Contoh Kalimat Imperatif dalam Teks Negosiasi yang Baik dan Benar

Contoh Kalimat Imperatif dalam Teks Negosiasi yang Baik dan Benar – Apa yang dimaksud kalimat imperatif? Biasanya contoh kalimat imperatif dalam teks negosiasi sering ditemui dalam percakapan sehari-hari. Kata imperatif sendiri memiliki arti memerintah.

Dalam negosiasi, kalimat imperatif bisa disampaikan dalam bentuk ungkapan berita (deklaratif) dan ungkapan tanya (interogatif). Misalnya, A mengajak B untuk bekerja sama membangun usaha.

Ajakan tersebut seringkali disertai dengan kata-kata perintah, sehingga pihak yang diajak bernegosiasi mau memenuhi perintah yang diberikan. Untuk lebih jelasnya, pahami dulu arti kalimat imperatif berikut!

Apa Itu Kalimat Imperatif?

https://www.pexels.com/@rodnae-prod/

Tahukah kamu bahwa negosiasi bukan hanya berisi ungkapan persuasif (ajakan) saja? Melainkan ada yang disebut sebagai kalimat imperatif.

Berdasarkan rangkuman dari beberapa sumber, kalimat imperatif adalah kalimat yang membuat pendengar atau pembaca melakukan perintah yang diberikan. 

Kalimat ini mempunyai arti lain seperti mengajak, memohon dan melarang. Ketika kalimat ini ucapkan, harapannya pihak yang menerima tersebut mengerjakan sesuatu.

Dalam hal negosiasi, kalimat imperatif kerap digunakan ketika mengajak suatu pihak untuk bekerja sama atau menandatangani suatu perjanjian. Kalimat ini terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:

  • Kalimat imperatif langsung
  • Kalimat imperatif ajakan
  • Kalimat imperatif biasa
  • Kalimat imperatif permintaan
  • Kalimat imperatif mempersilakan
  • Kalimat imperatif larangan
  • Kalimat imperatif sindiran
  • Kalimat imperatif saran
  • Kalimat imperatif tidak langsung (menggunakan kalimat deklaratif dan interogatif)

Ciri-ciri Kalimat Imperatif yang Perlu Diketahui

Pada contoh kalimat imperatif dalam teks negosiasi dialog, pastinya kamu bisa mengetahui mana kalimat yang masuk ke jenis ini. Untuk mempermudah identifikasi, kenali ciri-cirinya sebagai berikut:

  • Menggunakan tanda seru (!) di ujung kalimat.
  • Nada intonasi menjadi rendah mendekati akhir kalimat.
  • Pelaku yang menyampaikan perintah tidak selalu terungkap.
  • Terdapat kata-kata yang bersifat mengajak, menegaskan, meminta, melarang, atau mengharapkan
  • Kalimat tersusun secara inversi, makanya tidak ada subjek dan predikat yang pasti.

Fungsi Kalimat Imperatif dalam Teks Negosiasi

Dalam penggunaannya di kehidupan sehari-hari maupun dalam teks negosiasi, kalimat imperatif mempunyai beberapa fungsi penting, di antaranya yaitu:

  • Memberikan perintah atau menyuruh pendengar supaya melakukan sesuatu yang diminta pembicara.
  • Menyampaikan komando atau perintah di dalam dunia militer.
  • Mencegah pendengar agar tidak melakukan hal yang dilarang.
  • Mengajak pendengar atau pembaca untuk mengikuti perintah yang diungkapkan.
  • Menuntut pendengar memenuhi kewajiban yang belum dipenuhi (jika ada).
  • Mengisyaratkan agar pendengar melakukan sesuatu yang diminta.

Jenis-jenis Kalimat Imperatif 

Secara umum, ada 7 jenis kalimat imperatif yang sering digunakan. Maka dari itu, pahami dulu perbedaan setiap jenis kalimat beserta contoh-contohnya:

1. Kalimat Imperatif Permintaan

Memiliki tujuan untuk meminta atau memohon sesuatu, tak heran apabila jenis kalimat ini menggunakan kata-kata seperti mohon, tolong dan minta. 

Contoh:

  • Kak, tolong masukkan baju kotor ke dalam keranjang!
  • Mohon tidak usah dibahas lagi masalah kecil ini!
  • Kepada para pengunjung perpustakaan, mohon tidak berisik!
  • Laptopnya mohon dinyalakan dulu sebelum memulai pembelajaran!

2. Kalimat Imperatif Pembiaran

Sebagaimana tujuan penggunaannya, kalimat ini membiarkan pendengar atau pembaca melakukan hal-hal yang diinginkannya. Kalimat ini merupakan kebalikan dari larangan. 

Contoh:

  • Biarkan kelinci itu bermain di luar kandang.
  • Putri, biar kita pergi sekarang saja daripada telat masuk kelas.
  • Biarlah mereka berkata apa, kamu tidak usah mendengarkannya.
  • Biarkan mereka mengambil mangga di pohon itu.

3. Kalimat Imperatif Larangan

Seperti yang disebutkan sebelumnya, kalimat ini bersifat melarang. Kalimat imperatif larangan mempunyai kesan negatif dan seringkali menggunakan kata jangan.

Contoh:

  • Jangan datangi rumah kami lagi!
  • Jangan pergi ke lapangan saat hujan petir!
  • Jangan bersikap seperti itu kalau kamu tidak suka dengan orangnya!
  • Jangan sampai ketinggalan alat tulismu!
  • Jangan memasukkan benda apa pun ke dalam kolam ikan!

4. Kalimat Imperatif Halus

Disebut halus karena kalimat ini lebih memprioritaskan penggunaan kata-kata yang sifatnya halus. Misalnya, kata coba, tolong, kiranya, silakan, atau sudilah.

Contoh:

  • Tolong tutup pintu setelah masuk ruangan!
  • Coba kamu pikirkan apa yang membawamu datang ke sini!
  • Dibuka saja jaketnya agar tidak gerah!
  • Silakan duduk sembari menunggu giliran dipanggil!
  • Bantulah anak-anak malang itu! 

5. Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan

Jenis dan contoh kalimat imperatif dalam teks negosiasi selanjutnya sering menggunakan kata hendaknya, mari, dan ayo yang artinya sama-sama mengajak atau menaruh harapan.

Contoh:

  • Mari matikan keran air saat tidak digunakan!
  • Hendaknya masak daging sampai matang sempurna!
  • Ayo, temui teman-temanmu sekarang juga!
  • Harap kecilkan suara saat berada di perpustakaan!
  • Marilah menabung sedikit demi sedikit!

6. Kalimat Imperatif Tak Transitif

Kalimat ini terbentuk dari kalimat deklaratif (ungkapan berita) tak transitif. Kalimat ini tersusun atas adjektiva, verba dasar dan frasa verbal dengan prefiks ber-, meng- atau frasa preposisional.

7. Kalimat Imperatif Transitif

Kalimat ini tersusun dari predikat verba transitif. Karena itu kalimat imperatif transitif disebut mirip dengan kalimat deklaratif pasif.

Apakah Teks Negosiasi Menggunakan Kalimat Imperatif?

Meski ada beberapa contoh kalimat imperatif dalam teks negosiasi, nyatanya kalimat perintah tidak digunakan dalam proses tawar-menawar.

Pasalnya, negosiasi memprioritaskan kesepakatan bersama. Menggunakan kalimat imperatif sama saja dengan memberi perintah.

Sehingga bisa membuahkan kesepakatan yang hanya menguntungkan satu pihak. Tentunya itu bukan prinsip negosiasi yang benar. 

Teks negosiasi mempunyai struktur berupa pembukaan, pengajuan, penawaran, persetujuan dan penutup.

Contoh Kalimat Imperatif dalam Teks Negosiasi Tawar Menawar

Untuk mengetahui seperti apa teks negosiasi yang benar, berikut disajikan beberapa teks dengan skenario berbeda. Kamu bisa menggunakannya sebagai referensi yang tepat:

1. Teks Negosiasi Sewa Rumah

Orientasi

Pemilik rumah: “Selamat siang.”

Penyewa: “Selamat siang. Apa benar dengan Bapak Stefano?”

Pemilik rumah: “Ya, itu saya sendiri. Bapak yang menghubungi saya kemarin, bukan?”

Pengajuan

Pemilik rumah: “Betul. Saya ingin menyewa rumah ini. Katanya belum ada yang menawar.”

Penawaran

Pemilik rumah: “Memang, penyewa terakhir baru saja pindah sebulan yang lalu.”

Penyewa: “Mengenai biaya sewa, berapa yang Bapak tawarkan?”

Pemilik rumah: “Kami menerapkan sistem pembayaran per tahun sebesar Rp15 juta.”

Penyewa: “Apakah saya boleh trial dulu selama 3 bulan?” (kalimat imperatif)

Pemilik rumah: “Tentu boleh, untuk 3 bulan kami sewa seharga Rp4 juta.”

Penyewa: “Bagaimana kalau Rp3,5 juta?” 

Persetujuan

Pemilik rumah: “Ya sudah, tidak apa-apa. Uangnya langsung ditransfer ke rekening saya saja.”

Penyewa: “Baiklah, saya bayar lunas.”

Penutup

Pemilik rumah: “Sudah masuk uangnya. Semoga cepat nyaman. Kalau begitu, saya permisi dulu.”

Penyewa: “Terima kasih, Pak.”

2. Teks Negosiasi Pengajuan Pinjaman

Laras mengunjungi bank di suatu kota. Ia ingin mengajukan pinjaman uang untuk membangun usaha kuliner yang selalu menjadi impiannya.

Orientasi

Laras: “Selamat pagi, mba”

Pegawai bank: “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”

Pengajuan

Laras: “Saya ingin mengajukan pinjaman uang. Bagaimana prosesnya?”

Pegawai bank: “Prosesnya cukup mudah, sebelumnya ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan.”

Penawaran 

Laras: “Silakan saja, mba.”

Pegawai bank: “Kami menyediakan dua macam pinjaman uang. Untuk yang pertama maksimum peminjaman yaitu Rp10 juta dan untuk yang kedua maksimum peminjaman sebesar Rp20 juta.”

Laras: “Untuk persyaratan pinjaman yang pertama apa saja?”

Pegawai bank: “Surat BPKP kendaraan bermotor.” 

Laras: “Apakah boleh selain surat BPKP?” (kalimat imperatif)

Pegawai bank: “Untuk saat ini belum bisa.”

Laras: “Berapa bunga yang dikenakan?”

Pegawai bank: “Pinjaman pertama dikenakan bunga 2,5% dan batas cicilannya selama 6 bulan.”

Laras: “Begitu ya. Terima kasih mba atas informasinya. Mungkin di kesempatan lain saya baru bisa mengajukan pinjaman.”

Persetujuan 

Pegawai bank: “Apakah ibu yakin tidak jadi mengajukan pinjaman?”

Laras: “Ya, saya yakin, mba.”

Penutup

Pegawai bank: “Baik. Terima kasih atas kunjungannya.”

Nasabah: “Terima kasih juga atas bantuannya, mba.”

Laras memutuskan tidak mengajukan pinjaman, mengingat batas cicilan yang cukup singkat. Akhirnya ia memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang untuk membangun usahanya.

3. Teks Negosiasi tentang Kontrak Pemain Bola Basket

Manajer: “Selamat sore. Saya manajer dari klub Jakarta Basket League.”

Calon pemain: “Sore, ada kebutuhan apa ya ke sini?”

Manajer: “Kebetulan klub saya sedang membutuhkan pemain baru untuk menggantikan pemain sebelumnya yang pensiun. 

Setelah saya lihat skill dan pengalaman Anda, saya ingin mengajak Anda untuk bergabung ke klub saya.”

Calon pemain: “Oh, ya? Berapa bayaran yang Anda tawarkan?”

Manajer: “Saya akan menggaji tinggi. Bagaimana dengan bayaran Rp300 juta per tahun? Berarti Rp25 juta per bulannya.”

Calon pemain: “Setelah dipikir-pikir, gaji tersebut masih terlalu kecil. Mengingat banyak perlengkapan latihan yang saya butuhkan.”

Manajer: “Tak usah dipikirkan, gaji tersebut bersih. Semua perlengkapan dan fasilitas bermain sudah menjadi tanggung jawab kami. Tugas Anda hanya fokus bermain.”

Calon pemain: “Menurut saya masih kurang. Coba naikkan sedikit lagi menjadi Rp28 juta per bulan. Jika mau, saya baru setuju ikut ke klub Anda.” (kalimat imperatif)

Manajer: “Bisa kami pertimbangkan keputusan tersebut. Namun dengan catatan Anda akan bermain dengan sungguh-sungguh dan kami juga tidak bisa menyediakan fasilitas atau perlengkapan gratis.”

Calon pemain: “Tidak masalah, soal itu biar saya yang mengurusnya sendiri.” 

Manajer: “Baik. Kami akan menghubungi Anda lagi untuk penandatanganan kontrak. Ada yang ingin ditanyakan lagi?”

Calon pemain: “Cukup. Sampai jumpa.”

4. Teks Negosiasi dengan Orang Tua

Orientasi

Anak: “Ibu, aku boleh bicara sebentar tidak?”

Ibu: (mematikan TV setelah mendengar namanya dipanggil)

Ibu: “Boleh, nak. Ada hal apa yang mau dibicarakan?”

Pengajuan 

Anak: “Ibu, nilai ujian pelajaran matematika aku jelek. Ibu jangan marah, ya. Aku berusaha untuk memperbaikinya.” 

Ibu: “Buat apa Ibu marah? Ibu sudah bangga kamu berani jujur kepada Ibu.”

Anak: “Aku mau ikut les matematika bu, apakah boleh?”

Ibu: “Jangan, kalau sampai mengganggu jam ekstrakurikuler kamu.” (kalimat imperatif)

Anak: “Tidak bu, itu sudah aku pikirkan.”

Penawaran 

Ibu: “Kamu mau les di mana? Yang dekat rumah saja ya.”

Anak: “Aku mau les di tempat yang sama dengan Dinda.”

Ibu: “Biayanya berapa dan berapa kali pertemuan dalam seminggu?”

Anak: “Rp100 ribu per bulan dan pendaftarannya gratis. Dalam satu minggu hanya ada 2 kali pertemuan.”

Persetujuan 

Ibu: “Baik, ibu setuju. Justru ibu senang kamu punya semangat belajar yang tinggi.”

Anak: “Asyik, terima kasih bu.” 

Penutup

Ibu: “Ya, sekarang kamu istirahat sudah malam.”

Anak: “Baik bu. Mulai besok aku sudah bisa les. Selamat malam bu.”

Ibu: “Selamat malam.”

Kamu bisa menemukan beberapa contoh kalimat imperatif dalam teks negosiasi singkat di atas. Kalimat imperatif mempunyai kata-kata tertentu yang membuatnya terkesan seperti perintah.

Dengan menggunakan kalimat imperatif, permintaan atau pengajuan akan lebih mungkin untuk dipenuhi. Namun tidak boleh sampai memaksakan kehendak.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta