2 Contoh Macam-macam Suluk Beserta Penjelasannya Lengkap
2 Contoh Macam-macam Suluk Beserta Penjelasannya Lengkap – Di dalam budaya Jawa ada dua macam suluk.
Pertama suluk yang memiliki makna suatu laku yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kesempurnaan batin dengan melalui jalan spiritual.
Kedua suluk yang memiliki makna sebuah lagu vokal yang ditembangkan seorang dalang untuk menciptakan suasana tertentu dalam suatu adegan wayang kulit.
Contoh Macam-macam Suluk
Daftar Isi
Daftar Isi
1. Suluk Jalan Spiritual
Contoh macam-macam suluk pertama. Kebanyakan orang yang menempuh atau melakukan suluk merupakan orang-orang yang sudah berusia senja.
Mereka melakukan suluk karena sudah merasa ‘cukup’ dengan urusan dunia. Sehingga yang mereka lakukan adalah menggunakan sisa umur untuk beribadah sebaik dan sebanyak mungkin yang mereka bisa.
Beberapa ahli menyatakan bahwa suluk merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk usaha untuk menyempurnakan perjalanan hidup manusia.
Selain itu banyak yang menilai jika suluk ini memiliki kaitan dengan kegiatan sufisme, sehingga dapat dikatakan jika suluk merupakan sebuah jalan spiritual yang ditempuh untuk menuju kepada Allah SWT.
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) daring dijelaskan bahwa suluk merupakan suatu jalan yang membawa ke arah kesempurnaan batin.
Suluk sendiri sering pula dipahami sebagai sebuah cara untuk melakukan pengasingan diri atau jalan khalwat.
Selain itu ada pula yang mengartikan bahwa suluk merupakan sebuah usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca bacaan dzikir.
Beberapa kalangan ada yang mengatakan bahwa suluk berasal dari isi surah An-Nahl ayat 69 yang di sana ada kata salik yang menurut ahli tafsir memiliki keterkaitan dengan suluk.
Adanya dugaan bahwa suluk dan salaik memiliki keterkaitan menyebabkan sebagian orang menduga bahwa agar dapat paham tentang suluk harus memahami tarekat dan tasawuf.
Di Indonesia orang yang melakukan suluk biasanya sering terjadi pada mereka yang menganut islam secara ‘tradisional’ atau mereka yang menganut tarekat naqsabandiyah.
Dalam melakukan suluk yang baik, para saalik (orang yang menempuh suluk) mendapat bimbingan dari seorang guru yang disebut dengan mursid.
Seorang mursyid bertugas untuk membimbing murid-muridnya untuk menjalani tahap demi tahap mulai yang dari awal hingga akhir.
Tahap yang paling awal adalah pembersihan diri dan kesalahan. Setelah itu memasuki tahapan selanjutnya adalah mengisi diri dengan kegiatan baik.
Sementara yang terakhir adalah merasakan kehadiran Allah dalam setiap tarikan nafas dan dalam semua kegiatan sehari-hari.
Kegiatan suluk ini sendiri biasanya dilakukan pada sepuluh hari sebelum bulan Ramadhan dimulai dan baru selesai pada saat hari raya Idul Fitri.
Tempat yang digunakan untuk melakukan suluk ini adalah masjid atau surau‘khusus’ yang di sana ada orang yang dinilai mampu untuk mengajarkan ilmu tentang suluk.
Lama pelaksanaan suluk sendiri dapat berbeda. Ada yang melakukannya dalam waktu selama sebulan. Namun ada pula yang melakukannya selama dua puluh hari saja. Kebanyakan orang yang melakukan suluk berusia di atas 50 tahun.
Sepanjang melakukan suluk, para salaik hanya melakukan fokus dalam melaksanakan ibadah wajib, sunah, serta amalan khas salaik dengan sebaik mungkin.
Selain yang telah disebutkan di atas para salaik juga masih harus melakukan zikir sebagaimana yang diajarkan para mursyid.
Selama melakukan suluk para salaik tidak perlu takut dalam urusan makan. Sebab, untuk makan para salaik ini telah diatur oleh panitia suluk. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi asalnya dari peserta suluk sendiri.
Supaya para salaik dapat melakukan suluk dengan nyaman. Selama melakukan suluk mereka akan menempati ruangan dengan ukuran satu kali dua meter.
Setiap ruangan berbatas secara langsung dengan ruangan lain. Masing-masing ruangan dibatasi dengan sebuah kain putih yang dapat difungsikan sebagai kelambu.
Pada setiap ruangan terdapat pula kasur atau alas duduk yang dapat membantu para salaik merasa nyaman dalam beribadah dan mengerjakan amalan dari para mursyid.
Sepanjang 40 hari atau selama masa suluk, para salaik tidak diperkenankan untuk berhubungan dengan dunia luar.
Para salaik hanya diperbolehkan keluar ketika ingin mengerjakan hajat syar’i. Ketika prosesi suluk dilakukan para salaik dengan benar dan sepenuh hati.
Biasanya para salaik ini akan mendapat semacam pengalaman spiritual yang akan membawanya ke tingkatan yang lebih tinggi dalam beragama.
Pengalaman spiritual ini biasanya berbeda antara salaik yang satu dengan salaik yang lainnya.
Adapun alasannya adalah pengalaman spiritual ini tergantung kepada niat dan kesungguhan seorang salaik dalam berzikir dan bermunajat kepada Allah.
2. Suluk dalam Pagelaran Wayang Kulit Jawa
Contoh macam-macam Suluk kedua. Suluk di dalam wayang kulit biasanya berisi tentang puji-pujian, mantra-mantra, dan kadang berisi tentang petuah.
Sumber syair suluk kebanyakan berasal dari karya sastra lama yang berupa kakawin, tembang ageng, tembang tengahan, dan kadang ada pula yang diambil dari tembang macapat.
Beberapa ahli menyatakan bahwa suluk merupakan sebuah ajaran yang memiliki hubungan dengan mistik Jawa.
Sementara dalam kamus Bausastra Jawa dituliskan bahwa selain dapat dimaknai sebagai sebuah tembang yang dibawakan oleh seorang dalang pada pentas wayang kulit. Suluk juga diartikan sebagai tembang yang memiliki kekuatan gaib.
Sejauh ini ada lumayan banyak teks suluk yang telah ditemukan beberapa contohnya adalah suluk wujil, suluk malang sumirang, dan suluk dewa ruci.
Jenis-jenis Suluk dalam Wayang Kulit Jawa
Dalam dunia pakeliran Jawa, jenis suluk dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni suluk yang berkembang di wilayah Surakarta, suluk yang berkembang di wilayah Yogyakarta, dan terakhir adalah suluk yang berkembang di daerah Jawa Timur.
Suluk yang berkembang di sekitaran Surakarta dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ada-ada, sendhon, dan pathethan.
Suluk yang berkembang di sekitaran Yogyakarta dapat dibagi menjadi empat macam yaki ada-ada, sendhon, kawin, dan lagon.
Sedangkan suluk yang berkembang dan ditemukan di daerah Jawa Timur terdiri dari gurisa, greget saut, dan sendhon.
Jenis dalam Pakeliran Jawa di Wilayah Surakarta
Pathetan adalah suatu jenis suluk yang ketika dibawakan oleh seorang dalang mampu menumbuhkan kesan tenang, berwibawa, dan mantap.
Suara dalang yang indah akan dipadukan dengan iringan dari rebab, gender, suling, dan gambang sehingga suasana terasa sangat sakral.
Sendhon merupakan jenis suluk yang mampu menumbuhkan kesan sedih dan haru.
Biasanya tempo yang digunakan suluk sendhon ini pendek. Iringan yang dibutuhkan hampir sama dengan pathethan, tetapi tanpa menggunakan rebab.
Ada-ada adalah sebuah jenis suluk yang ditembangkan untuk membangun suasana penuh semangat, tegang, dan berkobar. Instrumen yang digunakan antara lain gender, gong, kempul, dan kadang kendang.
Fungsi Sulukan dalam Pagelaran Wayang Kulit
Pada suatu pagelaran wayang kulit lengap, keberadaan suluk sangatlah penting. Hal ini dikarenakan suluk dapat digunakan sebagai sarana
- Membangun suasana adegan seperti yang diinginkan oleh seorang dalang
- Memberikan gambaran suasanan kepada penonton mengenai suatu fragmen tertentu
- Dapat dipakai sebagai tanda peralihan adegan dalam sebuah fragmen
- Dapat digunakan sebagai tanda terjadinya pergantian laras musik gamelan yang tengah dimainkan.
Cakepan Suluk dalam Pewayangan Jawa
Berdasarkan contoh macam-macam suluk, cakepan merupakan sebuah penyebutan dalam dunia pedalangan yang dipakai untuk menyebutkan kata-kata atau syair yang terdapat pada sebuah suluk.
Cakepan suluk dalam pewayangan Jawa dapat dibedakan menjadi dua macam yakni cakepan pemijen dan cakepan srambahan.
Cakepan pamijen adalah cakepan yang sama sekali tidak pernah ditembangkan dengan nada-nada suluk yang lain.
Sementara cakepan srambahan adalah cakepan yang sering dan umumnya ditembangkan dengan menggunakan nada dari suluk dengan syair yang lain.
Demikianlah contoh macam-macam Suluk. Semoga artikel ini memberimu wawasan baru mengenai suatu produk budaya yang disebut suluk.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: