Contoh Cerpen Pendek beserta Unsur Intrinsik dan Ekstrinsiknya Lengkap
Contoh Cerpen Pendek beserta Unsur Intrinsik dan Ekstrinsiknya Lengkap – Sebagai salah satu bentuk dari karya sastra, cerpen juga memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Keduanya pasti ada dalam sebuah cerpen sebagai ciri-ciri dari sebuah karya sastra tulis.
Sudah tahu apa itu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sebuah cerpen? Yuk, belajar bersama dengan membaca artikel contoh cerpen pendek beserta unsur intrinsik dan ekstrinsiknya lengkap ini!
Ini Contoh Cerpen Pendek beserta Unsur Intrinsik dan Ekstrinsiknya
Daftar Isi
Daftar Isi
Berikut ini cerpen berjudul Haji Goni yang menjadi contoh cerpen pendek beserta unsur intrinsik dan ekstrinsiknya yang akan dibahas di bagian selanjutnya:
Haji Goni
Berikut ini contoh cerpen pendek beserta unsur intrinsik dan ekstrinsiknya.
Haji Goni marah-marah lagi. Kali ini, seorang pemuda tertikam kalimatnya yang tajam. Matanya jalang. Urat-uratnya muncul di sela-sela pelipisnya yang basah karena keringat.
“Lu kalo kencing jangan sembarangan! Ini bukan WC umum!”
“Maaf, Aji. Tadi saya kebelet,” Dani menunduk. Jari-jarinya basah.
“Elu tahu, ini kamar mandi fasilitas buat orang yang tinggal di kontrakan gue. Bukan buat elu!”
Haji Goni di usianya yang menginjak hampir kepala tujuh semakin menjadi-jadi saja. Lima tahun menduda dengan anak-anak yang juga sudah masing-masing mandiri membuatnya jadi kesepian dan pemarah. Itulah asumsi warga setempat.
Sementara Dani merupakan pemuda berumur dua puluh lima tahun asal Purwodadi yang sedang merantau ke Jakarta. Ia baru tinggal di RT 6 ini tidak lebih dari dua bulan lamanya. Adalah wajar bagi Ia tak mengenali watak dari Haji Goni. Masuk akal bila Ia tanpa ada rasa takut langsung nyelonong memakai toilet di kontrakan milik Haji Goni. Kenalah dia.
Setiap harinya selalu ada saja yang bisa membuat Haji Goni emosi. Kalau kumat tak pandang bulu. Orang dewasa sampai anak-anak yang main di dekat rumah atau pun kontrakannya pasti kena. Penduduk RT 6 pun jadi was-was tiap kali melewati area milik Haji Goni.
Lanjutan Cerita Haji Goni
Padahal dulu saat masih muda ia terkenal sebagai orang yang begitu dikagumi dan disegani di kampung ini. Bukan karena harta dan gelar hajinya namun karena memang sifat dan sikapnya yang patut menjadi acuan semua orang.
Kala itu Haji Goni rajin memimpin kerja bakti di lingkungannya. Orang-orang pun secara sukarela mau mengikuti arahannya. Selain memimpin, tak lupa sekedar makanan kecil untuk ngopi mereka yang bekerja pasti disajikan oleh orang dari rumahnya.
Ia mau mengerjakan semua itu meskipun Ia tidak menjabat apa-apa di lingkungan tempat tinggalnya. Tidak harus memiliki jabatan untuk bisa memimpin, katanya. Bukan tidak pernah pula warga menunjuknya untuk jadi ketua RT saja. Tapi Haji Goni selalu menolak. Alasannya satu, khawatir tidak amanah.
Kalau musim Agustusan, Haji Goni rela tanah lapangannya yang luas menjadi arena untuk berbagai kegiatan. Yang paling sering adalah untuk panjat pinang. Kadang karena fisiknya yang masih kuat saat itu, Ia juga ikut manjat untuk meramaikan suasana.
Selain tanah lapangnya, empangnya juga menjadi salah satu arena buat lomba gebuk bantal. Setelah air empangnya keruh, warga setempat pun diperbolehkan mengambil ikannya yang mangap-mangap karena mabuk. Sungguh dermawan memang Haji Goni pada masa itu.
Perubahannya menjadi pribadi yang seperti sekarang, sensitif, gampang marah, dan baperan bukan tanpa alasan. Ia merupakan penduduk asli dari tempat tersebut. Dari nenek buyutnya pun sudah menempati tanah yang sama berpuluh-puluh tahun.
Hingga suatu masa tibalah pembangunan di Ibukota merajalela. Gedung-gedung mulai berlomba siapa yang paling tinggi untuk bisa menyentuh awan. Lahan-lahan kosong mulai dibersihkan untuk pembangunan yang marak itu. Lahan milik Haji Goni pun menjadi salah satu targetnya.
Pernah beberapa orang perwakilan dari perusahaan dan pemerintahan setempat mendatanginya dan mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali caci maki.
“Kagak bakalan gua kasih. Dari nenek buyut gue semuanya udah tinggal dan hidup di sini dari dulu. Kagak, nggak mau gua. Gua kagak bisa dibego-begoin.”
Orang-orang itu pun pergi dengan tangan hampa. Lembaran surat tanpa tandatangan Haji Goni terpaksa dibawa lagi ke kantor.
Lanjutan Cerita Haji Goni
Kebanyakan sanak saudaranya yang juga memiliki tanah luas kalap dengan penawaran tinggi dari para kontraktor. Tak pikir panjang mereka menjual tanah warisan dari orang tua. Bahkan ada pula yang tega menjual rumah yang biasa ditinggali dan lebih memilih pindah ke pinggiran pun ada pula yang jahanam menjual aset orang tua demi uang yang gampang raib untuk belanja ini-itu, pergi kesana-kesini.
Saat banyak lahan di kampung-kampung sebelah jatuh ke tangan perusahaan-perusahaan, Haji Goni keukeuh dengan lahannya. Ia jadi lebih sering mengurung diri di rumah karena tidak tahan melihat langit yang dulu begitu biru nan elok, kini terhalang pencakar langit bak raksasa yang siap menghancurkan rumah-rumah kecil di sekitarnya.
Ketakutannya cukup beralasan dan bukan karena alasan egois akan hilangnya sebuah tempat bersejarah bagi perjalanan hidupnya. Lebih dari itu. Selalu lebih dari itu. Ia berpikiran dan mengkhawatirkan akan di mana nanti anak-anak kecil bermain.
“Elu tahu kagak itu lapangan futsal jadi banyak karena apa? Karena udah kagak ada lapangan yang gede, kagak ada lagi tempat buat bermain buat anak-cucu kite pada kalau elu jual-jualin!”
Amarahnya meledak kala itu. Tidak tahan melihat warga yang begitu berpikiran pendek dengan mudahnya bisa melepaskan tanah kelahirannya sendiri.
Dengan semua perubahan di lingkungannya tersebut wajar saja bila ia menjadi amat protektif dengan apa yang dimilikinya sekarang. Kekesalannya pada warga lain yang tak mengerti apa yang mereka hadapi membuatnya berubah dan memandang sinis pada semua orang. Betapa piciknya orang-orang ini saat diiming-imingi uang.
Alasan Haji Goni mungkin hanyalah takut kehilangan tanah kelahiran dan takut anak-cucunya kehilangan tempat untuk bermain. Namun ada alasan yang lebih luas dari itu. Pembangunan pasti mengorbankan banyak hal. Lahan yang dipakai bisa saja tadinya merupakan tanah hunian warga. Atau bila pun memang tadinya kosong, bisa saja merupakan tanah resapan hujan untuk mencegah banjir. Ataupun lahan dengan banyak pepohonan sebagai tempat makhluk hidup lain hidup. Keseimbanganlah yang luput dari mata hati mereka yang berdasi di gedung-gedung itu. Tunggu, apa mereka punya hati?
Itulah contoh cerpen pendek beserta unsur intrinsik dan ekstrinsiknya yang dibahas di bagian berikutnya!
Unsur Intrinsik Cerpen Haji Goni
Berikut ini unsur intrinsik dari cerpen Haji Goni:
- Tema: Konflik lahan di perkotaan
- Tokoh dan penokohan: Haji Goni, karakter yang kuat dalam mempertahankan tanah warisan leluhurnya
- Latar: Pinggiran kota, siang hari, masa dimana terdapat banyak penggusuran tanah dan penggantian fungsi lahan dari tempat penduduk menjadi perkantoran
- Alur dan plot: maju
- Sudut pandang: sudut pandang orang ketiga
- Amanat: pertumbuhan perekonomian harus dibatasi dan berprikemanusiaan
- Gaya bahasa: formal dan santai
Unsur Ekstrinsik Cerpen Haji Goni
Berikut ini unsur ekstrinsik dari cerpen Haji Goni:
- Latar belakang penulis: penulis tinggal di perkotaan saat cerpen ini ditulis
- Latar belakang masyarakat: masyarakat pinggiran ibukota yang terpinggirkan
- Nilai dalam cerpen: pentingnya menjaga tanah peninggalan leluhur
- Sikap pengarang: kritis terhadap pembangunan yang menjalar kemana-mana
- Psikologi pengarang dan pembaca: psikologi pengarang tenang namun banyak pertanyaan
- Keadaan lingkungan pengarang: memprihatinkan dengan pembangunan yang tak terbatas
Kesimpulan
Demikianlah contoh cerpen pendek beserta unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Materi ini selalu hadir dalam soal ujian tengah semester, akhir semester, maupun ujian sekolah mata pelajaran bahasa Indonesia.
Bila sudah belajar masing-masing materi tersebut kamu pasti tidak akan kesusahan lagi menjawab soal mengenai materi ini.
Semoga contoh cerpen pendek yang dilengkapi dengan unsur intrinsik dan ekstrinsiknya ini membuatmu makin paham, ya!
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: