Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek dan Cara Membuatnya
Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek dan Cara Membuatnya – Jika kamu mencari contoh pola penyajian teks negosiasi berbentuk cerita pendek, maka halaman ini menjadi pilihan yang tepat untuk mendapatkannya.
Di bawah ini kamu bisa menemukan berbagai macam contohnya dan bisa digunakan sebagai referensi, ketika ingin membuat teks negosiasi versimu sendiri.
Teks negosiasi berbentuk cerita pendek sama halnya dengan bentuk narasi yang merupakan salah satu bentuk pengembangan paragraf dari sebuah tulisan.
Cara Membuat Teks Negosiasi
Daftar Isi
- Cara Membuat Teks Negosiasi
- Daftar Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek
- 1. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Satu)
- 2. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Dua)
- 3. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Tiga)
Daftar Isi
- Cara Membuat Teks Negosiasi
- Daftar Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek
- 1. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Satu)
- 2. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Dua)
- 3. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Tiga)
- Pertama, kamu perlu menyiapkan tema kegiatan negosiasi dan sebagai contohnya tema kegiatan jual beli atau penentuan peraturan di suatu organisasi.
- Selanjutkan, kamu perlu menentukan pihak-pihak yang berkaitan dengan negosiasi tersebut. Contohnya, jika tema yang diambil jual beli, maka pihak-pihak di dalamnya adalah pembeli dan penjual.
- Langkah selanjutnya adalah menentukan hal yang dinegosiasikan dan tentu saja hal ini akan berkaitan erat dengan tema.
- Kamu bisa langsung menyiapkan penyampaian argumen dari masing-masing pihak yang berisi tentang apa yang diinginkan secara bijaksana.
- Silahkan rancang kegiatan tawar menawar dan juga penyelesaian masalah dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama.
- Terakhir, kamu bisa memberikan penutupan teks negosiasi, misalnya saja berisi tentang ucapan terimakasih dan salam.
- Selesai.
Daftar Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek
1. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Satu)
Belanja Bersama Kakak
Minggu pagi adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh Disa, karena ada sebuah kegiatan yang sangat ia sukai, yakni berbelanja bersama Nadia, sang kakak.
Disa sudah bangun sedari pagi sekitar pukul 06.00, karena pasar pagi di dekat rumahnya sudah ramai dari petang hari.
Disa takut kalau nanti tidak kebagian bahan-bahan belanja, sehingga bangun lebih pagi meskipun hari Minggu.
Setelah selesai bersiap-siap, Disa langsung menghampiri sang kakak yang sudah menunggunya di depan rumah.
Senyumnya merekah ketika melihat sang kakak sudah bersiap dengan sepeda roda dua yang sudah usang tapi masih kokoh untuk digunakan.
“Kak Nadia, Disa sudah siap!” Seru Disa ketika sudah sampai di bibir pintu rumahnya. Nadia tersenyum melihat semangat adik semata wayangnya yang hendak berbelanja di Minggu pagi ini.
“Ayo cepat! Nanti kita nggak dapat apa-apa, lho kalau telat.” Kata Nadia.
Mereka berdua pun bergegas untuk pergi ke pasar dan tidak lupa membawa tas belanja. Nadia duduk di depan dan Disa duduk di bangku penumpang yang ada di belakang.
Nadia pun mengayuh sepeda dengan semangat, karena ini merupakan kegiatan di hari Minggu yang menyenangkan sekaligus liburan baginya.
Setelah sampai di pasar, Disa dan Nadia bergegas mendatangi kios penjual sayur dan memilih-milih sayur yang hendak mereka beli.
Ada berbagai macam sayur segar yang dijual di kios sayur milik Abang Halim. Kios ini merupakan kios langganan Disa dan Nadia ketika berbelanja di pasar.
“Bang Halim, kubisnya besar-besar, ya! Beli sedikit setengahnya saja apa boleh?” Tanya Nadia sembari memegang satu buah kubis yang ukurannya cukup besar.
“Boleh, Dik. Tapi harganya sedikit mahal dibandingkan beli satuan.” Jawab Bang Halim.
“Berapa memangnya, Bang?” Nadia kembali bertanya.
“Kalau satuan begitu Rp15.000,-. Tapi kalau beli setengah jadi Rp9.000,-.” Jawab Bang Halim.
“Tidak boleh kurang, Bang?” Nadia mulai menawar. “Rp8.000 gitu?”
“Aduh! Nggak boleh kalau segitu. Nanti mamaku marah hahaha.”
“Ya sudah kalau begitu, beli satuan saja, Bang.”
“Oke. Apa lagi?” Tanya Bang Halim.
“Kalau wortelnya berapa?” Disa bertanya kepada Bang Halim sambil memegangi wortel yang segar-segar.
“Itu satu kilogramnya Rp12.500. Lagi mahal harga wortel, Neng!”
“Kak, Disa mau wortelnya, dong! Satu kilogram juga nggak apa-apa. Mau dibuat jus nanti, dicampur sama tomat.” Disa meminta kepada sang kakak.
“Jangan banyak-banyak! Uangnya nanti nggak cukup. Bagaimana kalau setengah kilogram saja? Nanti takutnya nggak habis. Kan jadi mubazir!”
“Oke deh, Kak!”
Setelah mendapatkan apa yang mereka berdua butuhkan, Nadia membayar semua belanjaan mereka kepada Abang Halim.
Sembari menunggu kembalian, Nadia dan Disa memasukkan semua bahan-bahan makanan yang mereka beli ke dalam tas belanja.
“Terimakasih, ya Dik!” Ucap Bang Halim.
“Sama-sama, Bang!”
Mereka berdua bergegas pulang ke rumah, karena ibu sudah menunggu. Bahan-bahan makanan yang mereka beli akan langsung dimasak dan disajikan oleh sang ibu.
2. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Dua)
Susu Kedelai atau Green Tea Latte
Anto dan Awan adalah saudara kembar yang sangat suka mencoba minuman-minuman baru, mulai dari susu, teh, kopi, dan minuman lainnya.
Tidak hanya minuman baru, segala macam minuman yang manis pasti mereka suka.
Suatu hari, mereka berdua datang ke sebuah tempat wisata untuk menghabiskan waktu libur sekolah.
Setelah capek berjalan-jalan mengelilingi tempat wisata, mereka akhirnya berhenti di cafetaria yang disediakan oleh pihak pengelola wisata.
Anto dan Awan memiliki kebiasaan unik, yakni memesan menu minuman yang sama, sehingga harus bernegosiasi terlebih dahulu sebelum memutuskan membeli menu minuman apa.
“Minumannya banyak ya, Wan! Bingung mau pilih yang mana.” Ucap Anto sambil membaca daftar menu yang ada di tangannya.
“Iya, nih! Tapi kebanyakan minuman bersoda yang nggak cocok di lidahku, To.” Kata Awan.
“Kita pesan yang mana, nih?” Tanya Anto.
“Bagaimana kalau susu kedelai saja? Kata orang-orang susu kedelai di sini rasanya beda.”
“Bedanya bagaimana? Bukannya susu kedelai rasanya gitu-gitu saja?”
“Ya nggak tahu kalau belum dicoba!”
“Nggak ah! Aku nggak mau susu kedelai, yang lain saja!” Anto tidak setuju dengan pilihan yang diberikan oleh Awan.
Karena belum mendapatkan pilihan menu yang sesuai keinginan, Anto dan Awan pun melanjutkan pencarian menu yang pas untuk mereka berdua.
“Wan, kayaknya green tea latte enak, nih!” Anto berhasil menemukan menu minuman yang menarik perhatiannya, lalu mengutarakannya kepada Awan.
“Kan kemarin sudah beli di O’drink, To. Masa hari ini itu lagi, sih!” Sepertinya Awan tidak setuju juga dengan pilihan Anto.
“Dari gambarnya kayaknya beda lho, Wan! Lihat ini!” Anto menunjukkan gambar menu green tea latte yang ingin ia pesan. “Kalau di O’drink kan nggak pakai topping seperti ini. Memang rasa green tea latte di O’drink super enak, tapi coba yang ada topping lah di sini!”
“Nggak ah! Susu kedelai saja!” Awan tetap tidak setuju.
“Begini Wan. Kalau susu kedelai kan kita setiap hari Jum’at bisa beli di Mbak Wati yang lewat itu.”
“Green tea latte juga bisa pesan di O’drink.” Potong Awan.
“Iya juga, sih. Tapi ini ada topping, lho!”
“Begini saja kalau begitu. Bagaimana kalau kita suit dan yang menang bisa pilih menu, yang kalah ikut si pemenang?” Saran dari Awan.
“Oke kalau begitu!”
Akhirnya mereka berdua pun suit untuk menentukan menu pilihan siapa yang akan dipesan di cafetaria.
Setelah melakukan suit tiga kali, Awan mendapatkan poin 2 dan Anto mendapatkan poin 1, sehingga pemenangnya adalah Awan.
“Yes! Jadi, pesan susu kedelai, ya?!” Sorak Awan setelah berhasil memenangkan suit.
“Hmm, oke deh!” Meskipun kurang setuju dengan pilihan Awan, Anto tetap suportif sehingga mengikuti pesanan Awan.
Awan pun memanggil pelayan yang ada di cafetaria untuk memesan makanan dan minuman sesuai keinginan mereka berdua.
3. Contoh Pola Penyajian Teks Negosiasi Berbentuk Cerita Pendek (Tiga)
Telat Mengumpulkan Tugas
Hari Rabu kelas Rita akan belajar bersama Pak Dedi, guru Biologi. Rita lupa kalau ada tugas yang harus dikerjakan dan pengumpulan terakhir adalah hari Rabu ini.
Pagi-pagi sekali Rita berangkat ke sekolah dengan harapan masih ada waktu untuk mengerjakan tugas tersebut, sehingga bisa langsung dikumpulkan pada hari itu juga.
Namun, ternyata harapan Rita tidak seperti kenyataannya. Ia terjebak macet berkepanjangan karena ada kecelakaan beruntun.
Rita ketar-ketir karena Pak Dedi terkenal sebagai guru killer yang mudah marah, apa lagi kalau muridnya tidak mengumpulkan tugas tepat waktu. Meskipun begitu, Rita tetap memantapkan niat untuk pergi ke sekolah dan menghadapi Pak Dedi.
Benar saja, sesampainya di sekolah jam sudah menunjukkan pukul 07.00 dan bel tanda masuk kelas berbunyi tepat setelah Rita memasuki gerbang utama.
Ia pun berlari menuju kelas agar tidak keduluan Pak Dedi. Hitung-hitung meskipun tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, ia tidak terlambat masuk ke kelas.
Beberapa saat kemudian Pak Dedi masuk ke dalam kelas dan membuka pelajaran seperti biasa.
Setelah pembukaan, Pak Dedi langsung menanyakan tugas kepada seluruh siswa yang ada di kelas dan menyuruh mereka untuk mengumpulkannya di meja depan.
Pak Dedi: “Silahkan kumpulkan tugas kalian semua di depan kelas. Saya akan cek sekarang juga!”
Satu Kelas: “Baik, Pak!”
Sebelum Pak Dedi mengetahui bahwa Rita tidak mengumpulkan tugas, ia segera berjalan ke meja Pak Dedi untuk mengakui kesalahannya dan meminta keringanan.
Rita: “Maaf Pak Dedi. Saya belum bisa mengumpulkan tugas. Saya lupa kalau ada tugas dari bapak dan harus dikumpulkan hari ini juga.”
Pak Dedi: “Lupa? Memangnya apa yang kamu ingat Rita?”
Rita: “Sekali lagi saya minta maaf, Pak!”
Pak Dedi: “Saya tidak suka ada murid saya yang tidak mengumpulkan tugas tepat pada waktunya!”
Rita: “Maaf, Pak! Saya janji akan mengumpulkannya besok di ruang guru.”
Pak Dedi: “Memangnya saya mau menerima tugas itu?”
Rita terdiam karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari Pak Dedi. Ia hanya pasrah mau mendapatkan keringanan atau hukuman, karena memang ini kesalahannya.
Rita hanya tertunduk dan menunggu apa yang dikatakan Pak Dedi selanjutnya.
Pak Dedi: “Tentu saja kamu harus mendapat hukuman!”
Rita: “Baik, Pak. Saya akan menerima hukuman dari Pak Dedi.”
Pak Dedi: “Kamu mau dihukum seperti apa?”
Rita: “Maaf, Pak. Saya tidak tahu.”
Pak Dedi: “Lari keliling lapangan 5 kali atau dijemur di lapangan?”
Rita: “Jangan, Pak! Saya tidak betah panas, bisa-bisa saya pingsan.”
Pak Dedi: “Ya itu konsekuensi yang harus kamu tanggung karena tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.”
Rita: “Maaf, Pak! Apakah hukumannya boleh diganti?”
Pak Dedi: “Salin saja tugas kamu sebanyak 20 kali!”
Rita: “Astaga! Pak, tugasnya ada 5 lembar dan itu bolak-balik. Berarti saya harus mengerjakan 100 halaman.”
Pak Dedi: “Iya.”
Rita: “Waktunya berapa lama, Pak?”
Pak Dedi: “Tiga hari! Sabtu silahkan kumpulkan di meja saya di ruang guru.”
Rita: “Selain itu apa tidak ada hukuman lain, Pak?”
Pak Dedi: “Tidak!”
Rita: “Baik, Pak. Saya akan jalankan hukuman dari Pak Dedi.”
Pak Dedi: “Lain kali jangan terlambat, ya!”
Rita: “Baik, Pak.”
Setelah itu, Rita kembali ke tempat duduknya dengan tampang yang lesu. Beberapa teman yang ia lewati tempat duduknya pun memberikan semangat kepadanya.
Ya, bagaimanapun juga ini adalah kesalahan dan kecerobohan Rita, sehingga ia harus menerima konsekuensinya.
Nah, itulah beberapa contoh pola penyajian teks negosiasi berbentuk cerita pendek yang bisa kamu jadikan contoh apabila kesulitan membuatnya.
Kamu bisa menggunakan pola penyajian berupa cerita narasi maupun cerita dengan dialog. Pilih saja contoh yang sesuai dengan keinginan kamu agar lebih mudah membuatnya.