Contoh Imitasi dalam Interaksi Sosial Beserta Pengertian dan Dampaknya
Contoh Imitasi dalam Interaksi Sosial Beserta Pengertian dan Dampaknya – Salah satu fenomena yang tidak bisa dihindari oleh manusia sebagai makhluk adalah imitasi.
Hampir setiap orang pernah melakukan imitasi. Bahkan sejak kecil, kita sudah melakukan imitasi terutama pada lingkungan.
Simak penjelasan terkait pengertian dan dampak hingga contoh imitasi dalam interaksi sosial berikut ini.
Berikut Pengertian, Dampak, dan Contoh Imitasi dalam Interaksi Sosial
Daftar Isi
Daftar Isi
Imitasi
adalah proses belajar yang dilakukan seseorang dengan mengikuti atau meniru
perilaku orang lain, baik itu sikap, gaya bicara, penampilan, maupun hal apa
saja yang dimiliki orang lain.
Biasanya proses imitasi ini berlaku bagi newborn yang meniru setiap tingkah laku orang tuanya.
Dengan kata lain, proses imitasi tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Sebelum seseorang melakukan imitasi, terlebih dahulu ia menerima, menjunjung tinggi, atau menggagumi orang yang diimitasi atau ditiru itu.
Nah, imitasi ini adalah bentuk dari interaksi sosial yang terjadi pada individu maupun kelompok.
Dalam ilmu sosiologi, contoh imitasi dalam kehidupan sehari-hari sekitar dampak positif maupun negatif.
Apa
itu Imitasi?
Sebelum beralih membahas contoh imitasi dalam interaksi sosial, tentunya kamu harus mengetahui pengertian dari imitasi itu sendiri.
Dikutip
dari buku karya Nana Supriatna berjudul IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi,
Ekonomi, Sejarah), imitasi didefinisikan sebagai proses seseorang menirukan
tindakan, norma, nilai atau ilmu pengetahuan dari orang lain maupun kelompok.
Tak
hanya itu, imitasi juga dimaknai sebagai proses belajar seseorang dalam meniru
serta mengikuti perilaku orang lain yang mencakup sikap, gaya bicara,
penampilan, dan apa saja yang dimiliki oleh orang lain.
Umumnya, imitasi pertama kali muncul di dalam keluarga kemudian tetangga, dan barulah masyarakat.
Bentuk interaksi sosial ini dapat terjadi karena adanya interaksi sosial pada tiap individu dengan individu lain maupun kelompok.
Imitasi
biasanya didasari oleh perasaan seperti suka dan menggagumi. Salah satu syarat
terjadinya imitasi adalah harus muncul perhatian dan minat kepada sesuatu yang
diimitasi.
Nah, minat yang dimaksud di sini dapat berupa rasa menyukai, menghargai, mengagumi dan sebagainya.
Tahapan
dalam Proses Imitasi
Berikut
adalah tahapan dalam proses imitasi yang perlu kamu ketahui:
1)
Proses atensi
Tahapan
pertama dalam proses terjadinya imitasi adalah atensi. Di mana sebelum
melakukan tindakan imitasi secara menyeluruh, seseorang harus memiliki dorongan
untuk memperhatikan apa yang akan diimitasi.
Biasanya
hal ini mengacu pada orang lain, seperti tokoh terkenal atau idola. Pada
tahapan ini, seseorang sudah bisa melakukan tindakan atau perilaku yang sama
dari apa yang ingin diimitasi.
Proses atensi ini dilakukan dengan cara mengamati, baik secara langsung maupun tidak.
Pastinya, individu diharapkan dapat mengamati subjek atau objek yang akan ditiru dengan seksama dan akurat.
2)
Proses retensi
Setelah
melakukan atensi, berikutnya adalah pengamatan. Tahapan dalam proses imitasi
kedua ini dikenal dengan istilah retensi.
Pada tahapan ini, individu sudah memiliki ingatan terkait subjek atau objek yang akan ditiru.
Namun hanya pada informasi yang penting serta menarik saja. Selebihnya tidak dimasukan ke dalam memori penyimpanan.
3)
Proses pembentukan perilaku
Tahapan
berikutnya adalah proses pembentukan perilaku, di mana dari informasi yang
sudah masuk ke dalam memori penyimpanan tadi, diubah menjadi sebuah perilaku
atau tindakan nyata.
Misalnya,
kamu melihat orang lain membuang sampah pada tempatnya. Hal menarik yang kamu amati
adalah ketika sampah tersebut dibuang di tempat sampah.
Kemudian,
kamu akan mengubah informasi tersebut menjadi sebuah tindakan, yaitu dengan
membuang sampah di tempat seharusnya.
4)
Proses motivasi
Tahapan
dalam proses imitasi yang terakhir adalah motivasi. Dalam tahapan ini, seseorang
akan mencari dan mendapatkan dorongan untuk terus mempertahankan tindakannya tersebut
dalam kegiatan sehari-hari.
Mengacu pada contoh tadi, artinya kamu harus memiliki motivasi untuk terus membuang sampah pada tempatnya.
Faktor
yang Mempengaruhi Terjadinya Imitasi
Tentunya imitasi tidak terjadi begitu saja, ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang meniru orang lain.
Mengacu pada pengertian imitasi, di bawah ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi proses imitasi:
1)
Faktor psikologis
Untuk
melakukan imitasi, tentu ada faktor psikologi yang berperan. Salah satunya
adalah aspek kognitif, yaitu bagaimana inidividu memikirkan sesuatu dan
melakukan interpretasi terhadap berbagai pengalaman yang ia peroleh
Di
samping itu, aspek ini juga menerangkan bahwa perilaku yang baru dan kompleks
dapat diciptakan dengan observasi atau melihat suatu model secara langsung
maupun tidak langsung sehingga seseorang melakukan suatu imitiasi tersebut.
Menurut
Mussen dan Conger (1984), imitasi bisa saja terjadi sebagai tanggapan suatu
keinginan untuk mirip dengan orang lain atau keinginan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
Misalnya,
sikap yang ditiru anak selama tiga tahun pertama dalam hidup akan bergantung sebagian
pada tingkat perkembangan kognitif anak yang menentukan perilaku apa saja yang
ditangkap seorang anak sebagai suatu tantangan yang bukan tidak mungkin.
Motivasi
untuk mirip dengan orang lain lain dan tingkat timbulnya emosi yang dipengaruhi
orang lain, menentukan siapa yang akan ditiru oleh anak itu. Serta, motivasi
dalam mencapai tujuan menentukan apa saja yang akan ditiru.
2)
Lingkungan keluarga
Imitasi sudah berlangsung sejak kita masih kecil dan dimulai dari lingkungan keluarga.
Bagi seorang anak, lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling berpengaruh. Setelah itu baru disusul oleh lingkungan sekolah, baru kemudian masyarakat.
Keluarga merupakan lingkungan terkecil yang dibangun oleh orang tua bersama anggota keluarga lainnya.
Pembentukan sifat atau karakter seorang anak akan berhubungan dengan sosialisasi atau suatu proses penanaman nilai dan aturan dari orang tua kepada anak.
Penanaman
nilai tersebut, misalnya faktor yang memotivasi anak berperilaku keagamaan.
Awalnya seorang anak akan melihat aktivitas yang dilakukan oleh orang tuanya.
Ketika
dia menyenangi hal itu, maka seorang anak akan mengimitasikan tanpa mengetahui
esensi dari perbuataan yang dilakukan, sehingga akan muncul motivasi anak untuk
meniru.
Hal itu tentu saja terjadi di masa anak hanya dapat menjadi peniru ulung. Meskipun ia telah memiliki minat dan keinginan, namun belum mampu mengungkapkan minat dan keinginan tersebut secara baik (Jalaludin, 2010).
Minat dan keinginan anak hanya bisa dilihat melalui gerak gerik dan tingkah lakunya.
3)
Media massa
Imitasi
juga akan terus berkembang ke lingkungan yang lebih luas cakupannya, yakni
masyarakat. Dalam masyarakat, imitasi semakin cepat dengan berkembangnya media
masa.
Terlebih
di era komunikasi seperti sekarang ini, media masa dapat ditambahkan sebagai
faktor yang sangat berpengaruh lebih dari yang lain karena dilihat terus
menerus dan berulang-ulang.
Tayangan
di media masa merupakan pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara,
berbentuk grafik, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang
dapat diterima melalui perangkat penerimaan pesan dan siap untuk dipertunjukka.
4)
Interaksi sosial dengan teman sebaya
Tidak hanya melalui media masa saja, namun interaksi sosial atau teman sebaya juga sangat berpengaruh dalam imitasi anak.
Interaksi dengan teman sebaya dalam proses interaksi memiliki peranan penting, terutama pada imitasi dalam aspek perilaku keagamaan.
Hal
ini dijelaskan oleh Nurhayati (2007), interaksi teman sebaya mempunyai peranan
penting dalam religius anak melalui dua hal sebagai berikut:
Melalui
interaksi teman sebaya, anak akan mengetahui apakah perilakunya yang telah
dibentuk berdasarkan standar nilai religiusitas dalam keluarga dapat diterima
atau ditolak oleh lingkungannya.
Interaksi teman sebaya akan menimbulkan motivasi bagi anak untuk hanya berperilaku sesuai yang dapat diterima oleh lingkungannya.
Contoh
Imitasi Berdasarkan Dampak yang Diberikan
Umumnya,
imitasi memiliki peran penting dalam proses interaksi sosial. Mengingat imitasi
akan membentuk seseorang berdasarkan kaidah dan nilai yang berlaku.
Untuk
itu, simak contoh imitasi berdasarkan dampaknya berikut ini sebagai referensi.
1)
Contoh imitasi berdampak positif
Imitasi
diketahui memiliki dampak positif yang bisa menimbulkan berapa kondisi. Seperti
halnya menciptakan kehidupan yang stabil, selaras, harmonis, dan teratur.
Berikut
adalah beberapa contoh imitasi yang berdampak positif:
- Meniru gaya berpakaian idola
atau tokoh terkenal yang disukai. - Meniru kebiasaan belajar
dari teman sebangku untuk mendapatkan nilai terbaik. - Menirukan sifat rajin
dari abang kandungnya. - Meniru teknik-teknik
bermain bola dari atlet handal. - Meniru budaya antri dari
negara lain. - Menirukan gaya hidup
sehat dari influencer terkenal. - Seorang adik menirukan
perilaku sopan santun yang diajarkan kakaknya. - Seorang anak menirukan
sikap disiplin yang dilakukan oleh guru di sekolah.
2)
Contoh imitasi berdampak negatif
Selanjutnya, ada pula contoh imitasi yang berdampak negatif atau buruk bagi lingkungan.
Seseorang yang melakukan imitasi dalam bentuk negatif biasanya terdorong untuk melawan norma yang berlaku dan akan melemahkan potensi diri seseorang.
Adapun
berikut contoh imitasi berdampak negatif yang perlu kamu ketahui:
- Meniru atau menjiplak hasil pekerjaan rumah dari teman.
- Anak di bawah umur meniru kebiasaan balapan liar dari orang dewasa yang tidak baik.
- Meniru kebiasaan merokok orang lain.
- Meniru cara berpakaian orang yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
- Meniru kebiasaan bermain smarthphone di dalam kelas.
- Menirukan kata-kata kasar yang sering didengar pada orang dewasa.
- Meniru kebiasaan berbohong dari temannya.
Penutup
Nah,
itulah berbagai contoh imitasi dalam interaksi sosial lengkap dengan penjelasan
dan dampaknya yang bisa Mamikos rangkumkan untuk kamu.
Diketahui, imitasi adalah proses belajar seseorang dalam meniru serta mengikuti perilaku orang lain sikap, penampilan, gaya bicara, dan apa saja yang orang lain miliki.
Imitasi ini biasanya didasari oleh perasaan menyukai dan mengaggumi.
Jika kamu masih ingin mencari tahu seputar materi mata pelajaran Sosiologi lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: