15 Contoh Cerpen tentang Pengalaman Waktu Sekolah di SMP Kelas 8 dan 9 yang Menarik
15 Contoh Cerpen tentang Pengalaman Waktu Sekolah di SMP Kelas 8 dan 9 yang Menarik – Masa SMP sendiri merupakan waktu di mana siswa lulusan SD sudah mulai menginjak ke usia remaja.
Tentunya ada banyak cerita dan kenangan selama masa SMP. Apalagi jika kamu adalah seseorang yang gemar membaca dan berimajinasi, maka menulis cerpen bisa menjadi medianya.
Salah satu bentuk tulisan karya sastra ini sudah sangat familiar dan sering dibuat oleh sebagian orang. Meskipun terlihat mudah karena hanya perlu menuliskan cerita, namun tetap ada beberapa kaidah dalam penulisannya. 📖😊✨
Daftar Isi
- Contoh Cerpen tentang Pengalaman Waktu Sekolah di SMP Kelas 8 dan 9
- 1. Malas Belajar Membuatku Menyesal
- 2. Teman Baru di Kelas 9
- 3. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Mengubahku
- 4. Hari Pertama di Kelas 8
- 5. Nilai Matematika yang Meningkat
- 6. Takut Presentasi di Depan Kelas
- 7. Teman Sejati di Kelas 9
- 8. Kompetisi Olahraga Sekolah
- 9. Pelajaran Seni yang Menginspirasi
- 10. Liburan Bersama Kelas
- 11. Pertunjukan Drama Sekolah
- 12. Menghadapi Ujian Akhir
- 13. Membantu Teman yang Kesulitan
- 14. Mengikuti Lomba Karya Tulis
- 15. Menjadi Relawan di Sekolah
- Penutup
Daftar Isi
- Contoh Cerpen tentang Pengalaman Waktu Sekolah di SMP Kelas 8 dan 9
- 1. Malas Belajar Membuatku Menyesal
- 2. Teman Baru di Kelas 9
- 3. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Mengubahku
- 4. Hari Pertama di Kelas 8
- 5. Nilai Matematika yang Meningkat
- 6. Takut Presentasi di Depan Kelas
- 7. Teman Sejati di Kelas 9
- 8. Kompetisi Olahraga Sekolah
- 9. Pelajaran Seni yang Menginspirasi
- 10. Liburan Bersama Kelas
- 11. Pertunjukan Drama Sekolah
- 12. Menghadapi Ujian Akhir
- 13. Membantu Teman yang Kesulitan
- 14. Mengikuti Lomba Karya Tulis
- 15. Menjadi Relawan di Sekolah
- Penutup
Contoh Cerpen tentang Pengalaman Waktu Sekolah di SMP Kelas 8 dan 9
Pada pembahasan kali ini, Mamikos akan memberikan contoh cerpen tentang pengalaman waktu sekolah di SMP.
Kamu bisa menulis cerpen dalam berbagai genre, mulai dari percintaan, jenaka, kasih sayang, dan lain-lain.
Cerpen dengan genre apapun termasuk contoh cerpen tentang pengalaman waktu sekolah di SMP tetap memiliki fungsi layaknya karya sastra lainnya.
Berikut contoh cerpen tentang pengalaman waktu sekolah di SMP yang bisa dijadikan referensi.
1. Malas Belajar Membuatku Menyesal
SMA Setia Budi adalah salah satu sekolah yang cukup terkenal di kotaku.
Hal ini dikarenakan setiap tahunnya, SMA Setia Budi menerima ratusan siswa siswi lulusan SD dan tidak pernah sepi peminat dan aku adalah salah satunya.
Selama menjalani sekolah di SMA Setia Budi, aku memiliki 2 sahabat bernama Anin dan Kinan. Mereka berteman baik denganku sejak kelas 7 hingga sekarang mendekati kelulusan SMP.
Menjelang ujian kelas 7 akhir, aku merasa sangat malas melakukan segala sesuatu sehingga berdampak juga pada aktivitas belajarku.
Aku hanya belajar saat kondisi mood sedang baik saja, selebihnya tidur atau bermain.
Setelah melewati masa-masa Ujian Kenaikan Kelas, aku yakin bahwa nilaiku akan mengalami penurunan.
Sudah pasti aku akan dimasukkan ke kelas 8E yang terkenal karena isinya adalah murid-murid nakal dan pemalas.
Benar saja, saat hari pembagian kelas tiba, namaku ada dalam daftar siswa-siswi penghuni kelas 8E.
Saat itu aku kaget tapi juga merasa biasa saja karena sudah memprediksi bahwa hal ini akan terjadi.
“Anin, Kinan, selamat ya kalian masuk ke kelas 8A!” ucapku memberikan selamat pada kedua sahabatku.
“Makasih ya, semoga lain kali kamu bisa lebih rajin belajar dan tidak malas. Malu banget bisa sampai masuk kelas 8E.” jawab Anin. Aku cukup kaget mendengarnya karena ini terdengar kasar bagiku.
“Iya, selama kelas 8 ini aku akan lebih rajin belajar, supaya nanti di kelas 9 kita bertiga bisa sekelas lagi.” jawabku dengan cukup sedih.
Semenjak hari pembagian kelas itu, hubungan kami bertiga mulai renggang. Rupanya Anin dan Kinan mulai membagi jarak denganku.
Di sekolah kami, memang anak-anak kelas huruf D dan E tidak begitu banyak disukai.
Kebanyakan dari mereka nakal, susah diatur, suka membuat onar, serta dicap sebagai siswa-siswi pemalas.
Aku cukup menyesal karena saat itu memilih malas-malasan daripada belajar untuk Ujian Kenaikan Kelas.
Setiap istirahat, aku bertemu dengan Anin dan Kinan di kantin. Saat ku tegur sapa, mereka hanya tersenyum datar lalu pergi meninggalkanku.
Kelas 8 ini adalah masa-masa yang cukup membuatku stres karena tidak punya teman.
Tiba saatnya menjelang Ujian Kenaikan Kelas, aku berjanji untuk tidak mengulangi hal yang sama seperti tahun lalu. Aku belajar bersungguh-sungguh supaya bisa masuk ke kelas 9A atau 9B.
Kesadaran ini membuatku bangkit dan termotivasi agar tidak dicap sebagai anak pemalas lagi.
Selain itu, alasan lainnya adalah supaya hubungan persahabatanku dengan Anin dan Kinan bisa membaik lagi seperti dulu.
“Nggak papa kemarin gagal, tapi kali ini aku harus bangkit, nilaiku harus naik lagi, ayo semangat!” ucapku dalam hati menyemangati diri sendiri.
Pulang sekolah dan malam hari aku belajar mempersiapkan ujian.
Hingga tiba hari ujian, aku bersyukur karena bisa mengerjakan seluruh soal dengan mudah. Semua pelajaran selama 2 semester ini bisa aku kuasai sehingga menjawab soal ujian bukan hal yang sulit.
Setelah itu, tibalah hari pembagian kelas, aku sangat gugup karena takut kejadian tahun lalu terulang kembali. Ternyata dugaanku salah! Aku berhasil masuk ke kelas 9A bersama Anin dan Kinan.
“Selamat ya kamu berhasil mengalahkan rasa malasmu dan bisa masuk ke kelas 9A!” kata Kinan memberikanku selamat.
Entah kenapa hari itu aku sangat bahagia, karena Anin dan Kinan kembali menyapaku bahkan memberikan selamat.
Semenjak saat itu, hubungan persahabatan kami bertiga menjadi lebih baik.
Setiap permasalahan dibicarakan baik-baik. Saat itu aku tahu, bahwa baik Anin maupun Kinan ternyata juga pernah mengalami masalah yang sama denganku, yaitu malas belajar.
Namun, satu hal yang membuatku sadar adalah mereka tidak mau menyerah hanya karena malas.
Mereka berdua memperjuangkan nilainya dan tidak ingin membiarkan rasa malasnya semakin menguasai dirinya.
Padahal keduanya adalah anggota OSIS juga yang artinya memiliki kesibukan tambahan di luar jam sekolah.
Tetapi, nyatanya mereka masih bisa membagi waktu untuk belajar, berorganisasi, bermain, dan beristirahat.
Setelah kejadian ini, aku mulai belajar untuk tidak membiarkan rasa malas menguasai diriku. Aku berusaha memacu semangatku untuk tidak gampang menyerah.
Istirahat boleh tetapi jangan sampai terlena hingga membuat tugas dan tanggung jawabku terabaikan.
Waktu berlalu dan hari ini adalah hari wisuda SMP Setia Budi. Kami bertiga dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup membanggakan.
Kami masih berteman dan belajar bersama untuk memperjuangkan SMA impian selanjutnya.
2. Teman Baru di Kelas 9
SMP Harapan Bangsa adalah sekolah yang cukup besar di kotaku.
Di kelas 9, aku merasa sedikit cemas karena banyak teman yang sudah saling mengenal sejak kelas 7 dan 8. Aku termasuk siswa yang cukup pendiam, sehingga agak sulit beradaptasi.
Hari pertama masuk kelas 9, aku bertemu dengan seorang teman baru bernama Rafi. Dia ramah dan langsung menyapaku dengan hangat. Aku merasa sedikit lega karena akhirnya ada teman yang bisa diajak bicara.
Awal-awal pertemanan kami tidak langsung dekat, karena aku masih malu-malu. Namun, seiring waktu, kami mulai sering belajar bersama, membahas tugas, dan bahkan bermain di saat istirahat.
Suatu hari, guru matematika memberikan tugas kelompok. Aku dan Rafi satu kelompok bersama dua teman lainnya. Awalnya kami sempat bingung membagi tugas, tetapi Rafi dengan tenang membagi pekerjaan dan memberi semangat agar semua bisa menyelesaikannya dengan baik.
Pengalaman ini membuatku sadar bahwa memiliki teman yang baik bisa membantu belajar lebih efektif dan membuat suasana sekolah lebih menyenangkan.
Akhir semester, nilai kami meningkat signifikan berkat kerja sama tim yang baik. Aku pun bersyukur karena pertemanan dengan Rafi membuatku lebih percaya diri menghadapi pelajaran dan tantangan di kelas 9.
Sejak saat itu, aku belajar untuk lebih terbuka pada teman baru dan tidak takut menjalin hubungan baik dengan siapa pun. SMP menjadi tempat yang penuh warna karena persahabatan yang tulus bisa terbentuk dari awal yang sederhana.
3. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Mengubahku
Di kelas 8 SMP Nusantara, aku merasa cukup biasa-biasa saja. Aku tidak menonjol dalam akademik maupun kegiatan ekstrakurikuler. Namun, semuanya berubah ketika aku mengikuti OSIS atas dorongan teman-temanku.
Awalnya aku ragu karena merasa tidak bisa berorganisasi. Tapi guru pembimbing mengatakan, “Setiap orang punya potensi, yang penting mau mencoba.” Aku pun mendaftar dan diterima menjadi anggota divisi acara.
Hari pertama ikut rapat OSIS, aku merasa gugup karena banyak teman yang lebih percaya diri dan berpengalaman. Aku hanya mendengarkan sambil mencatat ide-ide mereka. Namun, perlahan aku mulai berani mengajukan saran, walau masih malu-malu.
Seiring waktu, aku belajar mengatur waktu antara sekolah, belajar, dan kegiatan OSIS. Kami mengadakan beberapa acara kecil, seperti lomba kebersihan kelas dan pentas seni. Aku diberi tanggung jawab untuk menyiapkan perlengkapan acara.
Pengalaman ini membuatku lebih disiplin dan percaya diri. Aku juga belajar bekerja sama dalam tim dan menghargai pendapat orang lain. Nilai-nilaimu juga meningkat karena aku belajar membagi waktu dengan baik.
Ketika kelas 9 tiba, aku dipercaya menjadi koordinator acara besar sekolah. Aku merasa bangga dan bersyukur karena sebelumnya ragu-ragu untuk mencoba. Kegiatan ekstrakurikuler ternyata membuatku berkembang menjadi pribadi yang lebih matang dan bertanggung jawab.
SMP bagiku bukan hanya tentang belajar di kelas, tetapi juga tentang kesempatan untuk menemukan potensi diri dan membangun persahabatan yang bermanfaat.
4. Hari Pertama di Kelas 8
Hari pertama masuk kelas 8, aku merasa sangat gugup. Banyak teman yang sudah saling mengenal sejak kelas 7, sementara aku merasa sedikit terasing. Bangku paling belakang terasa sunyi dan menakutkan. Aku tidak tahu harus mulai dari mana untuk membuka percakapan dengan teman-teman baru.
Saat guru memperkenalkan murid satu per satu, namaku dipanggil terakhir. Aku berjalan dengan gemetar menuju depan kelas dan memperkenalkan diri. Setelah kembali ke bangku, aku duduk termenung.
Tiba-tiba, seorang teman bernama Dita tersenyum dan mengajakku duduk bersamanya. Ia memperkenalkan beberapa teman lain, dan aku mulai merasa diterima. Hari itu kami banyak berbicara tentang pengalaman sekolah sebelumnya, guru-guru favorit, dan hobi masing-masing.
Seiring waktu, aku mulai merasa nyaman di kelas. Kami sering belajar bersama, saling mengingatkan untuk mengerjakan tugas, dan berbagi tips menghadapi ujian. Aku belajar bahwa keberanian untuk menyapa teman baru dan bersikap ramah membuat lingkungan sekolah menjadi lebih menyenangkan.
Hingga akhir semester, aku memiliki banyak teman. Hari-hari yang awalnya menakutkan kini terasa menyenangkan. Aku belajar bahwa kadang membuka diri pada orang lain bisa mengubah suasana menjadi lebih positif dan membantu kita merasa diterima. Hari pertama yang menegangkan itu akhirnya menjadi awal persahabatan yang hangat dan menyenangkan.
5. Nilai Matematika yang Meningkat
Selama kelas 7 dan 8, pelajaran matematika selalu menjadi momok bagiku. Setiap ulangan, nilai yang kuperoleh selalu rendah, membuatku minder dibandingkan teman-teman. Aku merasa frustrasi dan ingin menyerah, tetapi rasa ingin berhasil tetap ada.
Memasuki kelas 9, aku memutuskan untuk berubah. Aku mulai belajar lebih serius, membuat catatan, dan menyelesaikan soal-soal latihan setiap malam. Aku juga meminta bantuan teman sekelas, Fajar, yang dikenal pintar matematika. Fajar sangat sabar menjelaskan soal-soal yang sulit, dari aljabar hingga geometri.
Awalnya sulit memahami, tapi perlahan aku mulai mengerti. Setiap kali berhasil menyelesaikan soal sulit, aku merasa bangga dan termotivasi untuk belajar lebih keras lagi. Aku mulai rutin ikut les tambahan di sekolah dan berlatih soal-soal ujian sebelumnya.
Saat ujian tengah semester tiba, aku merasa lebih percaya diri. Aku bisa menjawab soal-soal dengan lancar dan tidak lagi panik. Hasilnya, nilai matematika-ku naik drastis, bahkan berada di atas rata-rata kelas. Aku merasa puas dan bersyukur atas usaha yang kujalani.
Pengalaman ini mengajarkanku bahwa kerja keras, kesabaran, dan keberanian untuk meminta bantuan teman bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi lebih mudah. Sekarang aku lebih percaya diri menghadapi pelajaran lainnya.
6. Takut Presentasi di Depan Kelas
Di kelas 8, aku mendapatkan tugas untuk melakukan presentasi proyek IPA di depan seluruh kelas. Begitu mengetahui hal ini, aku merasa takut dan gelisah. Aku membayangkan diriku salah menjawab pertanyaan atau lupa materi yang sudah dipersiapkan.
Hari pertama latihan presentasi, aku hampir menyerah. Aku merasa gugup, tangan berkeringat, dan suara bergetar. Namun, teman-temanku memberi semangat, bahkan guruku menenangkan dan menyemangatiku untuk mencoba.
Hari presentasi tiba. Dengan gemetar, aku melangkah ke depan kelas. Perlahan, aku mulai menjelaskan proyek dengan suara yang sedikit mantap. Teman-teman terlihat fokus mendengarkan. Ketika selesai, mereka memberi tepuk tangan dan pujian. Aku merasa lega sekaligus bangga.
Pengalaman ini mengajarkanku banyak hal. Aku belajar bahwa rasa takut akan selalu ada, tetapi keberanian untuk mencoba lebih penting. Sejak saat itu, aku tidak lagi takut berbicara di depan umum. Bahkan ketika ada tugas presentasi berikutnya, aku bisa melakukannya dengan percaya diri.
Presentasi IPA bukan sekadar tugas sekolah, tetapi pengalaman yang membuatku lebih percaya diri dan berani menghadapi tantangan lain di kelas. Aku menyadari bahwa keberanian dan latihan bisa mengubah rasa takut menjadi pencapaian yang membanggakan.
7. Teman Sejati di Kelas 9
Kelas 9 adalah masa-masa sibuk. Banyak PR, ujian, dan persiapan kelulusan. Awal-awal kelas 9, aku merasa kewalahan menghadapi banyak tugas. Namun, aku beruntung memiliki teman bernama Rani.
Rani selalu membantuku belajar, mengingatkan untuk tidak menunda tugas, dan menenangkan saat aku stres. Persahabatan kami membuat pelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Kami belajar bersama, mengerjakan proyek kelompok, dan saling memberi tips menghadapi ujian.
Suatu hari, kami mendapat tugas kelompok besar. Aku merasa cemas karena takut tidak bisa mengerjakannya dengan baik. Rani menenangkan dan membagi tugas agar semua bisa selesai tepat waktu. Berkat kerja sama yang baik, proyek kami berhasil dan mendapat nilai tinggi.
Pengalaman ini membuatku sadar, teman sejati bukan hanya yang bermain bersama, tetapi yang mendukung dan membantu kita saat menghadapi kesulitan. Persahabatan dengan Rani membuat kelas 9 menjadi lebih ringan dan menyenangkan.
Aku belajar bahwa memiliki teman yang baik sangat penting, bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Persahabatan yang tulus bisa membuat masa-masa sulit di sekolah menjadi lebih bermakna.
8. Kompetisi Olahraga Sekolah
Di kelas 8, sekolahku mengadakan kompetisi olahraga antar kelas. Aku bukan anak yang jago olahraga, terutama dalam sepak bola. Awalnya aku ragu ikut lomba karena takut mengecewakan teman-teman.
Namun, teman sekelasku, Aldi, meyakinkanku untuk ikut. “Yang penting usaha, jangan takut gagal,” katanya. Aku pun akhirnya mendaftar sebagai anggota tim sepak bola kelas.
Latihan dimulai setiap sore. Aku merasa berat karena stamina kurang, tetapi aku tidak mau menyerah. Teman-teman selalu memberi semangat, bahkan ketika aku salah menendang bola. Perlahan, kemampuan bermainku meningkat. Aku belajar bekerja sama dalam tim, menghargai strategi teman, dan tidak mudah menyerah.
Hari lomba tiba. Kelas kami bermain melawan kelas lain yang lebih unggul. Aku gugup, tetapi ingat kata-kata Aldi. Selama pertandingan, aku berusaha memberikan yang terbaik. Tim kami kalah tipis, tetapi semua tetap tersenyum.
Pengalaman ini membuatku sadar bahwa yang penting bukan menang atau kalah, tetapi usaha, kerjasama, dan semangat pantang menyerah. Kompetisi olahraga juga mengajarkan rasa tanggung jawab terhadap tim dan menghargai usaha orang lain. Aku merasa bangga karena berani mencoba meskipun awalnya takut.
Sejak itu, aku lebih percaya diri ikut kegiatan olahraga, bahkan terkadang memimpin teman-teman dalam latihan. Kompetisi itu menjadi pelajaran berharga yang tidak akan kulupakan.
9. Pelajaran Seni yang Menginspirasi
Kelas 9 di SMP Harapan Bangsa memiliki mata pelajaran seni yang selalu membuatku penasaran. Aku bukan anak yang berbakat seni, tetapi guru seni selalu mendorong kami untuk berkreasi.
Suatu hari, guru memberi tugas membuat lukisan bebas tentang impian masa depan. Awalnya aku bingung, karena tidak tahu harus menggambar apa. Namun, teman-temanku saling memberi ide. Aku pun memutuskan menggambar sekolah impianku.
Proses menggambar ternyata menyenangkan. Aku belajar memadukan warna, menata objek, dan mengekspresikan ide melalui lukisan. Guru memberi banyak pujian dan masukan untuk memperbaiki hasil karyaku.
Saat hari pameran karya seni tiba, lukisanku dipajang di ruang kelas. Banyak teman yang memuji hasilnya. Aku merasa bangga karena karya yang awalnya diragukan kini diapresiasi.
Pengalaman ini mengajarkanku bahwa setiap orang bisa berkreasi jika berani mencoba. Seni bukan hanya tentang bakat alami, tetapi juga usaha dan keberanian mengekspresikan diri. Aku belajar untuk lebih percaya diri dan kreatif dalam menghadapi tantangan.
Sejak itu, aku sering mengikuti lomba seni dan selalu berusaha mengekspresikan diri melalui karya-karya sederhana. Seni mengajarkanku kesabaran, fokus, dan percaya diri.
10. Liburan Bersama Kelas
Setiap tahun, sekolahku mengadakan kegiatan liburan kelas. Tahun itu, kelas 8 kami pergi ke pantai. Aku sangat antusias karena belum pernah pergi dengan teman-teman sekelas.
Perjalanan dimulai pagi hari, dan semua tampak bersemangat. Sesampainya di pantai, kami bermain voli, berenang, dan membuat api unggun. Aku merasa dekat dengan teman-teman, termasuk mereka yang sebelumnya jarang aku ajak bicara.
Saat malam tiba, guru mengajak kami duduk melingkar sambil berbagi pengalaman selama kelas 8. Aku mendengar cerita teman-teman tentang suka duka belajar dan persahabatan. Aku merasa terinspirasi dan lebih menghargai teman-temanku.
Liburan ini mengajarkanku pentingnya kerja sama dan kebersamaan. Aku belajar bahwa kenangan indah di sekolah bukan hanya tentang pelajaran, tetapi juga tentang momen bersama teman.
Kegiatan ini membuat kelas kami lebih kompak. Aku menyadari bahwa persahabatan yang terjalin melalui pengalaman bersama bisa lebih kuat daripada sekadar teman sekelas biasa.
11. Pertunjukan Drama Sekolah
Di kelas 9, guru bahasa Indonesia memberikan tugas membuat pertunjukan drama. Aku awalnya gugup karena tidak pernah tampil di depan banyak orang.
Teman-temanku, terutama Lia, menyemangatiku. Kami membagi peran dan latihan setiap sore. Awalnya, aku sering lupa dialog dan merasa malu. Namun, latihan yang rutin membuatku lebih percaya diri.
Hari pertunjukan tiba. Aku naik ke panggung dengan jantung berdebar. Saat adegan pertamaku, aku berhasil mengingat dialog dan mengekspresikan emosi dengan baik. Teman-teman dan guru memberi tepuk tangan.
Pertunjukan drama mengajarkanku disiplin, percaya diri, dan kerja sama. Aku belajar bahwa kesalahan saat latihan adalah bagian dari proses belajar. Aku juga menyadari bahwa keberanian mencoba hal baru bisa membuka pengalaman yang berharga.
Setelah pertunjukan, aku merasa lebih berani menghadapi ujian lisan dan tugas presentasi lainnya. Drama sekolah menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.
12. Menghadapi Ujian Akhir
Kelas 9 adalah masa paling menegangkan karena ujian akhir sudah dekat. Aku merasa cemas karena ada beberapa pelajaran yang sulit, terutama matematika dan fisika.
Aku memutuskan membuat jadwal belajar agar lebih teratur. Setiap sore aku belajar bersama teman, membahas soal-soal sulit, dan mengulang materi yang belum dikuasai. Kadang aku merasa lelah, tetapi tekad untuk lulus dengan nilai baik membuatku semangat.
Hari ujian tiba. Aku mencoba tetap tenang dan fokus. Ketika melihat soal, aku merasa lega karena banyak yang sudah dipelajari sebelumnya. Aku menjawab dengan hati-hati dan memastikan tidak melewatkan soal.
Hasilnya, nilai ujian akhir cukup memuaskan. Aku merasa bangga karena usaha dan disiplin yang dilakukan membuahkan hasil. Pengalaman ini mengajarkanku pentingnya kerja keras, konsistensi, dan manajemen waktu dalam menghadapi tantangan.
Sejak itu, aku lebih percaya diri menghadapi pelajaran dan tidak takut dengan ujian. Aku juga belajar bahwa persiapan yang baik adalah kunci kesuksesan.
13. Membantu Teman yang Kesulitan
Di kelas 8, teman sekelasku, Fina, kesulitan memahami pelajaran IPA. Aku melihatnya stres dan tidak percaya diri. Aku memutuskan membantunya belajar setelah jam sekolah.
Kami duduk di perpustakaan dan membahas materi perlahan. Aku menjelaskan dengan sabar dan memberi contoh soal yang mudah dipahami. Fina mulai memahami dan merasa lebih percaya diri.
Hari berikutnya, Fina mulai ikut berdiskusi di kelas dan mengerjakan tugas dengan lebih baik. Aku merasa senang bisa membantu teman dan melihatnya berkembang.
Pengalaman ini mengajarkanku nilai empati dan kerja sama. Membantu teman bukan hanya membuatnya senang, tetapi juga membuatku belajar lebih dalam. Aku sadar bahwa belajar bersama teman bisa memperkuat persahabatan dan meningkatkan pemahaman.
Sejak saat itu, aku selalu siap membantu teman yang kesulitan. Pengalaman ini membuat SMP terasa lebih hangat dan penuh makna.
14. Mengikuti Lomba Karya Tulis
Di kelas 9, sekolahku mengadakan lomba karya tulis tingkat SMP. Awalnya aku ragu mengikuti lomba ini karena aku merasa tulisanku biasa saja dan tidak sebaik teman-teman lain. Namun, guruku memberi semangat, “Coba dulu, jangan takut gagal.”
Aku pun memutuskan ikut lomba. Setiap sore aku menulis dan menyusun ide, mencoba membuat cerita yang menarik. Teman-temanku beberapa kali membaca dan memberi masukan agar tulisanku lebih jelas dan rapi. Aku belajar menyusun alur cerita, mengatur paragraf, dan memperhatikan ejaan.
Hari pengumpulan karya tiba. Aku menyerahkan tulisanku dengan rasa cemas dan sedikit khawatir. Saat pengumuman pemenang, namaku disebut sebagai juara harapan kedua. Aku merasa bangga sekaligus lega.
Pengalaman ini mengajarkanku pentingnya keberanian mencoba hal baru, meskipun awalnya takut gagal. Aku juga belajar bahwa kritik teman dan guru adalah hal yang membantu kita berkembang.
Sejak lomba itu, aku lebih percaya diri menulis dan tidak lagi takut mengikuti kompetisi. Aku menyadari bahwa kesuksesan datang bukan dari bakat semata, tetapi dari usaha, latihan, dan kemauan untuk terus belajar.
15. Menjadi Relawan di Sekolah
Kelas 8 di SMP Harapan Bangsa mengadakan kegiatan bakti sosial. Aku diminta menjadi relawan membantu mendata peserta dan menyiapkan perlengkapan. Awalnya aku ragu karena aku pemalu dan jarang berbicara dengan banyak orang.
Hari kegiatan tiba. Aku mencoba menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. Aku membantu mendata nama peserta, membagikan perlengkapan, dan memastikan acara berjalan lancar. Meski awalnya canggung, aku mulai terbiasa berinteraksi dengan teman dan guru.
Melihat anak-anak yang senang mengikuti kegiatan membuatku bahagia. Aku merasa peran kecilku memberi dampak positif bagi acara. Teman-temanku pun memberi pujian dan berterima kasih karena kerja samaku membuat kegiatan lebih lancar.
Pengalaman ini membuatku belajar tanggung jawab, kerja sama, dan rasa empati. Aku sadar bahwa menjadi relawan bukan hanya membantu orang lain, tetapi juga melatih keberanian dan disiplin diri.
Sejak saat itu, aku lebih percaya diri mengikuti kegiatan sekolah. Aku belajar bahwa setiap pengalaman, sekecil apapun, bisa memberi pelajaran berharga dan membuat kita lebih dewasa.
Penutup
Sebenarnya membuat cerpen itu mudah, tanpa disadari unsur intrinsik akan otomatis masuk di dalamnya.
Contoh cerpen tentang pengalaman waktu sekolah di SMP di atas dapat kamu jadikan referensi untuk membuat cerpen.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: