10 Contoh Konflik Realistis dan Non Realistis beserta Perbedaannya
10 Contoh Konflik Realistis dan Non Realistis beserta Perbedaannya — Konflik adalah bagian alami dari kehidupan manusia dan masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai jenis konflik yang dapat berakar dari perbedaan nyata dalam kepentingan atau hanya karena prasangka yang tidak beralasan.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sepuluh contoh konflik yang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama: konflik realistis dan konflik non-realistis. Yuk kita simak bersama-sama!
Pengertian Konflik secara Sederhana
Daftar Isi
Daftar Isi
Kita pelajari dulu pengertian konflik secara sederhana untuk memahami lebih lanjut contoh konflik realistis dan non realistis yang nanti akan kita bahas, yuk!
Konflik merujuk pada di antara individu, kelompok, atau masyarakat yang melibatkan ketidaksepakatan, perselisihan, atau pertentangan antara berbagai kepentingan, nilai, norma, atau tujuan berbeda.
Konflik adalah salah satu aspek penting dalam analisis sosiologis karena dapat memengaruhi dinamika sosial dan interaksi antarindividu atau kelompok.
Pengertian Menurut Ahli Sosiologi
Konflik dalam konteks sosiologi dapat dijelaskan dari perspektif berbagai ahli sosiologi yang telah mengembangkan teori-teori tentang konflik.
Berikut adalah pandangan beberapa ahli sosiologi terkemuka tentang konflik yang nanti akan menambah pemahaman kita saat mencerna contoh konflik realistis dan non realistis:
1. Max Weber
Max Weber, melihat konflik sebagai bagian alami dari masyarakat yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan dan ketegangan antara individu yang berkompetisi untuk sumber daya dan kekuasaan.
Dia mengemukakan konsep konflik sosial untuk menggambarkan pertentangan dalam masyarakat yang dapat menghasilkan perubahan sosial atau perubahan dalam struktur kekuasaan.
2. Karl Marx
Karl Marx adalah salah satu ahli sosiologi yang paling terkenal dalam memahami konflik sosial.
Menurut Marx, konflik sosial muncul dari ketidaksetaraan ekonomi dan perbedaan kelas sosial.
Dia berpendapat bahwa konflik kelas adalah dorongan utama di balik perubahan sosial, dan konflik ini terjadi karena kelompok ekonomi yang berkuasa berusaha mempertahankan dominasinya.
3. Emile Durkheim
Mempelajari pengertian menurut Emile Durkheim akan membantu kita menafsirkan contoh konflik realistis dan non realistis, mari kita simak bersama-sama penjelasan berikut.
Meskipun Emile Durkheim lebih vokal tentang integrasi sosial dan solidaritas dalam masyarakat, dia juga mengakui adanya konflik.
Baginya, konflik adalah bagian dari dinamika sosial yang mengingatkan masyarakat tentang batasan normatif dan nilai-nilai bersama.
Durkheim mengemukakan konsep “anomie” untuk menggambarkan ketidakstabilan yang terjadi akibat konflik dan ketidaksesuaian antara individu dan nilai-nilai masyarakat.
4. Georg Simmel
Georg Simmel mengembangkan pandangan tentang konflik sebagai bentuk interaksi sosial yang memiliki potensi untuk menciptakan perubahan dalam hubungan antarindividu.
Dia memandang konflik sebagai sumber dinamika sosial dan inovasi.
5. Lewis Coser
Lewis Coser mengembangkan teori konflik fungsional, yang menganggap bahwa konflik sosial dapat memiliki dampak positif dalam masyarakat.
Menurutnya, konflik dapat membantu menjaga keseimbangan dan memecahkan ketegangan sosial yang ada.
Komponen Konflik Sosial
Mempelajari contoh konflik realistis dan non realistis belum lengkap rasanya jika belum mempelajari komponen konflik itu sendiri. Mari kita pelajari lebih dulu komponen konflik sosial berikut.
1. Sumber Konflik
Konflik dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk persaingan ekonomi, perbedaan etnis, ketidaksetaraan sosial, perbedaan nilai atau norma, juga persaingan politik.
2. Manifestasi Konflik
Konflik dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk konflik interpersonal (antara individu), konflik antar kelompok, dan bahkan konflik antara negara-negara.
3. Konflik Fungsional
Sosiologi juga mengakui bahwa konflik tidak selalu bersifat destruktif atau merusak.
Dalam beberapa kasus, konflik dapat memiliki fungsi positif, seperti merangsang perubahan sosial yang diperlukan atau mengidentifikasi masalah dalam masyarakat yang perlu diatasi.
4. Teori Konflik
Ada teori-teori dalam sosiologi yang berfokus pada konflik sebagai salah satu aspek utama dalam analisis sosial.
Contoh teori konflik termasuk teori konflik Marxian, teori konflik sosial Jürgen Habermas, dan teori konflik simbolis yang menekankan pentingnya makna dalam konflik.
5. Penyelesaian Konflik
Studi sosiologi juga mencakup penelitian tentang cara-cara penyelesaian konflik dan mekanisme yang digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi ketegangan sosial.
6. Dampak Konflik
Sosiologi juga memeriksa dampak konflik terhadap masyarakat, termasuk dampaknya terhadap kesejahteraan sosial, stabilitas politik, ketidaksetaraan, perubahan budaya, dan berbagai aspek kehidupan
Macam-macam Konflik Sosial
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai macam-macam konflik sosial yang akan mempermudah kita memahami contoh konflik realistis dan non realistis nanti:
1. Konflik Vertikal
Konflik vertikal adalah jenis konflik sosial yang terjadi antara kelompok atau individu yang berada dalam hierarki atau tingkatan sosial yang berbeda.
Konflik ini terjadi berbagai lapisan masyarakat, seperti konflik antara pekerja dan majikan, atau antara warga biasa dan pemerintah.
Konflik vertikal seringkali muncul akibat ketidaksetaraan kekuasaan, status, atau sumber daya di antara kelompok-kelompok ini.
2. Konflik Horizontal
Konflik horizontal, sebaliknya, terjadi saat individu atau sekumpulan individu terdapat pada tingkat sosial yang sejajar atau serupa.
Peristiwa ini bisa melibatkan konflik antara sesama pekerja, antara kelompok sebaya di sekolah, atau antara warga yang memiliki status sosial yang serupa.
Konflik horizontal sering kali timbul dari persaingan, perbedaan nilai, atau perselisihan dalam situasi yang sebanding.
3. Konflik Laten
Konflik laten mengacu pada ketegangan atau perselisihan yang ada dalam masyarakat tetapi belum mencapai tingkat ekspresi terbuka atau tindakan nyata.
Dalam konflik laten, ketidaksepakatan atau ketegangan mungkin ada di bawah permukaan dan belum mencapai tahap manifestasi publik yang jelas.
Ini bisa menjadi tahap awal konflik yang mungkin berkembang menjadi konflik manifest.
4. Konflik Manifest
Konflik manifest adalah jenis konflik sosial yang sudah mencapai tingkat ekspresi terbuka dan terlihat secara jelas dalam tindakan, kata-kata, atau interaksi antarindividu atau kelompok.
Konflik ini biasanya mudah dikenali oleh pihak lain karena sudah tersurat dan terlihat di muka.
Kita akan menemukan manfaat mempelajari konflik manifest pada contoh konflik realistis dan non realistis yang nanti akan Mamikos tunjukkan. Yuk, kita lanjutkan lagi!
6. Konflik Realistis
Konflik realistis adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nyata dalam kepentingan atau nilai-nilai antara pihak-pihak yang terlibat.
Konflik ini mungkin memiliki dasar yang kuat dalam ketidaksetujuan yang konkret dan dapat diidentifikasi.
6. Konflik Non Realistis
Konflik non realistis, sebaliknya, adalah konflik yang muncul tanpa dasar yang jelas dalam perbedaan kepentingan, sumber daya, atau nilai.
Konflik semacam ini mungkin muncul karena persepsi yang salah, stereotip, atau konstruksi sosial yang tidak mempunyai dasar nyata.
Contoh konflik non realistis dapat meliputi konflik yang timbul karena prasangka atau ketidakpahaman yang tidak beralasan.
Perbedaan Konflik Realistis dan Non Realistis
Perbedaan antara contoh konflik realistis dan non realistis terletak pada dasar, sifat, dan sumber konflik.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang perbedaan utama antara keduanya:
Konflik Realistis
1. Dasar Konflik
Konflik realistis memiliki dasar yang nyata dan konkret. Ini berarti ada perbedaan yang jelas dalam kepentingan, sumber daya, nilai-nilai, atau tujuan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
2. Sumber Konflik
Konflik realistis muncul karena adanya perbedaan yang dapat diidentifikasi, seperti persaingan ekonomi, perbedaan ideologi, atau persaingan atas sumber daya yang terbatas.
3. Sifat Konflik
Konflik realistis bersifat objektif dan dapat dianalisis secara rasional. Para pihak yang terlibat dalam konflik biasanya memiliki alasan yang jelas untuk perselisihan mereka.
Konflik Non Realistis
1. Dasar Konflik
Contoh konflik non realistis memiliki dasar yang kurang jelas atau tidak ada dasar yang nyata.
Ini berarti bahwa konflik muncul karena persepsi yang salah, stereotip, atau bias yang tidak beralasan, bukan karena perbedaan nyata dalam kepentingan atau sumber daya.
2. Sumber Konflik
Konflik non realistis dapat timbul karena prasangka, ketidakpahaman, konstruksi sosial, atau ketidakpercayaan yang tidak didasarkan pada kenyataan objektif.
3. Sifat Konflik
Konflik non realistis cenderung bersifat subjektif dan emosional. Para pihak yang terlibat mungkin sulit untuk merasionalkan perselisihan mereka karena dasar konfliknya tidak beralasan.
Dalam praktiknya, mengidentifikasi apakah suatu konflik adalah realistis atau non realistis dapat membantu dalam merencanakan pendekatan penyelesaian yang sesuai.
Konflik realistis mungkin lebih mudah diatasi melalui negosiasi, mediasi, atau pemecahan masalah konkret, sementara konflik non realistis memerlukan pendekatan yang fokus pada perubahan persepsi.
Contoh Konflik Realistis dan Non realistis
Berikut adalah 10 contoh konflik realistis dan non realistis yang muncul karena perbedaan nyata dalam kepentingan, sumber daya, atau tujuan
I. Contoh Konflik Realistis
Berikut adalah 10 contoh konflik realistis, di mana konflik muncul secara konkrit dan lebih mudah dipecahkan.
1. Konflik Bisnis
Persaingan antara dua perusahaan atau lebih untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar atau sumber daya ekonomi lainnya.
2. Konflik Perburuhan
Konflik antara serikat pekerja dan majikan terkait dengan kondisi kerja, gaji, manfaat, dan hak-hak pekerja.
3. Konflik Agraria
Pertentangan antara pemilik lahan dan petani atau komunitas lokal terkait dengan kepemilikan, pemanfaatan, atau redistribusi tanah.
4. Konflik Politik
Persaingan antara partai politik, kelompok politik, atau individu dalam pemilihan umum atau dalam perdebatan kebijakan politik.
5. Konflik Sumber Daya Alam
Pertentangan antara kelompok atau negara atas sumber daya alam seperti minyak, gas, air, atau hutan.
6. Konflik Etnis
Konflik antara kelompok etnis yang berbeda dalam masyarakat, seringkali terkait dengan ketidaksetaraan hak atau persaingan atas sumber daya.
7. Konflik Internasional
Perselisihan antara negara-negara dalam hal wilayah, kebijakan luar negeri, sumber daya alam, atau perbatasan.
8. Konflik Agama
Konflik yang timbul karena perbedaan dalam keyakinan agama, praktik keagamaan, atau persaingan antaragama.
9. Konflik Lingkungan
Perselisihan antara kelompok yang peduli terhadap pelestarian lingkungan dan kelompok atau perusahaan yang mengabaikan dampak lingkungan dalam kegiatan mereka.
10. Konflik Keluarga
Perselisihan dalam keluarga terkait dengan warisan, perawatan orang tua, hak asuh anak, atau perselisihan keuangan.
II. Contoh Konflik Non Realistis
Berikut adalah 10 contoh konflik non realistis, di mana konflik tersebut muncul karena persepsi yang salah, prasangka, atau bias yang tidak beralasan.
1. Diskriminasi Rasial
Konflik yang timbul karena pandangan atau prasangka negatif terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras atau etnisitas mereka, meskipun tidak ada dasar nyata yang mendukung pandangan tersebut.
2. Konflik Seksualitas
Pertentangan atau ketidaksetujuan terkait orientasi seksual atau identitas gender, yang sering kali muncul karena stereotip atau ketidakpahaman.
3. Xenofobia
Konflik yang berasal dari ketakutan atau prasangka terhadap individu atau kelompok asing atau imigran, meskipun tidak ada dasar yang membenarkan ketakutan tersebut.
4. Islamofobia
Prasangka atau diskriminasi terhadap Muslim atau agama Islam yang muncul tanpa dasar yang jelas.
5. Konflik Generasi
Contoh konflik non realistis berikutnya adalah konflik generasi.
Konflik antara generasi yang berbeda dalam masyarakat, terutama antara generasi tua dan muda, bisa timbul karena perbedaan nilai, pandangan, atau pemahaman.
Konflik semacam ini akhir-akhir ini banyak kita temui di Jepang atau Korea yang pendapat antar generasinya sering terpecah belah.
6. Konflik Agama
Konflik yang muncul karena persepsi yang salah atau stereotip negatif tentang agama atau keyakinan agama lain, tanpa dasar yang konkret.
7. Homofobia
Diskriminasi atau prasangka terhadap individu berdasarkan orientasi seksual mereka, yang seringkali berakar dari ketidakpahaman atau prasangka.
8. Stigma Penyakit Mental
Contoh konflik non realistis yang muncul karena stereotip atau stigma terhadap individu yang menderita penyakit mental, yang seringkali tidak memiliki dasar yang rasional.
9. Body Shaming
Konflik atau ketidaksetujuan terhadap individu berdasarkan penilaian terhadap penampilan fisik mereka, yang tidak memiliki dasar nyata dalam kualitas atau karakter mereka.
10. Konflik Budaya Populer
Pertentangan yang muncul karena pertikaian terkait dengan selera dalam budaya populer seperti musik, film, atau hobi.
Meskipun selera adalah subjektif dan tidak ada “benar” atau “salah” yang jelas dalam hal ini.
Konflik non realistis sering kali lebih sulit diatasi karena mereka berakar dalam persepsi dan prasangka yang sulit diubah melalui argumentasi rasional atau bukti konkret.
Meningkatkan kesadaran, pendidikan, dan dialog terbuka sering kali diperlukan untuk mengatasi konflik semacam ini.
Penutup
Itulah 10 contoh konflik realistis dan 10 contoh non realistis yang telah Mamikos susun. Ternyata, konflik adalah cerminan dinamika sosial yang sangat kompleks.
Konflik realistis terjadi karena perbedaan nyata dalam kepentingan, sumber daya, atau tujuan, sementara konflik non realistis muncul karena salah persepsi atau bias.
Mamikos berharap dengan pemahaman lebih lanjut mengenai materi ini dan mengetahui contohnya dalam masyarakat, kita akan mampu menyelesaikan konflik secara tepat.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: