90 Contoh Kalimat Retoris dalam Teks Editorial, Anekdot, dan Artikel Lengkap

Contoh mengenai kalimat retoris dalam teks editorial, anekdot, dan artikel akan Mamikos ulas dalam tulisan kali ini biar kamu lebih memahaminya.

28 Juli 2024 Nana

90 Contoh Kalimat Retoris dalam Teks Editorial, Anekdot, dan Artikel Lengkap — Mengetahui contoh kalimat retoris dalam teks editorial, anekdot, dan artikel ternyata memiliki peran yang cukup penting.

Karena dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan retorika dalam mengungkapkan statement.

Jika kamu ingin tahu lebih jelas mengenai hal itu, baca sampai akhir ulasan Mamikos berikut ini.

Mengetahui Contoh Kalimat Retoris dalam Teks Editorial, Anekdot, Artikel

90 Contoh Kalimat Retoris dalam Teks Editorial, Anekdot, dan Artikel Lengkap
Pexels/Ron Lach

Pada dasarnya retorika adalah sebuah pernyataan seperti pertanyaan namun tidak perlu dijawab. Mengapa tidak perlu dijawab karena jawabannya sudah ada dalam statement atau justru terlalu absurd.

Bermain retorika memang berguna ketika kita hendak melakukan interaksi baik komedi atau serius. Kamu juga sudah menyediakan contohnya lengkap baik untuk editorial, anekdot, atau artikel biasa.

Semuanya dapat kamu jadikan sebagai acuan pembuatan kalimat dalam bahasa Indonesia. Sehingga, tidak perlu bingung lagi seperti apa bermain retorika karena sudah mengetahui banyak contohnya.

Contoh Kalimat Retoris dalam Teks Editorial, Anekdot, dan Artikel

Ada beberapa contoh yang boleh dan bisa dijadikan sebagai referensi pembuatan kalimat. Namun akan lebih baik lagi jika kamu mengandalkan kreativitas diri sendiri sehingga hasil retorikanya semakin bagus.

  1. Mengapa kita harus percaya kepada Tuhan? Bukankah selama ini dia tidak pernah menampakkan tanda kebesarannya pada manusia.
  2. Apa gunanya melakukan pemilu jika hasil akhir sudah dapat diketahui berdasarkan kemampuan finansial partai koalisi pengusungnya.
  3. Apakah tidak terlalu tinggi ketika kamu bermimpi untuk menikahi anak priyayi sedangkan kamu sendiri adalah seorang gelandangan?
  4. Bagaimana jadinya ketika negara ini dipimpin oleh orang sepertimu, Budi? Orang yang tidak pernah belajar dan hanya suka bermain saja.
  5. Tidak mungkin seorang sepertimu yang kerjaannya hanya main dan menggosip bisa menjadi seorang pemimpin yang bijak dalam organisasi.
  6. Apakah aku tidak sedang bermimpi, Andre? Bahwa orang yang tidak kuat push up sepertimu sekarang menjadi seorang preman pasar.
  7. Kasian anak itu! Padahal dia dulu anaknya baik, namun harus meninggal begitu saja secara tragis. Apakah ini adil?
  8. Mengapa kita harus mencari sesuatu yang absurd seperti Tuhan ketika kenyataannya sendiri tidak mengetahuinya.
  9. Pada dasarnya seorang manusia beragama hanya untuk memuaskan hasratnya percaya pada hal tertentu yang lebih besar. Bukankah begitu?
  10. Sebagai orang yang memiliki keterbatasan tentu kita mendambakan pahlawan dalam kehidupan, meskipun kenyataannya itu tidak pernah datang.
Close