Contoh Penalaran Generalisasi, Analogi, dan Sebab Akibat beserta Perbedaannya

Contoh Penalaran Generalisasi, Analogi, dan Sebab Akibat beserta Perbedaannya – Dalam menghadapi suatu hal, kita dituntut untuk dapat berpikir secara logis, oleh karena itu diperlukan penalaran agar dapat membantu kita berpikir logis dan tidak salah dalam mengambil kesimpulan terkait suatu hal.

Penalaran sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, tiga diantaranya adalah penalaran generalisasi, analogi, dan sebab akibat.

Untuk dapat lebih memahaminya, kamu bisa simak informasi selengkapnya berikut ini.

Berikut Perbedaan hingga Contoh Penalaran Generalisasi, Analogi, dan Sebab Akibat

unsplash.com/sarah_noltner

Penalaran merupakan proses dalam menggunakan sistem pengetahuan yang dimiliki untuk menarik kesimpulan, membuat prediksi, ataupun untuk membangun penjelasan.

Selain itu, penalaran juga bisa dianggap sebagai kemampuan untuk berpikir logis guna merumuskan penilaian yang adil dan membenarkan suatu posisi.

Singkatnya, penalaran adalah kemampuan untuk menilai sesuatu secara rasional dengan menerapkan sistem logika berdasarkan informasi yang memungkinkan guna menimbang keuntungan dan kerugian dari tindakan-tindakan sebelum memilihnya.

Umumnya, penalaran terbagi dalam dua jenis penalaran, yakni deduktif dan induktif. Namun, dalam artikel kali ini kita akan membahas seputar penalaran induktif.

Dimana penalaran induktif sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan sebab akibat.

Agar kamu dapat memahami perbedaan dari ketiga jenis penalaran induktif tersebut, berikut sudah dirangkumkan informasi terkait perbedaan hingga contoh ketiganya.

Yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini.

Apa
yang dimaksud dengan Penalaran Induktif?

Sebelum kita membahas contoh dari jenis-jenis penalaran induktif, ada baiknya jika kamu mengetahui terlebih dahulu pengertian dari penalaran induktif itu sendiri.

Diketahui, penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan dari peristiwa khusus baik satu atau lebih peristiwa untuk menentukan hukum umum.

Merupakan kebalikan dari penalaran deduktif, penalaran induktif ini dimulai dengan pengamatan khusus atau contoh nyata dari kejadian, tren, atau proses sosial.

Kemudian, berlanjut secara analitis terhadap generalisasi dan teori yang luas berdasarkan pada kasus yang diamati.

Penalaran induktif juga dikenal sebagai pendekatan dari bawah ke atas, mengingat penalaran ini dimulai dari kasus khusus di lapangan hingga tingkat abstrak teori.

Tentunya, jenis penalaran induktif sangat membantu untuk ekstrapolasi, prediksi, dan argument ‘sebagian ke keseluruhan’ (part to whole arguments).

Perbedaan
Penalaran Generalisasi, Analogi, dan Sebab Akibat

Nah, penalaran induktif sendiri terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yakni generalisasi, analogi, dan sebab akibat.

Untuk mengetahui perbedaan dari ketiganya, kamu bisa simak pengertian dari masing-masing jenis penalaran induktif tersebut di bawah ini.

1.
Generalisasi

Generalisasi merupakan jenis penalaran induktif yang pertama. Merupakan suatu istilah yang kerap sering didengar, generalisasi dapat disebut sebagai penyamarataan.

Generalisasi juga bisa dikatakan sebagai pokok dalam matematika serta bahasa Indonesia.

Dalam konteks makna kata, generalisasi bisa didefinisikan sebagai gejala terhadap sebuah kata yang awalnya hanya memiliki satu makna kemudian mempunyai beberapa makna lain karena beberapa macam faktor.

Generalisasi juga dapat diartikan sebagai suatu penarikan kesimpulan yang hanya memperhatikan hal-hal bersifat umum tanpa harus menelaah hal-hal yang bersifat khusus.

Oleh karena itu, sederhananya generalisasi dapat didefinisikan sebagai sebuah penyamarataan.

2.
Analogi

Analogi adalah jenis penalaran induktif yang kerap digunakan oleh seseorang untuk menjelaskan dialog, kalimat dan istilah yang sulit dimengerti.

Jenis penalaran yang satu ini merupakan cara berpikir yang menyamakan atau membandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami.

Seseorang yang menggunakan metode berpikir yang satu ini akan beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang.

Dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada pola komunikasi antara individu dengan lawan bicara, analogi merupakan salah satu metode yang sangat lumrah digunakan.

Oleh karena itu, cara ini akan memudahkan seseorang untuk menyampaikan pesan dan maksud dari kalimat yang sukar dimengerti.

Analogi juga dapat didefinisikan sebagai penggunaan contoh yang mirip dengan topik pembicaraan.

3.
Sebab Akibat (Hubungan Kausal)

Jenis penalaran induktif yang terakhir adalah sebab dan akibat atau dikenal juga dengan hubungan kausal.

Penalaran sebab akibat ini menyimpulkan dengan menghubungkan gejala-gejala yang saling berhubungan melalui hubungan kausal atau sebab akibat.

Singkatnya, penalaran sebab akibat juga dapat diartikan sebagai metode berpikir yang memiliki relasi ketergantungan antara dua hal atau lebih.

Contoh Penalaran Generalisasi, Analogi, dan Sebab Akibat

Agar
kamu bisa lebih memahami lagi seputar generalisasi, analogi, dan sebab akibat,
berikut adalah beberapa contohnya yang bisa kamu jadikan sebagai referensi.

Contoh
Generalisasi

1.
Seorang pemimpin proyek besar harus memiliki kemampuan memangkas anggaran dasar
agar biaya produksi bisa diminimalisir.

(Awalnya,
kata memangkas berarti memotong menggunakan gunting atau alat tajam, sementara
disini kata tersebut mengalami perluasan makna mengurangi anggaran.)

2.
Sekarang ini, masih banyak masyarakat yang mempercayai orang pintar
dibandingkan dengan kaum intelektual.

(Awalnya,
kata orang pintar disini bermakna tidak bodoh atau cerdas, namun memiliki
perluasan makna menjadi pengetahuan mengenai hal-hal spiritual.)

3.
Kapal pesiar itu berlayar di lautan luas.

(Awalnya,
kata berlayar hanya digunakan untuk perjalanan menggunakan perahu layar, namun sekarang
kata berlayar juga digunakan untuk kapal.)

4.
Pemain sepakbola dari team MU bernomor punggung 23 itu sudah sering mencetak
gol.

(Awalnya,
kata mencetak hanya digunakan dalam hal penerbitan buku, majalah, dan
sebagainya. Namun, kini kata mencetak juga digunakan untuk mencetak kapal,
mencetak uang, dll.)

5.
Budi adalah seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Sastra Jawa.

(Awalnya,
kata jurusan hanya digunakan dalam bidang transportasi, namun sekarang
penggunaannya lebih luas seperti contoh di atas yang menyatakan kata jurusan
digunakan dalam bidang pendidikan.)

6.
Ibu Anna adalah seseorang yang telah merawat Ariana sejak kecil.

(Awalnya,
kata Ibu memiliki makna orang tua wanita. Setelah mengalami generalisasi, kini
kata ini mengalami perluasan maknanya menjadi sebutan bagi wanita yang lebih
tua/dihormati.)

7.Tuan
Prabu memiliki papan yang luas.

(Awalnya,
kata kata papan bukanlah makna yang sebenarnya, namun hasil dari generalisasi.
Makna dalam kata papan di atas adalah ruma.)

8.
Karena saudara datang terlambat, maka akan kami berikan hukuman.

(Awalnya,
kata saudara bermakna kerabat ataupun keluarga. Namun, makna kata ini kemudian
digeneralisasi dan menjadi suatu kata sapa yang umum digunakan pada dialog
sehari-hari.)

9.
Indah adalah putri dari tuan Brahma.

(Awalnya,
kata putri digunakan untuk menyebut anak perempuan seorang raja. Pada contoh
kalimat di atas, tuan Brahma bukanlah seorang raja ataupun sultan, hal ini
membuktikan bahwa makna kata tersebut juga menjadi sebutan bagi anak perempuan
siapapun/)

10.
Perilaku dan paras rupawan membuat benih perasaan cinta muncul di hati Jaidi
untuk Riana.

(Awalnya,
kata benih dimaknai untuk biji ataupun buah yang dipersiapkan untuk ditanam. Namun,
makna kata ini mengalami perluasan dan salah satunya tercermin dalam contoh
kalimat di atas yang berarti sebab ataupun asal muasal sesuatu/)

Contoh
Analogi

1.
Budi mau saja menuruti Andi, seperti kerbau yang dicocok hidungnya.

(Perilaku
Budi yang menurut tanpa perlawanan dianalogikan dengan kerbau yang dicocok
hidungnya.)

2.
Badan Giant besar sekali seperti gajah.

(Badan
Giant yang besar dianalogikan dengan gajah guna mendapatkan perbandingan yang
hampir setara. Seperti yang kita ketahui, gajah merupakan binatang berukuran
besar, begitu juga dengan gemuk yang artinya manusia berukuran besar.)

3.
Cara berjalan Siti sangat lambat seperti kura-kura.

(Kura-kura
sering digunakan untuk menganalogikan orang yang cara berjalannya sangat pelan.
Sebenarnya, kata kura-kura termasuk analogi pincang karena cara berjalan
seseorang tidak benar-benar selambat kura-kura.)

4.
Anak tetanggaku itu berbadan kurus layaknya lidi.

(Kalimat
di atas menganalogikan dua hal, yakni badan kurus layaknya lidi yang bentuknya
kecil memanjang.)

5. Gaya bicara Ibu RT bagai keran bocor.

(Dalam
contoh kalimat di atas, gaya bicara yang dimaksud adalah bicara tanpa jeda seperti
keran bocor di rumah yang mengalir terus-menerus tanpa berhenti.)

6.
Zaman canggih seperti sekarang, gosip cepat menyebar seperti racun.

(Dalam
contoh kalimat di atas, gossip dianalogikan seperti racun.)

7.
Belajarlah seperti sedang membangun sebuah rumah.

(Dalam
contoh kalimat di atas, hasil belajar tidak bisa dinikmati secara instan. Ketika
sedang mempelajari materi baru, seseorang mungkin tidak akan langsung memahami.)

8.
Aku dengan Rita bagaikan langit dan bumi.

(Dalam
contoh kalimat di atas, dianalogikan aku dan Rita memiliki jarak yang sangat
jauh dan kemungkinan sulit untuk dicapai.)

9.
Kehidupan manusia berputar bagai roda.

(Dalam
contoh kalimat di atas, kehidupan dianalogikan seperti roda yang setiap harinya
selalu berubah, tak selamanya yang ada di bawah terus di bawah dan tak
selamanya yang di atas selalu di atas.)

10.
Belajar ibarat mengenakan sweater pada hari yang panas.

(Dalam contoh kalimat di atas, belajar dianalogikan menjadi hal yang kurang nyaman, tidak membuat rileks.)

Contoh
Sebab Akibat

1.
Jalan rumahku sedang diperbaiki, oleh sebab itu warga di jalan tersebut
diarahkan untuk lewat jalan lain.

2.
Anne belum sarapan pagi sehingga ia merasa lapar ketika jam pelajaran pertama berlangsung.

3.
Hutan di kawasan Gunung Kidul sering ditebang, akibatnya banjir dan tanah
longsor kerap terjadi.

4.
Claire suka naik angkutan umum karena tidak membuatnya terjebak macet.

5.
Jalanan yang rusak tersebut sedang diperbaiki, oleh karena itu kita harus lewat
jalan alternatif lain.

6.
Karena cuaca sedang buruk, semua penerbangan pagi ini ditunda.

7.
Di kawasan Kalimantan sering terjadi penebangan liar dan kebakaran hutan,
akibatnya hutan menjadi gundul.

8.
Untuk mencegah penularan virus penyakit, maka masyarakat dianjurkan untuk
mengurangi bepergian ke tempat yang ramai.

9.
Banyu tidak bisa naik sepeda, sebab ia belum pernah belajar menaikinya sedari
kecil.

10.
Nini begadang sepanjang malam, akibatnya tadi pagi ia terlambat berangkat ke
sekolah.

Penutup

Nah, itulah informasi yang bisa Mamikos rangkumkan untuk kamu seputar perbedaan hingga contoh dari generalisasi, analogi, dan sebab akibat.

Perlu kamu ketahui bahwa ketiga jenis penalaran tersebut masuk ke dalam kategori penalaran induktif.

Jika kamu ingin menggali informasi terkait jenis penalaran lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta