9 Contoh Novel Bahasa Jawa beserta Nama Pengarangnya Lengkap

Seperti halnya dengan dunia sastra Indonesia, dalam sastra Jawa pun mempunyai karya sastra berjenis novel.

Berbeda dengan tembang macapat yang merupakan salah satu karya sastra tertua dalam dunia sastra Jawa, novel dalam khasanah sastra Jawa merupakan genre sastra termuda.

Dalam artikel ini, Mamikos akan memberikan 9 contoh bahasa Jawa beserta nama pengarangnya lengkap! 📖😊✨

Novel Jawa sebagai Genre Baru Sastra Jawa

unsplash.com/@siora18

Adapun yang menjadi penyebabnya adalah dari beberapa sumber yang berhasil dikumpulkan Mamikos, genre novel dalam sastra Jawa baru muncul di tahun 1900-an.

Novel dalam sastra Jawa modern diperkirakan muncul setelah kemunculan geguritan yang dituliskan dengan menggunakan bahasa Jawa modern.

Unsur-unsur yang ada pada novel berbahasa Jawa hampir mirip dengan unsur-unsur di novel berbahasa Indonesia. Adapun yang menjadi pembeda keduanya hanya sebatas pada bahasa yang dipakai untuk menuliskannya saja.

Sejauh ini telah ada puluhan atau bahkan ratusan judul contoh novel bahasa Jawa yang dihasilkan para sastrawan Jawa selama puluhan tahun lamanya.

Di bawah ini adalah beberapa contoh novel bahasa Jawa yang berhasil dikumpulkan Mamikos.

Contoh Novel Bahasa Jawa

1. Rangsang Tuban karya Karya Padmasusastra

Novel ini disebut-sebut sebagai salah satu generasi novel pertama dalam dunia sastra Jawa modern. Walau novel ini dianggap sebagai karya dari Padmasusastra yang merupakan seorang ahli dan sastrawan Jawa.

Namun, dalam penciptaan novel ini Padmasusastra menyadur novel ini dari suatu serat yang diciptakan oleh seorang mpu dari daerah Lamongan, Jawa Timur.

Novel Rangsang Tuban berkisah tentang perpecahan Saudara yang diakibatkan keinginan seorang adik yang ingin mempunyai pasangan yang akan dijodohkan kepada kakaknya.

Berawal dari adanya seorang raja terkenal dari Tuban yang mempunyai nama Prabu Sindunati. Ia mempunyai 2 anak yang diberi nama Raden Warihkusuma dan Raden Warsakusuma.

Prabu Sindunati meninggal dikarenakan sakit dan kemudian digantikan oleh Raden Warsakusuma. Karena sang kakak belum menikah. Maka, Raden Warsakusuma berniat untuk mencarikan istri untuk sang kakak.

Suatu hari bertemulah Raden Warsakusuma dengan Endang Wrȇstri. Mulanya wanita inilah yang hendak dijodohkan dengan kakaknya.

Namun, karena paras cantik yang dimiliki Endang Wrȇstri. Pangeran Warsakusuma urung memberikan Endang Wrȇstri kepada kakaknya.

Tak ingin Endang Wrȇstri dimiliki kakaknya. Pangeran Warsakusuma membuat suatu fitnah yang membuat kakaknya terusir dari kerajaan.

Setelah kakaknya terusir, Pangeran Warsakusuma menikah dengan Endang Wrȇstri. Mereka pun dikarunia seorang anak bernama nama Raden Ubakawimba.

Sementara sang kakak harus terusir dari kerajaan Tuban kemudian mengabdi kepada kerajaan Banyu Biru. Setelah beberapa lama mengabdi Raden Warihkusuma kemudian dinikahkan dengan putri raja mempunyai nama Rȇtna Wayi.

Sayangnya kebahagiaan Raden Warihkusuma tak lama. Sebab, istrinya meninggal usai melahirkan seorang putri yang bernaa Rara Sendhang. Kematian istrinya inilah yang membuat Pangeran Warihkusuma diusir dari Banyu Biru.

Meski novel ini termasuk novel yang paling awal muncul dalam dunia sastra Jawa. Tetapi banyak pelajaran yang bisa diambil oleh para pembaca.

2. Krikil-krikil Pesisir Karya Tamsir AS

Melalui novel ini Tamsir AS mencoba memotret lebih dekat kehidupan masyarakat pesisir. Di dalam novel ini Tamsir AS menceritakan hiruk-pikuk kehidupan masyarakat pesisir dengan segala problematikanya.

Penggunaan bahasa yang memukau yang dipilih pengarang sukses membuat pembaca seolah turut melihat kehidupan masyarakat pesisir lebih dekat, di saat novel ini ditulis.

Di sisi lain, selain memberikan gambaran mengenai kehidupan sosial masyarakat pesisir secara dekat. Pengarang juga memberikan gambaran keyakinan masyarakat pesisir.

Dalam novel ini Tamsir AS menggambarkan bahwa sebagian masyarakat pesisir masih banyak yang percaya pada gugon-tuhon dan berbagai hal yang bersifat mistik.

Kiprah Tamsir AS dalam memajukan sastra Jawa sungguh sangat besar. Ia turut membidani lahirnya Sanggar Sastra Jawa Triwida yang berpusat di Tulungagung.

Selain itu, sepanjang hidupnya didedikasikan pada kemajuan sastra Jawa. Ia tak sungkan untuk merogoh kantongnya sendiri untuk membuat event sastra Jawa, maka tak mengherankan jika atas jasa-jasanya tersebut, beliau pernah menerima sejumlah penghargaan.

3. Candhikala Kapuranta Karya Sugiarta Sriwibawa

Bagi yang gemar membaca novel dengan tema feminisme, maka novel karya salah seorang sastrawan sekaligus wartawan yang pernah ikut membantu kemerdekaan lewat jalur media massa ini patut untuk dibaca.

Padha novel ini penulis berusaha mengangkat tema tentang kesetaraan gender. Novel ini berkisah tentang seorang perempuan desa bernama Munah, yang berasal dari keluarga miskin dan dia bekerja menjadi pembantu rumah tangga.

Pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga inilah yang membuatnya harus menghormati majikannya yang memiliki status sosial yang lebih tinggi darinya.

Di samping itu Munah juga harus menghormati majikannya dengan menggunakan bahasa jawa halus, harus paham unggah-ungguh, dan apabila berjalan di depan majikannya dia harus sedikit merunduk sebagai tanda hormat.

Di dalam karyanya ini, penulis pandai sekali menyembunyikan kejutan-kejutan. Selain itu, pilihan bahasa yang indah membuat pembaca penasaran sehingga ingin menuntaskan membacanya dalam sekali duduk.

Keindahan bahasa, alur cerita yang menarik, dan penggarapan yang mumpuni membuat novel ini diganjar penghargaan bergengsi dalam dunia sastra daerah yakni anugerah rancage.  

4. Suminar Karya karya Tiwiek SA

Tiwiek SA bisa dikatakan salah satu sastrawan Jawa yang memiliki nafas kreativitas sangat panjang.

Sepanjang hidupnya telah ratusan karya dengan beraneka genre yang telah dihasilkan dan pernah dimuat dalam berbagai media cetak.

Selain telah menghasilkan ratusan cerkak yang tersebar di berbagai media cetak. Tiwiek SA yang memiliki nama asli Suwignyo Adi juga telah melahirkan puluhan novel yang pernah terbit secara berkala di berbagai media massa.

Tak sekedar aktif dalam menciptakan karya sastra. Tiwiek SA juga aktif merangkul generasi di bawahnya untuk turut berjuang melestarikan sastra Jawa.

Salah satu bukti keseriusan Tiwiek SA dalam menjaga dan memperjuangkan sastra Jawa adalah sumbangsihnya dalam melahirkan sanggar sastra Triwida.

Novel dengan judul Suminar merupakan salah satu karya Tiwiek SA yang beberapa kali dijadikan penelitian bagi mahasiswa.

Melalui karyanya tersebut, Tiwiek SA ingin memberitahukan bagaimanakah seharusnya manusia Jawa menyikapi perubahan zaman yang tak mungkin dihentikan.

Beberapa pesan yang ingin disampaikan Tiwiek SA melalui kayanya tersebut adalah jadilah manusia yang optimis, mau bekerja keras, jangan terlalu matrealistis, selalu berpikir realistis, dan tebarlah kebaikan kepada sesama.

Tahun 2022 yang lalu Tiwiek SA berpulang, tetapi semangat dan sumbangsihnya terhadap dunia sastra Jawa harus menjadi teladan bagi generasi muda yang mengaku cinta pada sastra Jawa.

5. Srengenge Tengange Karya Sunarko ‘Sodrun’ Budiman

Contoh novel bahasa Jawa berjudul Srengenge Tengange ini mengangkat tentang kehidupan keluarga Jawa yang masih memegang adat Jawa di tengah modernisasi dengan segala masalah yang dihadapinya.

Jalinan kisah yang menarik ditambah dengan konflik yang dihadapi para tokoh yang dibumbui dengan petuah-petuah Jawa menjadikan novel ini semakin menarik untuk dibaca.

Di samping banyaknya nilai kebaikan yang dapat diambil, penulis pandai sekali memainkan emosi para pembacanya.

Hal inilah yang membuat pembaca merasa penasaran dan ingin menuntaskan membaca novel ini sampai selesai.

Dengan segala kelebihan yang dimilikinya novel ini pernah memenangkan anugrah Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur.

Sunarko ‘Sodrun’ Budiman yang menciptakan novel ini bukanlah sosok asing dalam dunia sastra Jawa.

Puluhan karya telah menghiasi media-media berbahasa Jawa sejak lebih dari tiga puluh tahun yang lalu.

Jam terbang yang tinggi ditambah dengan ketekunannya dalam melestarikan sastra Jawa membuatnya sering menjadi jujugan bagi siapa saja yang ingin bertanya tentang seluk beluk sastra Jawa modern.

Sunarko ‘Sodrun’ Budiman saat ini dipercaya menjadi ketua Sanggar Sastra Jawa Triwida. Di bawah kepemimpinannya sanggar sastra Jawa Triwida menjadi sanggar sastra yang besar dan hampir setiap tahunnya melahirkan sejumlah karya sastra Jawa baik itu berupa kumpulan geguritan maupun kumpulan cerkak.

6. Untu Hiu karya Asti Pradnya Ratri

Contoh novel bahasa Jawa terakhir berjudul Untu Hiu merupakan karya terbaru dari seorang penulis muda asal Yogyakarta yang bernama Asti Pradnya Ratri.

Meski usianya masih muda namun kiprah Asti Pradnya Ratri dalam dunia sastra Jawa tidak bisa dikesampingkan. Telah puluhan cerkak dan geguritan yang dihasilkan penulis yang juga berprofesi sebagai guru bahasa Jawa ini.

Melalui novel Untu Hiu, Asti seolah ingin mengajak generasi muda untuk mengenali kehidupan masyarakat Jawa lebih dekat.

Dengan pemilihan bahasa lugas membuat novel ini mudah dipahami generasi milenial. Meski demikian hal ini tidak mengurangi kandungan yang ada di dalam novel.

7. Dom Sumurup Ing Banyu Karya Suparto Brata

Suparto Brata dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam novel detektif berbahasa Jawa. Salah satu karyanya yang paling populer adalah Dom Sumurup Ing Banyu. Novel ini mengangkat kisah penyelidikan sebuah kasus misterius yang penuh teka-teki.

Dengan alur cerita yang runtut, penuh kejutan, dan kaya konflik, pembaca diajak mengikuti proses pengungkapan kasus secara perlahan.

Keunggulan novel ini terletak pada kemampuan Suparto Brata dalam memadukan unsur kriminal dengan kehidupan sosial masyarakat Jawa.

Tokoh-tokohnya digambarkan hidup dan realistis, sehingga pembaca merasa dekat dengan peristiwa yang terjadi. Selain sebagai hiburan, novel ini juga menyelipkan nilai moral tentang kejujuran, keadilan, serta akibat dari keserakahan manusia.

8. Tirai Menjingga Karya Any Asmara

Any Asmara dikenal luas sebagai pengarang novel-novel percintaan berbahasa Jawa yang banyak dimuat di majalah seperti Panjebar Semangat dan Jayabaya. Salah satu karya terkenalnya adalah Tirai Menjingga.

Novel ini mengangkat kisah cinta yang dibalut konflik sosial, perbedaan status, serta benturan antara perasaan dan kewajiban.

Dengan gaya bahasa yang lembut dan mengalir, Any Asmara mampu memainkan emosi pembaca melalui pergulatan batin para tokohnya. Konflik yang disajikan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, sehingga novel ini banyak digemari oleh pembaca dari berbagai kalangan.

Tirai Menjingga tidak hanya menghadirkan kisah romantis, tetapi juga mengajarkan tentang kesetiaan, pengorbanan, dan keteguhan hati.

9. Gurit Banda Karya Esmiet

Gurit Banda merupakan salah satu novel karya Esmiet yang kuat dalam menggambarkan kehidupan rakyat kecil.

Novel ini menyoroti kerasnya kehidupan masyarakat desa yang dipenuhi dengan perjuangan ekonomi, konflik sosial, serta ketimpangan hidup. Melalui tokoh-tokohnya, Esmiet menggambarkan bagaimana manusia harus bertahan dalam kondisi serba kekurangan.

Bahasa yang digunakan dalam novel ini cenderung lugas dan tajam, sehingga pesan-pesan sosial yang disampaikan terasa kuat dan mengena.

Gurit Banda bukan sekadar cerita tentang penderitaan, tetapi juga tentang keteguhan, perjuangan hidup, serta harapan yang tidak pernah padam. Karya ini sering dijadikan bahan kajian karena kekuatan realisme sosial yang diusungnya.

Demikianlah contoh novel bahasa Jawa beserta pengarangnya. Semoga artikel ini membuatmu lebih kenal dengan karya-karya berbahasa Jawa dan para pengarangnya.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta