Kumpulan Contoh Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu dalam Tembang Macapat

Kumpulan contoh guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu – Tembang Macapat merupakan bagian integral dari warisan budaya Jawa yang kaya akan nilai-nilai tradisional dan keindahan sastra. 

Dalam Tembang Macapat, terdapat tiga peran penting yang menjadi landasan utama dalam memahami dan mengapresiasi keindahan sastra Jawa, yaitu guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. 

Ketiganya memiliki peran yang berbeda namun saling melengkapi dalam membentuk harmoni dan keutuhan sebuah tembang. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi kumpulan contoh guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu dalam Tembang Macapat.

Pengertian Tembang Macapat

Canva/@rattanakun

Tembang macapat adalah salah satu bentuk puisi lama yang berasal dari Jawa, Indonesia.

Istilah “macapat” berasal dari kata “maca” yang berarti membaca atau menghafal, dan “pat” yang berarti “papat” yang artinya “empat”. 

Dengan demikian, tembang macapat secara harfiah dapat diartikan sebagai “tembang yang dibaca empat-empat”.

Tembang macapat memiliki ciri khas dalam penyusunan metrum dan pola irama. Pola ini sering kali diatur sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu yang telah ditetapkan sejak lama. 

Metrum dan irama yang diatur secara khusus memberikan keindahan tersendiri pada tembang macapat.

Secara tradisional, tembang macapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kebijaksanaan, moral, atau nilai-nilai kehidupan.

Biasanya, tembang macapat berisi tentang berbagai aspek kehidupan manusia, seperti cinta, kebijaksanaan, kesetiaan, dan filosofi hidup.

Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui bait-bait puisi yang indah dan harmonis.

Satu hal yang menarik dari tembang macapat adalah penggunaan bahasa Jawa yang khas dan kaya akan makna. 

Bahasa Jawa memiliki keindahan tersendiri dalam penyampaian makna dan ekspresi perasaan, sehingga membuat tembang macapat semakin memikat.

Selain sebagai bentuk puisi, tembang macapat juga memiliki fungsi sebagai sarana hiburan dan penyampaian informasi. 

Dalam berbagai kesempatan tradisional, tembang macapat sering dipentaskan atau dibawakan sebagai hiburan bagi para pendengar.

Jenis-Jenis Macapat

Terdapat sebelas jenis tembang macapat, yaitu (1) maskumambang, (2) mijil, (3) sinom, (4) kinanti, (5) asmarandana, (6) gambuh, (7) dandanggula, (8) durma, (9) pangkur, (10) megatruh, dan (11) pucung. 

Masing-masing tembang macapat yang telah disebutkan mengandung kisah kehidupan sejak manusia lahir sampai meninggal dunia. 

Oleh karenanya, setiap jenis tembang memiliki karakter atau sifat tersendiri, misalnya sedih, bijaksana, jenaka, maupun duka. 

Tembang macapat biasanya mengandung suatu petuah atau wejangan (nasihat) yang disampaikan secara bijak menggunakan media kata-kata atau bahasa Jawa. 

Sehingga, dalam tembang macapat terdapat banyak sekali pesan atau pelajaran penuh arti yang ada di dalamnya.

Inilah 11 jenis tembang macapat yang mendeskripsikan atau mengisahkan laku hiidup sepanjang kehidupan manusia.

1. Maskumambang

Maskumambang menggambarkan kondisi manusia saat masih berada di alam roh dan kemudian ditanamkan dalam rahim atau gua garba oleh seorang ibu.

2. Miji

Pola metrum ini mengilustrasikan proses kelahiran manusia, di mana seorang bayi yang dinamakan manusia lahir melalui proses mijil atau mbrojol.

3. Sinom

Sinom adalah penggambaran masa muda yang indah, penuh harapan, dan impian-impian masa depan.

4. Kinanthi

Kinanthi menggambarkan masa pembentukan jati diri dan perjalanan menuju pencapaian cita-cita, dengan kata “kinanti” mengindikasikan perlunya bimbingan dan arahan agar cita-cita dapat tercapai.

5. Asmaradana

Asmaradana mengisahkan tentang masa-masa asmara dan percintaan, di mana seseorang larut dalam lautan kasih cinta.

6. Gambuh

Gambuh menggambarkan komitmen dalam pernikahan untuk menyatukan cinta dalam kehidupan rumah tangga.

7. Dhandhanggula

Dhandhanggula menggambarkan tahap kehidupan yang mencapai kesejahteraan sosial dan materiil, dengan cukup sandang, papan, dan pangan.

8. Durma

Durma menggambarkan pentingnya melakukan sedekah dan berbagi kepada sesama, dengan kata “durma” berasal dari kata “darma”.

9. Pangkur

Pangkur menggambarkan pertarungan dengan hawa nafsu dan keinginan yang menggerogoti jiwa, di mana seseorang berusaha menyingkirkan hawa nafsu dan kemarahan.

10. Megatruh

Megatruh menggambarkan pemisahan nyawa dari jasad manusia, menuju keabadian, atau kematian.

11. Pucung

Pucung menggambarkan jasad manusia yang hanya menyisakan tubuh yang dibungkus kain kafan putih saat dikuburkan, sebagai peristirahatan abadi.

Pengertian Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu

Buku Macapat Tembang Jawa Indah via detik.com

Guru gatra merujuk pada berapa banyak jumlah larik (baris) yang ada di dalam satu bait.

Sementara itu, Guru lagu adalah suatu persamaan bunyi atau vokal sajak di akhir kata pada masing-masing baris, bunyi lagu di akhir gatra dapat berupa a, i, u, e, o.

Persajakan a, i, u, e, o itu juga disebut dong dinge swara atau bersajak a, i, u, e, o. 

Terakhir, Guru wilangan merujuk pada berapa banyaknya jumlah suku kata (wanda) yang ada di setiap baris.

Tiap-tiap tembang macapat mempunyai ciri-ciri yang berbeda dalam setiap jenisnya.

Perbedaan tersebut terletak pada guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan (jumlah baris, bunyi sajak pada akhir baris, dan jumlah suku kata tiap baris). 

Susunan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan tersebut membuat tembang macapat menjadi indah dan memiliki ciri khas yang berbeda dari tembang lainnya.

Kumpulan Contoh Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu 

Guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu adalah istilah yang berkaitan dengan tembang macapat, sebuah bentuk puisi tradisional Jawa.

Masing-masing memiliki peran dan fungsi tersendiri dalam penyusunan dan penampilan tembang macapat.

Kumpulan Contoh Guru Gatra

Tembang Dhandhanggula memiliki sepuluh baris dalam satu gatra.

  1. madubrăngta bêbukaning rawi
  2. sung wêwarah maring para siswa 
  3. muwuhana wasitane 
  4. pradwija myang ramèbu
  5. bokmanawa ing têmbe wuri
  6. kêni kinarya kăndha
  7. sukur bage lamun 
  8. padha bangkit nglakonana 
  9. kabèh wulang kang kamot ing layang iki 
  10. yèku pangèsthinira

Tembang Sinom memiliki delapan baris dalam satu gatra.

  1. wong anom yogya mèngêta
  2. tuladan wikan mring wajib
  3. kadi Risang Dananjaya
  4. nalikane yun ngadani
  5. Baratayuda nguni 
  6. ing wiwitan mangu-mangu 
  7. dene ta mungsuhira
  8. warga lan kadang pribadi
  9. atanapi guru miwah mitranira 

Tembang Durma memiliki 7 baris dalam satu gatra, berikut contohnya:

  1. Kumbakarna duk têmpuh lan Sri Sugriwa
  2. têtêp ing tyas tan osik
  3. ngunadikèng driya
  4. dhuh rajaning wre sira
  5. ywa ngira yèn awak mami
  6. buta candhala
  7. tan wruh mring ala bêcik

Tembang Gambuh memiliki 5 baris dalam satu gatra:

  1. wasana murih gambuh
  2. mring wêwulang aywa nganti lumuh
  3. ambalèni nyinau kanthi pinikir
  4. dèn rasakkên jroning kalbu
  5. binudia mrih kalakon

Tembang Asmarandana memiliki 7 baris dalam satu gatra, berikut detailnya:

  1. pêpasthène para janmi
  2. nora bisa mangan sêga
  3. yèn tan olèh pitulunge
  4. wong liya sapirang-pirang
  5. lawan tan bisa nyandhang
  6. yèn sêpi saka pitulung
  7. uripe lir janma wanan

Kumpulan Contoh Guru Wilangan

Tembang Kinanti memiliki guru wilangan 8, 8, 8, 8, 8, 8.

kapiyarsa saking kêdhu (8 suku kata)
gumontang akarya miris (8 suku kata)
nulya kèndêl kang suwara (8 suku kata)
pra janma wus samya tangi (8 suku kata)
nambutkarya sowang-sowang (8 suku kata)
nging samya ngandhut kuwatir (8 suku kata)

Tembang Megatruh memiliki guru wilangan 12, 8, 8, 8, 8. Berikut uraian detailnya:

yèn calathu yèn mêmangan yèn angguyu (12 suku kata)
lêson linggih lawan guling (8 suku kata)
tata krama aywa kantun (8 suku kata) 
tuwa anom jalu èstri (8 suku kata)
wajib wikan kang sayêktos (8 suku kata)

Tembang Durma memiliki guru wilangan 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7. Berikut uraiannya:

nora mundur watake satriya tama (12 suku kata)
mantêp labuh nagari (7 suku kata)
lir Sang Kumbakarna (6 suku kata)
duk prang lan kapibala (7 suku kata)
mung têtêp labuh nagari (8 suku kata)
tan pisan cipta (5 suku kata)
bantu kadang kang sisip (7 suku kata)

Kumpulan Contoh Guru Lagu

Tembang Pocung memiliki guru lagu u, a, i, a.

kang pinucung marinci wataking têmbung (u)
jêr ana bêbasan (a)
tuna bathi saka nglathi (i)
marma yogya cathêtên sajroning cipta (a)

Tembang Dhandhanggula memiliki guru lagu  i, a, e, a, i, a, u, a, i, a.

manasuka dèn lakoni bêcik (i)
yèn tininggal nora dadi dosa (a)
nanging mungguh utamane (e)
linakon mrih pakantuk (a)
dene nyata amurakabi (i)
têpungan pawong mitra (a)
sanak myang sadulur (u)
tan lali badan priyăngga (a)
tuk patuwas wit manasuka nglakoni (i) 
wajibe tinêtêpan (a)

Tembang Sinom memiliki guru lagu a, i, a, i, i, u, a, i, a.

ana manèh têtuladan (a)
eling lamun dèn bêciki (i)
yèku Adipati Karna (a)
Ngawăngga prajanirèki (i)
duk arsa magut jurit (i)
pra pandhawa mêngsahipun (u)
byantu Natèng Ngastina (a)
ibunira bêbolèhi (i)
ing pangangkahKarna kinèn ambalika (a)
tilara nagri Ngastina (a)
kumpul kadang tunggal wibi (i)
Sri Karna dahat lênggana (a) 
asru merang lamun balik (i) 
èngêt kalamun wajib (i)
malês sih wilasanipun (u)
Buminata Ngastina (a)
suka lêbur jroning jurit (i)
aywa nganti tinggal kramaning satriya (a)

Tembang Asmaradhana memiliki guru lagu i, a, e, a, a, u, a.

èngêta ing têmbe buri (i)
masthi bakal ingulêsan (a)
nora bisa rampung dhewe (e)
kabèh butuh tinulungan (a)
mulane poma-poma (a)
dipun bêcik pangrêngkuhmu (u)
marang sasamèng tumitah (a)
eling-eling dèn pakeling (i)
aywa dumèh sira mênang (a)
sawênang-wênang tindake (e)
datan darbe têpa slira (a)
poma aja mangkana (a)
wit lair tumêkèng lampus (u)
sira tansah tinulungan (a)
kang aran pangrêngkuh bêcik (i)
tumrape marang wong liya (a)
cêkak kudu andhap asor (o)
alus manis wicaranya (a)
ngarah ngrêsêpkên manah (a)
lamun mangkono tindakmu (u)
aran wong wruh tata krama (a)

Penutup

Nah, itulah kumpulan contoh guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu dalam tembang macapat. Semoga bermanfaat.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta