itu takut mendengar suara petir. Rio memeluknya erat sambil berkata, “Aku kira kamu hilang.”
Ibu yang melihat kejadian itu tersenyum, “Lain kali pastikan pintu gudang tertutup, Nak.” Rio mengangguk.
Sejak hari itu, ia lebih memperhatikan peliharaannya dan tidak membiarkan Mimi bermain sendirian. Ia belajar tentang tanggung jawab, bahwa menyayangi hewan berarti juga menjaga dan melindunginya.
14. Membantu Ibu Menyapu Halaman
Pagi itu, halaman rumah dipenuhi daun kering yang jatuh dari pohon mangga. Ibu tampak sibuk menyapu sendirian. Melihat hal itu, Tio merasa kasihan dan berinisiatif membantu. “Bu, biar aku bantu ya,” katanya sambil mengambil sapu. Ibu tersenyum, “Wah, terima kasih, Nak.”
Awalnya, Tio menyapu asal-asalan. Daun malah berterbangan ke mana-mana. Ibu menuntunnya pelan-pelan, “Kalau nyapu harus dari pinggir ke tengah, supaya daun terkumpul.”
Tio mengikuti arahan itu dan akhirnya halaman terlihat bersih. Keringat mengucur di dahinya, tapi hatinya senang melihat hasil kerja kerasnya.
Setelah selesai, ibu membuatkan segelas teh hangat. “Kamu sudah bantu ibu banyak hari ini,” ujarnya. Tio merasa bangga. Ia belajar bahwa membantu orang tua bukanlah beban, melainkan bentuk kasih sayang. Sejak hari itu, Tio rutin menyapu halaman setiap pagi tanpa disuruh.
15. Main Game Terlalu Lama
Dewi adalah siswi rajin, tapi akhir-akhir ini ia kecanduan bermain game di ponselnya. Setiap malam, ia berkata, “Lima menit lagi, habis ini belajar.” Namun kenyataannya, waktu berlalu berjam-jam hingga larut malam. Akibatnya, keesokan paginya ia terlambat bangun dan lupa membawa buku pelajaran.
Di sekolah, guru menegurnya karena tidak mengumpulkan tugas. Dewi menunduk malu. Saat pulang, ibunya menatapnya lembut, “Kamu boleh main, tapi ingat waktu, Nak.” Kata-kata itu menyentuh hatinya. Malamnya, Dewi menaruh ponselnya di meja dan mulai belajar. Ia merasa lebih tenang dan fokus.
Seminggu kemudian, nilainya meningkat dan gurunya memuji usahanya. Dewi belajar bahwa kesenangan sesaat tidak boleh mengalahkan tanggung jawab. Kini ia masih bermain game, tetapi hanya setelah belajar selesai. Ia berhasil menyeimbangkan hiburan dan kewajiban.
Penutup
Nah, itulah dia beberapa contoh cerpen kehidupan sehari-hari di rumah seorang pelajar yang menarik.
Bagaimana, apakah kamu sudah mulai memahaminya? Semoga semua informasi mengenai contoh cerpen kehidupan sehari-hari di rumah seorang pelajar di atas dapat bermanfaat untuk kamu, ya.
Jika kamu tertarik untuk mengetahui informasi lainnya mengenai contoh cerpen ataupun contoh teks-teks lain, jangan lupa untuk kunjungi blog kami, Mamikos Info!
Temukan berbagai artikel menarik dan bermanfaat yang dapat kamu baca.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: