Contoh Proposal Penelitian Ilmiah dan Skripsi
Contoh Proposal Penelitian Ilmiah dan Skripsi – Umumnya, sebelum Anda mengerjakan sebuah penelitian pastinya Anda harus membuat proposal penelitian terlebih dahulu.
Untuk itu, penting untuk sebelumnya mempelajari contoh penelitian dan memahami contoh proposal penelitian ilmiah agar proposal nanti hasilnya baik dan mendapat nilai sempurna.
Ada banyak contoh proposal penelitian yang bisa ditemukan. Contoh proposal penelitian tersebut nantinya akan sangat membantu dalam pembuatan proposal.
Contoh Proposal Penelitian Ilmiah dan Skripsi
Daftar Isi
Daftar Isi
Proposal penelitian atau usulan penelitian sendiri merupakan suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian secara keseluruhan.
Pada kesempatan kali ini, Mamikos akan mencoba berbagi tentang contoh proposal penelitian yang mungkin bisa menjadi referensi Anda.
Mungkin Anda sudah sering mendengar tentang contoh proposal penelitian ilmiah.
Tapi apakah Anda tahu pengertian dari penelitian ilmiah sendiri?
Perlu Anda ketahui bahwa penelitian ilmiah merupakan serangkaian pengamatan yang saling terkait, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena yang terjadi.
Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistematis yang digunakan untuk melakukan penelitian.
Berikut merupakan salah satu contoh proposal penelitian sederhana (contoh proposal penelitian singkat) yang bisa Anda jadikan pula sebagai salah satu contoh proposal penelitian ilmiah skripsi.
Contoh proposal Penelitian Ilmiah di bawah ini terkait dengan fenomena media yang akrab dengan kita.
Namun, jika Anda mencari contoh proposal penelitian ilmiah ekonomi, contoh proposal penelitian Ilmiah pendidikan, atau contoh proposal penelitian Ilmiah kesehatan mungkin Anda bisa pula membaca contoh proposal penelitian ilmiah di bawah ini dan mempelajari struktur proposalnya.
Contoh Proposal Penelitian 1
Pengaruh Terpaan Iklan Video Streaming di YouTube terhadap Brand Awareness Produk Shampoo Pantene Versi Raline Shah
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ketika televisi tidak lagi menarik untuk ditonton remaja di Indonesia, tayangan yang disajikan cenderung tidak relevan dan cenderung monotone, YouTube menyediakan jasa streaming tontonan alternatif lain yang lebih menarik. Dalam situs streaming tersebut juga memiliki fitur parental kontrol atau perlindungan terhadap anak dari tontonan yang kurang layak, dan sedang dalam tahap pengembangan. Selain itu situs tersebut juga menyediakan berbagai macam chanel yang sudah dikategorikan sesuai dengan kebutuhan para pengunjung. Situs streaming ini juga sudah mulai merambah ke sektor periklanan, dimana iklan yang ditayangkan juga lebih menarik daripada yang ada di televisi.
Berawal dari iklan yang sering muncul ketika peneliti sedang berkunjung di situs YouTube ini, penulis sering menemukan beberapa iklan yang menarik sebelum penulis menonton video utama. Yang menarik di sini, iklan yang keluar tidak sama seperti yang ada di televisi. Iklan yang ada di YouTube ini harus ditonton atau harus dilewati menggunakan tombol skip untuk menonton video utama yang kita inginkan. Peneliti kemudian berpendapat bahwa iklan yang ditampilkan tersebut pastinya dihitung masa penayangannya atau setiap klik yang dibuat untuk melewati iklan tersebut. Dari hal tersebut lalu peneliti menentukan sebuah sampel yaitu iklan shampo Pantene yang dibintangi oleh Raline Syah. Dari sampel tersebut peneliti berharap menemukan jawaban dari permasalahan penelitian kami.
Peneliti merasakan bahwa beberapa orang yang mengakses situs video streaming YouTube cenderung tidak menyukai iklan sebelum menonton video utama, alasanya karena membuang waktu atau karena membuat akses data menjadi boros. Namun demikian dari sudut pandang peneliti, menginginkan banwa iklan video streaming tersebut dapat menjadi media beriklan yang efektif.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh terpaan iklan video streaming terhadap brand awareness shampoo Pantene versi Raline Shah?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui seberapa besar pengaruh terpaan iklan streaming di YouTube terhadap brand awareness shampoo Pantene versi Raline Shah?
Mengetahui kesadaran merek yang diketahui masyarakat melalui YouTube
D. Manfaat
1. Melihat seberapa besar ketertarikan masyarakat pada suatu produk yang diiklankan pada iklan video streaming di YouTube (Bagi produsen)
2. Agar konsumen lebih bijak dalam memilih produk.
3. Dapat menjadi sebagai suatu kajian dalam ilmu komunikasi yaitu untuk mengetahui karakteristik dan perilaku konsumen, serta mengetahui seberapa besar pengaruh media iklan pada masyarakat.
E. Kerangka Teori
1. Iklan Video Streaming
Iklan Streaming YouTube adalah iklan yang muncul di bagian halaman tontonan dalam bentuk video berdurasi relatif singkat antara 20 sampai 1.30 menit. Selain www.youtube.com, iklan ini dapat dijalankan di seluler YouTube, TV yang tersambung internet, dan properti konsol game, termasuk jaringan Google Video dan pemutar YouTube yang disematkan. Iklan dapat muncul saat pengguna mulai memutar video di awal (pra-putar), di tengah-tengah (paruh-putar), atau setelahnya (pasca-putar).
Penayangan dari iklan yang dapat diabaikan akan menambah jumlah penayangan YouTube saat iklan ditonton sepenuhnya. Iklan yang tidak dapat diabaikan tidak menambah jumlah penayangan. Anda dapat membuat iklan Streaming standar yang tidak dapat diabaikan selama 15 atau 20 detik melalui AdWords. Untuk membuat iklan Streaming standar selama 30 detik atau iklan Streaming standar yang dapat diabaikan, hubungi perwakilan layanan pelanggan Anda.
Riset
1. Dapat menerima tag pelacakan penelitian kecuali untuk YouTube Seluler atau aplikasi Leanback
2. Tidak ada munculan, lapisan, atau format lain selain spanduk yang diperbolehkan
3. JavaScript tidak diizinkan di VAST Pihak Ketiga
Pemasaran Ulang
1. Diizinkan hanya untuk iklan yang dapat diabaikan
2. Dapat diterapkan pada acara Lewati atau Selesai (satu per acara)
Detail dan Saran Tambahan
1. Bilah waktu semi transparan ditempatkan di bagian bawah video 23px, yang mungkin mengganggu kontennya. Ingatlah ini saat membuat video dan jangan menyertakan elemen penting apa pun dalam ruang ini.
2. UI menyembunyikan 5 piksel Streaming pada semua iklan Streaming
3. 18 piksel video semi transparan untuk semua iklan Streaming
4. 23 piksel video adalah semi transparan pada Aplikasi Android dalam mode potret dan 60 piksel dalam mode lanskap
2. Terpaan iklan
Terpaan atau exposure iklan yang berulang kali bertujuan memiliki dampak yang efektif meliputi efek komunikasi massa. Dampak efektif terpaan iklan yang berulang kali tersebut yaitu memperoleh perhatian dan pengalaman dari individu penerima yang menerima terpaan pesan iklan tersebut, serta terbuka dengan pesan-pesan yang disampaikannya, seperti yang diungkapkan Sissors dan Bumba.
Terpaan media atau media exposure lebih lengkap daripada akses. Terpaan tidak hanya menyangkut apakah seseorang benar-benar terbuka dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, membaca dan melihat pesan-pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok.
Menurut Sissors dan Surmanek (1982 : 64) menyatakan bahwa frekuensi perhitungan secara statistik untuk dapat memberitahukan kepada perencana rata-rata target audiens akan terekspos oleh pesan dari media-media yang berbeda. Frekuensi merupakan suatu ukuran pengulangan, mengindikasikan seberapa besar target audiens terekspos dengan menggunakan alat media yang sama atau grup alat.
Sedangkan intensitas audiens diterpa oleh berbagai aktivitas komunikasi pemasaran yaitu seberapa besar frekuensi untuk melihat, membaca ataupun mendengar iklan yang dilakukan oleh audiens kareena terekspos oleh media seperti televisi, surat kabar, radio atau internet.
Terpaan iklan dalam penelitian ini meliputi frekuensi menonton iklan video streaming di YouTube. Biasanya bentuk nyata dari terpaan iklan adalah mendengar, melihat, menonton, membaca atau ikut membaur diri dengan isi iklan tersebut. Frekuensi dapat diukur dengan tingkat keseringan menonton iklan dan intensitas diukur dengan tingkat keseriusan menonton iklan. Dalam keseringan menonton video streaming di YouTube, tentunya konsumen melihat iklan tersebut ketika pada saat membuka video streaming di YouTube.
3. Brand Awareness
Brand Awareness adalah kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu (Aaker, 1997:90). Brand awareness membutuhkan confirm raging (jangkauan kontinum) dari perasaan yng tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk.
Peran brand awareness pada ekuitas tergantung pada pencapaian kesadaran di benak konsumen. Ekuitas merek adalah kekuatan suatu merek yang dapat menambah atau mengurangi nilai merek itu sendiri yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual. Ekuitas merek tersebut tergantung pada tingkatan pencapaian kesadaran merek dalam benak konsumen.
Berdasarkan pada tingkatan kesadaran merek yang berbeda-beda pada gambar piramida brand awareness maka posisi tertinggi pada brand awareness adalah top of mind yang merupakan pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. Brand awareness membantu menciptakan nilai yang dapat dilakukan sedikitnya melalui empat cara yaitu (Aaker, 1997:95) :
a. Anchor to which other association can be attached, artinya suatu rangkaian merek dapat digambarkan seperti sebuah jangkar dengan beberapa rantai. Rantai mengambarkan asosiasi dari merek tersebut.
b. Familiarity – liking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat mendapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan.
c. Substance/commitment, kesadaran akan nama menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi perusahaan. Jika kualitas dua merek sama maka brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.
d. Brand to consider, merek yang memiliki top of mind yang tinggi dan mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan dalam benak konsumen. Merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek-merek yang disukai atau dibenci.
Brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki melalui berbagai cara seperti berikut (Aaker, 1997:102) :
a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan yang lainnya serta harus ada hubungan merek dengan kategori produknya.
b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek.
c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya.
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan.
e. Memakai suatu isyarat sesuai dengan kategori produk, merek atau keduanya.
f. Melakukan pengulangan untuk mengingatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengalaman.
4. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah salah satu kegiatan pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan atau meningkatkan pasar sasaran atas perusahaan maupun produk agar bersedia menerima, membeli,dan setia kepada produk yang ditawarkan produsen.
Pada kenyataannya tidak semua konsumen mengetahui bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak menyadari adanya produk yang mampu memenuhi kebutuhannya. Konsumen mungkin akan aktif mencari informasi tersebut. Padahal sisi lain, produsen menyadari situasi tersebut sehingga berusaha mengirim dan menyebarkan informasi tentang produk (adanya produk baru, manfaat dan kegunaan produk, harga, dimana dan kapan dapat dibeli, dsb.) kepada mereka.
Meskipun setelah mengetahui informasi (well informed), belum tentu konsumen akan memilih atau membeli kembali produk perusahaan (karena belum bersedia membeli sekarang, adanya produk lain yang sejenis, adanya barang pengganti, merasa harga terlalu mahal, kurang dapat memenuhi kebutuhan, dsb). produsen perlu membujuk dan mengingatkan selalu mereka agar bersedia membeli maupun memilih kembali produk perusahaan. Untuk semua produsen perlu melakukan kegiatan promosi dengan berkomunikasi kepada konsumen.karena kegiatan promosi pada dasarnya adalah proses komunikasi antara produsen dengan konsumen, maka pemahaman komunikasi bagi produsen sangat diperlukan.
F. Kerangka Konsep
Dalam kerangka konsep ini terdapat tiga variabel yang menjadi kajian disini, tiga variabel tersebut yaitu terpaan iklan video streaming (variabel bebas atau variabel X), tingkat pengetahuan pada iklan ( variabel pengontrol atau variabel Z), serta brand awareness produk. Dari berbagai teori yang telah dipaparkan, berikut ini adalah kerangka konsep yang akan digunakan:
1. Terpaan iklan
Iklan video streaming berkaitan dengan terpaan iklan yang merupakan kegiatan mendengar, membaca dan melihat pesan-pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok. Ketika target audience melihat iklan video streaming maka terdapat kegiatan mendengar, membaca dan melihat pesan-pesan yang disampaikan. Semakin sering audience melihat iklan, maka audience telah diterpa oleh iklan yang disampaikan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur terpaan iklan adalah frekuensi dan intensitas menonton. Frekuensi merupakan suatu pengukuran pengulangan, mengidentifikasikan seberapa besar target audience diterpa oleh iklan. Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dalam setiap menonton iklan di video streaming, frekuensi dapat diukur dengan tingkat keseringan menonton iklan yang ditayangkan.
Tentunya, dalam serinya audience melihat iklan ketika iklan tersebut muncul pada video streaming yang diakses. Yang kedua yaitu intensitas, disini intensitas dapat diukur dengan keseriusan menonton iklan. Keseriusan ini dapat dilihat pada saat melihat iklan apakah audience melihat iklan hingga selesai atau melewati iklan yang dilihat.
Iklan bersifat persuasif atau membujuk, sehingga dalam beriklan perlu menetukan tingkat pengetahuan audience. Audience disini akan menerima dan memproses terhadap iklan yang baru ditangkap. Sehingga pada tataran ini audience dapat mengerti atau menangkap iklan yang disampaikan oleh pengiklan. Yang kedua adalah aspek afektif, dalam aspek ini audience menerima dan mengolahnya dengan emosi atau perasaannya. Yang ketiga adalah attitude, disini sikap apa yang diambil oleh audience setelah menyaksikan iklan.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur dalam penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun,1989:46). Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan pertanyaan seleksi karena peneliti menggunakan teknik purposive sampling, sehingga orang-orang yang dijadikan sample penelitian ini sesuai dengan kriteria-kriteria yang sudah dibuat.
Dibuatnya kriteria tersebut didasarkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat terpaan iklan video streaming dan tingkat awareness pada shampoo Pantene dan pengaruhnya tingkat pengaruh respon konsumen pada iklan. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah responden sudah sesuai dengan kriteria yang dimaksud maka dibuatlah pertanyaan seleksi :
Indikator-indikator dari beberapa variabel :
1. Variabel pengaruh (X) yaitu terpaan iklan video streaming Pantene di situs YouTube. Terpaan iklan adalah kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan media massa atau mempunyai pengalaman dan perhatian tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok. Terpaan dalam penelitian ini mencakup beberapa indikator :
a. Frekuensi menonton
Frekuensi dapat dijelaskan bahwa dalam setiap mengakses situs YouTube, frekuensi dapat diukur dengan tingkat keseringan menonton iklan video streaming, dalam penelitian ini iklan shampoo Pantene dalam iklan video streaming di situs YouTube.
b. Intensitas menonton
Intensitas menonton dapat diukur dengan tingkat keseriusan pada saat menonton iklan video streaming di situs YouTube. Keseriusan ini dapat dilihat pada saat target market melihat iklan video streaming sampai habis atau tidak. Hal ini target market membentuk respon, apakah pesan yang disampaikan oleh produsen bisa ditangkap dan brand awareness bagi mereka atau tidak. Aplikasi dari teori intensitas menonton iklan video streaming di situs YouTube berdasarkan teori.
2. Variabel antara (Z) adalah tingkat pengetahuan respon konsumen pada iklan video streaming. Keterlibatan konsumen dalam ketertarikan pada iklan video streaming di situs YouTube diperlukan dalam penelitian ini dan sangat mempengaruhi apakah konsumen tertarik dan mengerti tentang iklan yang disampaikan. Khususnya pada iklan video streaming shampoo Pantene versi “Raline Shah”.
3. Variabel terpengaruh (Y) yaitu tingkat awareness yaitu kemampuan calon pembeli atau konsumen dapat mengingat atau mengenali sebuah merek, dalam penelitian ini iklan video streaming di situs YouTube. Indikatornya yaitu puncak pikiran
(top of mind), pengingatan kembali (brand recall), pengenalan merek (brand recognition), tidak menyadari (brand unware).
a. Puncak pikiran (top of mind) : merek shampoo rambut untuk wanita yang diketahui.
b. Pengingatan kembali (brand recall) : penyebutan merek shampoo Pantene kembali.
c. Pengenalan merek (brand recognition) :
1. Memperlihatkan merek shampoo Pantene atau gambar.
2. Brand ambassador (duta iklan) pada iklan video streaming di situs YouTube.
3. Tata letak penempatan iklan shampoo Pantene.
4. Tagline produk shampoo Pantene “Hari spesial, yakin deh sama Pantene kamu pasti berkilau”
d. Tidak menyadari (brand unware)
Pengukuran variabel
Variabel terpaan iklan video streaming dan brand awareness pada shampoo Pantene menggunakan skala Likert. Nilai yang diberikan adalah 1 – 5 ( STS, TS, N, S, SS) yang menggunakan posisi yang sangat negatif ke sangat positif. Kategori penilaian dan bobot dari kemungkinan jawaban adalah :
Tabel
Skala Jawaban Kuesioner
No Jenis Jawaban Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-ragu 3
4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1
I. Metodologi Penelitian
1. Tipe Penelitian
Menurut tingkat eksplanasinya penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menerangkan, menguji hipotesis dari variabel-variabel penelitian. Fokus penelitian ini adalah analisis hubungan-hubungan antara variabel (Singarimbun, 1981).
Penelitian eksplanatif memerlukan perencanaan. Perencanaan sangat diperlukan agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan dalam setiap fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi macam apa yang sebenarnya diperlukan.
Dengan metode eksplanatif, penelitian digunakan dengan jenis penelitian sensus. Penelitian sensus merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan informasi yang spesifik (Usman & Akbar, 2008).
Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan kuesioner, dimana respondennya adalah mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta, jurusan komunikasi, angkatan 2012, dengan konsentrasi baik mayor atau minor adalah advertising atau periklanan.
2. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample survey, yaitu suatu metode yang menggunakan kuesioner sebagai hasil dari pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejauh responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. (Kriyantono, 2006: 60). Biasanya pengumpulan data ini dapat dilakukan sekaligus bersamaan terjadinya sebuah komunikasi langsung antara peneliti dengan responden.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini akan tertuju pada pengaruh terpaan iklan video streaming di YouTube terhadap tingkat brand awareness produk shampoo pantene di kalangan mahasiswa Program studi Komunikasi, jurusan periklanan angkatan 2012, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
4. Populasi, Sampel, Teknik sampling, Sample size dan Unit analisis
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono, 2002 : 72). Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program studi ilmu komunikasi angkatan 2012 UAJY dengan konsentrasi studi adalah periklanan yang berjumlah 80 orang, karena mahasiswa dianggap mempunyai aktivitas yang cukup padat di dalam ataupun di luar kampus, sehingga lebih menyukai keadaan yang praktis dan simpel.
Alasannya karena mahasiswa UAJY angkatan 2012 jurusan komunikasi masih aktif kuliah dan tentunya sesuai dengan penelitian ini yang sama-sama jurusan komunikasi, sehingga nantinya akan lebih mengerti dan paham dalam pengisian kuesioner, serta dapat mempermudah pengambilan atau mengolah datanya. Selain itu, mahasiswa termasuk dalam segmentasi atau target konsumen yang berusia 18-30 tahun.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005 : 56). Sampel penelitian ini langkah awalnya adalah menghitung semua jumlah mahasiswa angkatan 2012, dengan konsentrasi studi periklanan yaitu 45 orang. Namun dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah 31 mahasiswa. Jumlah tersebut diperoleh dari hasil perhitungan rumus: (Jalaludin Rakhmat, 1991 : 82)
n = N/Nd2 +1
Keterangan: N=Populasi, d=Presisi (ditetapkan diantara kurang lebih 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Sehingga jumlah sampelnya adalah :
n = 80 = 45 = 31 Orang
(80) (0,1)2 +1 1,45
Setelah mengetahui jumlah sampelnya, kemudian teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik dengan cara memilih orang-orang tertentu sehingga relevan dengan rancangan Penelitian. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian. ( Kriyantono,2006 : 154). Kriteria-kriterianya adalah sebagai berikut:
-Mahasiswa UAJY program studi ilmu komunikasi angkatan 2012 dengan konsentrasi studi, baik mayor maupun minor adalah periklanan.
-Sedang menempuh jenjang pendidikan dan tentunya yang aktif kuliah di UAJY.
5. Jenis Data
Data akan dikumpulkan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari responden, yaitu dengan pemberian angket kuesioner yang disebarkan ke sejumlah responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka (buku-buku, referensi, literature atau sumber lain) yang relevan dengan masalah yang diteliti, hal ini untuk menunjang dan menyempurnakan dalam penelitian.
6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Melalui kuesioner, peneliti dapat menyimpulkan melalui jumlah koresponden yang menjawab pernyataan tertentu dan membandingkan dengan koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pernyataan yang sama. Setiap pernyataan tersebut akan saling berkaitan
i. Pengumpulan data primer: Kuesioner
ii. Pengumpulan data sekunder: Studi pustaka
7. Metode Pengukuran
Pengukuran data akan diambil dari variabel-variabel penelitian ini, kemudian akan diukur secara statistik. Dimana akan diambil melalui penyebaran kuesioner.
i. Metode pengukuran variabel
Metode pengukuran yang digunakan adalah dengan menggunakan skala Likert. Dalam penggunaan Likert, biasanya variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Nilai yang diberikan adalah 1 sampai 5 mencakup STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), N (Netral), S (Setuju), SS (Sangat Setuju), yang menggambarkan suatu nilai yang sangat rendah ke paling tinggi. Tingkat pengukuran dalam penelitian ini menggunakan ukuran interval.
ii Validitas dan Reliabilitas
Validitas merupakan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang akan diukur, biasanya disesuaikan dengan skalanya. . Uji validitas berfungsi untuk mengukur sejauh mana variabel yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa yang hendak diukur, yang validitasnya tinggi akan mempunyai varian kesalahan kecil sehingga data yang terkumpul merupakan data yang dapat dikatakan valid.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Fungsi dari uji reliabilitas yaitu untuk mengetahui konsistensi atau keterandalan kuesioner, dengan kata lain jika suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama, hasil yang didapatkan relatif konsisten maka alat pengukuran tersebut reliabel.
8. Metode Analisis Data
Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. (Effendi, 1987 :231). Analisis data diperoleh dari hasil penelitian survey melalui kuesioner yang akan diukur kemudian diolah dalam penelitian ini adalah:
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Pertama, akan menganalisis terlebih dahulu terpaan iklan terhadap respon konsumen pada iklan shampoo Panten di YouTube. Dimana rumus yang akan digunakan:
Y = α + βx
Keterangan:
Y = Terpaan iklan video streaming produk shampoo Pantene di YouTube
α = Konstanta (bilangan konstanta yang menunjukkan perpotongan garis regresi dengan sumbu)
β = Koefisien regresi
X = Tingkat keterlibatan dalam respon konsumen
Kedua, akan menganalisis antara variabel terpaan iklan video streaming di YouTube terhdap brand awareness produk Pantene. Dimana rumus yang akan digunakan :
Y = α + βx
Keterangan :
Y = Tingkat brand awareness
α = konstanta (bilangan konstanta yang menunjukkan perpotongan garis regresi dengan sumbu)
β = Koefisien regresi
X = Terpaan iklan
Contoh Proposal Penelitian 2
Untuk Anda yang berstatus sebagai mahasiswa, tentu Anda sudah tidak asing lagi mendengar kata skripsi.
Ya, skripsi merupakan istilah yang digunakan di negara kita untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah yang berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana (S1).
Biasanya di dalam penelitian skripsi ini membahas suatu fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. Mencari contoh skripsi?
Berikut ada contoh proposal penelitian singkat yang bisa Anda gunakan sebagai referensi contoh proposal penelitian skripsi.
PROBLEM JURNALIS LINGKUNGAN DI SKH PONTIANAK POST
(Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Jurnalis SKH Pontianak Post Dalam Pemberitaan Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan Barat)
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia berlimpah. Hasil laut dan hutan menghasilkan keuntungan yang besar bagi negara. Pada masa pemerintahan presiden Soeharto, Indonesia mendapatkan devisa dari industri kehutanan sebanyak 3 miliar US dolar, terbanyak kedua setelah sektor minyak bumi. Industri kehutanan (kayu log, plywood – kayu lapis, pulp dan kertas) mendatangkan devisa yang besar bagi Indonesia, belum termasuk sektor lain yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan seperti perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, coklat), tambang (batu bara, timah dan tembaga) dan sebagainya. Banyaknya manfaat yang didapat dari hasil hutan tersebut mendorong aktivitas eksploitasi terhadap hutan yang tidak memenuhi kaidah pemeliharaan lingkungan yang berkelanjutan.
Menurut UU No.41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pulau Kalimantan adalah salah satu paru-paru dunia karena luas hutannya, yaitu sekitar 40,8 juta hektar. Sayangnya laju deforestasi di Kalimantan demikian cepatnya.
Artinya sekitar 673 hektar hutan di Kalimantan mengalami deforestasi setiap harinya pada periode tersebut. Luas hutan di seluruh provinsi yang ada di Kalimantan mencapai sekitar 40,8 juta hektar. Sementara itu menurut Greenpeace, hutan di Kalimantan hanya tersisa 25,5 juta di tahun 2010.
Tingginya laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record menganugerahi Indonesia sebagai negara yang laju kerusakan hutannya tercepat di dunia. Sebuah prestasi yang tidak patut untuk dibanggakan.
Kerusakan lingkungan khususnya kerusakan hutan yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan sudah sangat sering terjadi di Kalimantan Barat, sehingga asap pekat menyelubungi seluruh kota yang dan mengganggu aktivitas masyarakat yang berada di Kalimantan Barat. Sekitar bulan Juni 2016, kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di Kalimantan Barat dan terdapat beberapa titik api yang membakar hutan dan lahan tersebut. Tahun 2016 lalu juga disebutkan sebagai bencana kebakaran hutan terbesar yang pernah dialami Kalimantan Barat.
Kerusakan lingkungan berlangsung lebih cepat daripada pemulihannya. Untuk mengembalikan lingkungan yang rusak, selain memerlukan waktu, diperlukan dukungan dari banyak pihak. Salah satunya dari media massa. Media massa adalah media masyarakat untuk ikut mengawasi hal-hal yang terkait dengan hajat hidup banyak orang. Karena menyangkut hajat hidup banyak orang, persoalan kerusakan lingkungan perlu diangkat dan dikabarkan dengan cara seksama menggunakan cara-cara jurnalisme.
Jurnalisme inilah yang dimaksud dengan jurnalisme lingkungan. Jurnalisme lingkungan adalah jurnalisme yang memberitakan upaya-upaya penanganan masalah lingkungan. Jurnalisme lingkungan adalah pemberitaan yang mengawal proses penanganan masalah sampai munculnya solusi-solusi yang ditemukan kemudian.
Pemberitaan tentang lingkungan di Indonesia masih bisa dikatakan sedikit. Kalaupun ada, pemberitaan itu biasanya hanya berupa tulisan-tulisan kecil yang terkesan sekadar menjadi pelengkap pemberitaan suatu media. Pada poin inilah jurnalisme lingkungan yang lebih maju harus dapat meningkatkan kualitas pemberitaannya. Jurnalisme lingkungan harus mampu memberitakan persoalan-persoalan lingkungan dalam bentuk yang lebih utuh. Alasannya, seperti disinggung di bagian awal bahwa persoalan-persoalan lingkungan seperti kerusakan lingkungan memerlukan penanganan khusus dalam penyelesaian kasus-kasusnya, sehingga memerlukan waktu yang cukup panjang.
Hal ini yang mendasari mengapa jurnalisme lingkungan tidak serta-merta. Jurnalisme lingkungan harus memiliki kesadaran untuk menulis berita yang mampu mengawal kelestarian lingkungan. Jurnalisme lingkungan yang diterapkan dengan benar dapat menjadi bahan pelajaran ataupun rujukan positif bagi penyelesaian kasus-kasus lingkungan yang lain. Karena sejatinya tugas jurnalisme lingkungan adalah mengangkat fenomena-fenomena tersebut dapat terlihat, sekaligus memperbanyak pemberitaannya.
Disinilah peran jurnalis untuk memahami kompleks permasalahannya, kemudian memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka, bahaya apa yang sedang mengintai, dan bagaimana persoalan tersebut. Karena banyak orang mengira bahwa membuat sebuah berita khususnya yang menyangkut isu lingkungan adalah hal yang mudah.
Pasalnya, berita harus disusun dengan bahan yang memadai, ditulis dengan benar dan harus memberi makna bagi publik. Agar publik tertarik untuk mengetahui, makna suatu berita hendaknya disusun berdasarkan konsep-konsep yang dapat mendukung penulisan berita sehingga menjadi bentuk laporan berita yang berkualitas (Surwati, 2011:72)
Berdasarkan peran media massa dan kerja jurnalisnya dalam mencari, meliput dan memberitakan masalah lingkungan khususnya kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana problem yang dihadapi oleh jurnalis dalam mencari informasi, meliput, dan memberitakan tentang isu lingkungan. Hal tersebut dilandasi karena masalah lingkungan hidup tidak pernah berdiri sendiri, selalu berkaitan dengan masalah publik lainnya seperti: politik nasional, politik internasional, politik lokal, keadilan sosial, keadilan ekonomi, investasi, kesehatan masyarakat, kemiskinan, kriminalitas, budaya lokal, teknologi, dan seterusnya.
Karena luang lingkup nya yang luas, jurnalis lingkungan tentu saja mendapatkan beberapa problem dalam mencari, meliput, serta memberitakan tentang masalah lingkungan khususnya kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat. Tak hanya itu saja, jurnalisme lingkungan merupakan jurnalisme yang memihak kepada proses-proses untuk meminimalkan dampak negatif kerusakan lingkungan hidup, memihak kepada upaya mempertahankan kelestarian alam.
Jika jurnalis lingkungan dituntut untuk berpihak kepada prinsip-prinsip kelestarian alam, bagaimana jika dalam kenyataan prinsip tersebut berbenturan dengan kepentingan publik yang lain? Tentu hal ini akan memunculkan problem dalam seorang jurnalis untuk menyampaikan pesan dalam bentuk berita.
Peneliti memilih Pontianak Post sebagai objek penelitian karena Pontianak Post merupakan media cetak lokal pertama dan terluas yang ada di Kalimantan Barat dan mempunyai kedekatan dengan permasalahan lingkungan yang terjadi di Kalimantan Barat. Oleh karena itu, peneliti melihat bagaimana cara Pontianak Post menanggapi, memaknai dan berperan serta dalam pengelolaan lingkungan, khususnya terkait dengan kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di Kalimantan Barat.
B. Rumusan Masalah
Apa problem yang dihadapi oleh jurnalis terkait dengan jurnalisme lingkungan dalam memberitakan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apa saja problem atau permasalahan yang dihadapi oleh jurnalis di SKH Pontianak Post terkait dengan profesi sebagai jurnalis lingkungan dalam memberitakan isu lingkungan khususnya kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya di bidang Jurnalisme Lingkungan.
2. Manfaat Praktis
Sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang sama terkait dengan Jurnalisme Lingkungan di media massa di Indonesia
E. Kerangka Teori
1. Jurnalisme Lingkungan
Pengertian jurnalisme lingkungan tidak terlepas dari pengertian jurnalisme yang baku. Jurnalisme lingkungan, meskipun diakui sebagai “spesialisasi” baru, tetaplah jurnalisme yang mesti bertolak dari aturan, norma, dan etika baku di dalam jurnalistik. Dalam konteks ini, jurnalisme lingkungan didefinisikan sebagai proses-proses untuk mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan berbagai informasi tentang peristiwa, isu, kecenderungan, dan praktik dalam kehidupan bermasyarakat yang berhubungan dengan dunia non-manusia di mana manusia berinteraksi di dalamnya, yakni dunia lingkungan hidup dalam pengertian yang umum.
Jurnalisme lingkungan hidup mempunyai ciri mampu meneropong interaksi saling memengaruhi antara berbagai komponen, aktor, faktor, dan kepentingan yang memengaruhi lingkungan hidup, dengan orientasi utama pada dampak-dampak negatifnya (Sudibyo, 2014: 2).
Jurnalisme lingkungan adalah cara-cara jurnalistik yang mengedepankan masalah lingkungan hidup yang berpihak kepada kesinambungan lingkungan hidup. Artinya, penulisan berita diorientasikan kepada pemeliharaan lingkungan hidup sekarang agar bisa diwariskan kepada generasi berikutnya dalam keadaan yang sama (Abrar, 1993:9). Pengertian jurnalisme lingkungan juga berkaitan dengan pengertian komunikasi lingkungan.
Komunikasi lingkungan, jika merujuk uraian Robert Cox dalam buku nya Environmental Communication and the Public Sphere, adalah studi dan praktik tentang bagaimana berbagai individu, lembaga, masyarakat, serta budaya membentuk, menyampaikan, menerima, memahami, dan menggunakan pesan tentang lingkungan serta tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan (Sudibyo, 2014:2).
Agus Sudibyo (2014:3) mengatakan bahwa, yang menjadi perhatian utama jurnalisme lingkungan adalah tingginya laju kerusakan lingkungan beserta berbagai dampaknya. Semakin signifikan dampak perubahan iklim dan pemanasan global yang dirasakan semua pihak. Kebijakan ekonomi dan politik pemerintah dalam rangka eksploitasi sumber daya alam yang menyebabkan terancamnya keanekaragaman hayati, turunnya daya dukung lingkungan hidup terhadap kehidupan warga, serta lahirnya fakta ketidakadilan ekonomi.
Pertambahan penduduk yang tak terkendali, tingginya angka kemiskinan, rendahnya alternatif pendapatan penduduk yang membuat meningkatnya aktivitas masyarakat yang dalam jangka pendek atau panjang merusak lingkungan hidup.
Jurnalisme lingkungan dalam praktiknya sangat lekat dengan pengertian jurnalisme konflik. Dalam pengertian bahwa yang menjadi objek dari jurnalisme lingkungan mayoritas adalah realitas konflik dalam manajemen pengelolaan lingkungan hidup. Konflik antara kepentingan untuk mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan dengan kepentingan mendukung iklim investasi, peningkatan pendapatan daerah atau nasional, penciptaan lapangan kerja pada sisi lain.
Konflik antara kepentingan untuk menjaga keanekaragaman hayati atau kelestarian plasma nutfah dengan kepentingan untuk meningkatkan produktivitas bahan pangan, untuk menambah luasan lahan pertanian, untuk meningkatkan pendapatan petani atau nelayan pada sisi lain. Konflik antara pemerintah pusat yang ingin memacu laju investasi di bidang perkebunan, pertambangan, dan energi, dengan kepentingan pemerintah daerah untuk mempertahankan hak-hak warga dalam pengelolaan tanah dan hutan berdasarkan kearifan-kearifan lokal.
Dengan demikian kita juga dapat mengidentifikasi ciri utama masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup tidak pernah berdiri sendiri, selalu berkelindan dengan masalah publik lainnya: politik nasional, politik internasional, politik lokal, keadilan sosial, keadilan ekonomi, investasi, kesehatan masyarakat, kemiskinan, kriminalitas, budaya lokal, teknologi, dan seterusnya. Berita lingkungan hidup, dengan demikian, juga hampir selalu merupakan berita tentang masalah politik, sosial, ekonomi, budaya, atau ilmu pengetahuan (Sudibyo, 2014:4-5).
Jurnalisme lingkungan dapat dilihat sebagai usaha menyampaikan seruan kepada semua pihak untuk berpartisipasi dalam gerakan menyelamatkan kelestarian lingkungan hidup. Pers pada dasarnya adalah agen masyarakat untuk mengontrol kekuasaan dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan publik. Penyelamatan lingkungan hidup adalah bagian dari kepentingan publik itu. Maka, jurnalisme lingkungan adalah bagian dari bentuk tanggung jawab pers untuk memperjuangkan kepentingan publik. Pers harus memiliki sikap yang jelas terhadap persoalan lingkungan hidup yang hampir selalu berbenturan dengan kepentingan ekonomi dan kepentingan publik.
Jurnalisme lingkungan dengan demikian adalah jurnalisme yang memihak. Jurnalisme lingkungan memihak kepada proses-proses untuk meminimalkan dampak negatif kerusakan lingkungan hidup, memihak kepada upaya mempertahankan kelestarian alam. Karena itu, jurnalis lingkungan perlu menumbuhkan sikap:
• Pro-keberlanjutan: Dalam pengertian turut memberi kontribusi dalam mewujudkan lingkungan hidup yang mampu mendukung kehidupan berkelanjutan, kondisi lingkungan hidup yang dapat dinikmati oleh generasi sekarang tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang.
• Biosentris: Berkontribusi dalam mewujudkan kesetaraan spesies, mengakui bahwa setiap spesies memiliki hak terhadap ruang hidup, sehingga perubahan lingkungan hidup harus memperhatikan dan mempertimbangkan keunikan setiap spesies dan sistem-sistem di dalamnya.
• Pro-keadilan Lingkungan: Berpihak kepada kaum yang lemah agar mendapatkan akses setara terhadap lingkungan yang bersih, sehat, dan dapat terhindar dari dampak negatif kerusakan lingkungan.
• Profesional: Memahami materi dan isu-isu lingkungan hidup, menjalankan kaidah-kaidah jurnalistik, menghormati etika profesi, dan menaati hukum (Sudibyo, 2014:5-6).
Dalam bukunya, Astraatmaja dan rekan-rekannya (1996:22-23) menyampaikan bahwa dalam jurnalisme lingkungan, wartawan memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu:
• Wartawan yang menaruh minat pada masalah lingkungan harus terus menerus mendalami permasalahan-permasalahan mendasar sambil terus mengikuti perkembangan aktual bidang lingkungan hidup.
• Memihak lingkungan hidup akan terlegitimasi jika disertai dengan permasalahan masalah. Untuk memperoleh peliputan yang baik, wartawan harus berorientasi ke lapangan dan harus mempunyai komitemen, mempunyai pengetahuan umum yang luas dan pengetahuan khusus, serta mempunyai pengetahuan teknis dalam mengemas berita di media cetak dalam bentuk yang cocok bagi masyarakat di masa sekarang.
• Wartawan harus menguasai metode elementer suatu penelitian atau peliputan, karena bobot dari suatu berita adalah dari reportase langsung ke lapangan atau fakta dalam suatu konteks yang berperspektif dan benar.
• Wartawan sangat diharapkan ketepatannya dalam menuliskan pemberitaan tentang lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan istilah-istilah ilmiah.
• Perkembangan hukum lingkungan perlu juga dicermati oleh para wartawan dalam rangka pengembangan pengetahuan akan masalah-masalah aktual.
• Wartawan harus mengutamakan manusia atau penduduk yang terkena masalah dan bersifat think globally dan act locally.
• Dalam keberpihakannya kepada kaum yang lemah, pers harus bertindak fair, karena tanpa hal itu pers tidak membantu memecahkan persoalan.
• Wartawan harus lebih sering turun ke lapangan agar laporannya komprehensif dan lengkap.
Dari sisi etika dan profesionalisme jurnalistik, jurnalisme lingkungan tidaklah berbeda dari jurnalisme pada umumnya. Jurnalisme lingkungan hidup diharuskan menghindar dari bias pemberitaan terhadap arah mana pun. Jurnalisme lingkungan juga diharapkan tidak melulu menjadi jurnalisme konflik, tetapi juga membuka diri untuk menjadi jurnalisme yang positif: memberi tempat kepada kisah-kisah keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup, siapa pun inisiator atau pelakunya. Jurnalisme lingkungan seharusnya bukan jurnalisme yang sepenuhnya pesimis, tetapi juga mampu memberikan harapan kepada publik tentang adanya perubahan atau perbaikan kualitas lingkungan hidup. Dengan kelebihannya dalam menjangkau khalayak lebih luas dan menyaring informasi yang akan disampaikan kepada publik, pers diharapkan dapat menjadi motor perubahan sosial di bidang lingkungan (Sudibyo, 2014:7-8).
Lebih lanjut, dapat diperinci tujuan jurnalisme lingkungan adalah sebagai berikut:
• Membantu masyarakat untuk mendapatkan kesadaran sosial atas apa yang sedang terjadi terhadap lingkungan mereka.
• Membantu masyarakat mendapatkan informasi yang memadai untuk memutuskan sikap.
• Menggerakkan masyarakat untuk bertindak dan terlibat dalam pelestarian lingkungan hidup.
• Menekan pemerintah dan DPD untuk mempertimbangkan informasi lingkungan hidup sebagai landasan tindakan dan kebijakan yang diambil.
• Memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah dan DPR tentang pelestarian lingkungan atau pengendalian praktik-praktik yang merusak lingkungan.
Hester dan To (1997:121) dalam bukunya mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat lebih memilih diam dalam menyikapi realitas lingkungan hidup yang mereka lihat di kehidupan sehari-hari. Meskipun merasa terganggu dengan realitas tersebut mereka tidak mau memberitahu kepada pers. Dalam hal ini pers menginformasikan kepada masyarakat tentang pengetahuan terhadap lingkungan hidup dengan informasi yang akurat dan tepat. Dan pers tidak saja menginformasikan tentang lingkungan yang baik dan sehat tetapi juga memberikan pendidikan secara tidak langsung yaitu dengan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan di masa mendatang.
Jika masyarakat sudah mulai membicarakan satu realitas lingkungan hidup secara luas dan terbuka, artinya realitas itu bisa dianggap sudah menjadi isu. Dengan kata lain problem yang ditimbulkan realitas itu sudah menjadi masalah sosial. Dalam membicarakan isu ini, opini masyarakat biasanya tidak beragam. Dalam keadaan seperti ini yang sangat berpengaruh adalah orang yang mampu mengarahkan opini masyarakat tersebut (Abrar, 1993:24)
Karakter yang bisa dipakai untuk menyaring opini tersebut antara lain (Abrar, 1993:26):
• Penting: sejauh mana isi sebuah opini berhubungan dengan kehidupan masyarakat luas.
• Bermanfaat: apa manfaat yang bisa diperoleh masyarakat luas dari tersalurkannya sebuah opini.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa opini yang pantas jadi bahan laporan jurnalis lingkungan adalah opini yang benar-benar menimbulkan masalah sosial. Meskipun gaya kerja jurnalis lingkungan hidup adalah langsung menuju masalah yang ditimbulkan satu realitas lingkungan hidup dan mencari informasi bagaimana memecahkannya, opini masyarakat juga bisa melahirkan sebuah berita yang menarik.
2. Jurnalistik: Keterampilan, Ilmu, dan Profesi
Secara gambling orang seringkali menyamakan jurnalistik dengan pers, bahkan ada yang menyamakan jurnalistik sebagai surat kabar. Ini disebabkan oleh media massa yang pertama kali diciptakan manusia adalah surat kabar. Tak heran, jika orang mencampuradukkan antara jurnalistik dan media cetak (Suryawati, 2011:1).
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi, jurnalistik yang dahulunya dianggap hanya keterampilan menulis semata, berubah menjadi objek studi ilmiah tersendiri. Kini jurnalistik menjadi bagian dari Ilmu Komunikasi (dahulu Ilmu Publisistik).
Sama halnya dengan komunikasi, jurnalistik sebagai ilmu juga mengkaji proses pertukaran atau penyampaian makna yang terkandung dalam pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi. Proses pertukaran tersebut dilakukan oleh komunikator (wartawan/penulis/pemasang iklan/perusahaan media) terhadap komunikan (pembaca/pendengar/pemirsa) melalui perantara media massa dengan maksud memberitahu, memengaruhi, atau memberikan kejelasan (Suryawati, 2011:7-8).
Jurnalistik merupakan cikal bakal ilmu komunikasi yang tidak terlepas dari kajian seluruh aspek media massa. Tidak hanya terbatas pada kajian media cetak surat kabar atau majalah, tapi juga media elektronik (radio, film, dan televisi), dan bahkan kini mencakup pula media online. Sebab, seluruh jenis media tersebut melakukan kegiatan jurnalistik untuk melayani kebutuhan dan keinginan khalayaknya terhadap informasi.
Oleh karena itu, dari segi implementasi, jurnalistik dapat dikategorikan dalam dua garis besar, yaitu: pertama, jurnalistik yang pengertian dan prosesnya sebagai bagian dari ilmu komunikasi (ilmu publisistik); dan kedua, jurnalistik yang pengertian dan prosesnya sebagai profesi dan keterampilan (Yunus, 2010 dalam Suryawati, 2011:12).
Dalam bukunya, Suryawati (2011:12) juga mengungkapkan bahwa terkait dengan pengertian dan prosesnya sebagai profesi, jurnalistik telah berkembang pesat menjadi salah satu industry. Tak heran, jika dari segi kuantitas, jumlah media yang hadir maupun sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan jurnalistik terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Sebagai sebuah industri, jurnalistik bisa dilihat pula dari segi organisasi, pengelolaan, produksi, pemasaran, dan sasaran/khalayaknya. Bahkan, di negara-negara maju, keberadaan media massa sebagai sarana jurnalistik telah masuk dalam kelompok perusahaan multinasional atau industri raksasa dengan sasaran khalayak yang mendunia atau mengglobal.
Hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki media massa lokal. Tak hanya media cetak, tapi juga media elektronik. Jumlah media cetak lokal yang terbit setiap harinya bisa lebih dari satu. Bahkan, tak hanya terbit di tingkat provinsi, tapi juga sudah pada tingkat kabupaten-kabupaten.
Sayang, tidak sepenuhnya perkembangan jurnalistik di setiap provinsi didukung oleh peningkatan kualitas dan profesionalisme pengelolanya. Tentunya, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi para lulusan ilmu komunikasi, terutama yang mengambil konsentrasi jurnalistik.
Semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan media di Indonesia, seiring dengan pesatnya pertumbuhan perusahaan penerbitannya. Tak heran, jika perkembangan jurnalistik terbilang cepat sejalan dengan kebutuhan informasi yang melekat pada masyarakat. Sebagian orang menjadikan kebutuhan terhadap informasi sebagai kebutuhan vital/pokok yang mesti dipenuhi setiap harinya, di samping kebutuhan pangan, sandang, dan sebagainya (Suryawati, 2011:14).
Hingga detik ini misalnya, kita dapat menyaksikan gelegar industri jurnalistik yang terus berlangsung. Kini jurnalistik tak ubahnya sebuah industri yang sangat menjanjikan. Karena jurnalistik tak ubahnya bisnis ekonomi yang mampu mendatangkan keuntungan yang menggiurkan. Standar dari PBB menyatakan satu surat kabar dibaca seratus orang (1:100) sedangkan kondisi di Indonesia masih 1:1000.
Dengan kata lain, jumlah media cetak di Indonesia masih jauh lebih sedikit dibanding dengan jumlah sasaran. Selain itu, heterogenitas masyarakat Indonesia merupakan pangsa pasar bagi pengelola media massa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap informasi (Suryawati, 2011:14).
Bahkan profesi jurnalis atau wartawan kini menjadi pilihan profesi yang makin digemari masyarakat. Bukan itu saja, peluang menjadi presenter televisi misalnya, merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para fresh graduate. Apalagi latar belakang pendidikan tidak hanya terbatas bagi mereka yang berasal dari jurusan jurnalistik atau fakultas komunikasi. Menjadi jurnalis dan presenter terbuka bagi siapa pun.
Fakta tersebut hendaknya menjadi tantangan tersendiri bagi para fresh graduate Ilmu Komunikasi, khususnya program broadcast, terutama tentang strategi bisa turut meramaikan industry jurnalistik Indonesia di tengah peluang yang semakin kompetitif. Salah satu cara adalah dengan berpikir kreatif untuk bisa menghasilkan satu karya jurnalistik yang bermutu dan menarik sehingga mampu mengundang perhatian masyarakat (Suryawati, 2011:14-15).
Profesionalisme jurnalis antara lain diuji tidak hanya berdasarkan kualitas karyanya, tapi juga berdasarkan kemampuannya menghindari berbagai resiko yang mungkin mempengaruhi pekerjaannya. Problem dapat muncul karena faktor internal dan eksternal. Problem atau masalah yang berasal dari faktor internal muncul dari diri jurnalis itu sendiri yang berkaitan dengan tugas peliputannya di lapangan hingga penyajian berita.
Sedangkan problem yang muncul dari faktor eksternal datang dari luar jurnalis itu sendiri yang berkaitan dengan keadaan di lapangan (Siregar,1998:208). Tidak selalu suatu kejadian dapat diamati dengan sempurna. Tidak selalu kepekaan dan sikap kritis menjamin jurnalis menghasilkan berita yang baik. Ada berbagai problem, baik ketika mengumpulkan fakta atau saat menulis berita (Siregar,1998:207).
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan jurnalis dalam kinerja jurnalistiknya, yaitu (Siregar, 1998: 208-236):
• Persiapan sebelum ke lapangan
Jurnalis harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat membaca situasi. Pengetahuan dan pemahaman kondisi ekonomi, politik, dan sosial budaya dimana jurnalis akan menjalankan tugas profesionalnya perlu dimiliki. Jurnalis harus berupaya mengenal seluruh sisi kehidupan dimana ia bekerja.
• Menjalin hubungan baik
Menghadapi sumber berita memerlukan kiat yang tepat dan perlu dijalankan secara bijak, Informasi dimiliki sumber berita tetaplah miliknya. Jurnalis berhak menyimpan informasi tersebut atau memberikannya kepada orang lain. Selain itu, jika sumber berita bersedia memberi informasi tetapi tidak untuk diberitakan (off the record), permintaan seperti itu harus dihormati asal sebelumnya jurnalis sudah meminta alasan, sehingga informasi tersebut harus dikategorikan sebagai informasi off the record.
• Menjaga akurasi
Dalam memberitakan sebuah informasi, jurnalis harus menyajikannya berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi dilapangan. Berita tersebut harus akurat. Untuk menghasilkan berita yang akurat jurnalis harus melakukan kroscek kepada sejumlah narasumber yang relevan dengan suatu peristiwa tersebut.
• Menjaga keseimbangan
Berita harus disajikan dengan seimbang, terutama jika berita itu berkaitan dengan pendapat atau konflik kepentingan. Pemberitaan yang dilakukan harus memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak atau beberapa pihak yang berkaitan langsung terhadap sebuah peristiwa tersebut. Hal tersebut agar sebuah berita seimbang dan tidak memihak pihak manapun. Harus ada kesempatan kepada kedua pihak (cover both side) untuk mengungkapkan argumentasi masing-masing, kecuali satu pihak tidak dapat dihubungi atau tidak mau berpendapat.
• Mengutamakan objektivitas
Jurnalis dalam memberitakan sebuah informasi harus mengutamakan objektivitas. Objektivitas yaitu memperlakukan fakta apa adanya.
• Menjunjung ketidakberpihakkan
Melaporkan peristiwa apa adanya. Tidak ada fakta yang disembunyikan, ditambah atau dikurangi. Fakta harus disajikan secara lengkap, akurat dan relevan. Bahwa fakta itu mungkin merugikan atau menguntungkan salah satu pihak, lebih baik diserahkan kepada penilaian pembaca.
• Menghindari tuntutan hukum
Sebagai jurnalis harus mengerti apa saja hukum-hukum yang berlaku. Hal tersebut untuk menghindari jurnalis dari pelanggaran hukum yang dilakukan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.
• Menjaga etika profesi
Etika pada hakikatnya merupakan batasan dan petunjuk untuk berperilaku, agar tindakan satu pihak dapat sesuai dengan harapan pihak lain dalam interaksi sosialnya. Pelaksanaan pers harus bertanggung jawab pada masyarakatnya.
3. Surat Kabar
Surat kabar adalah media komunikasi yang berisikan informasi aktual dari berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, kriminal, budaya, seni, olahraga, luar negeri, dalam negeri, dan sebagainya. Boleh dikatakan bahwa surat kabar adalah media massa tertua sebelum ditemukannya film, radio, dan televisi. Surat kabar lebih menitikberatkan pada penyebaran informasi (fakta ataupun peristiwa) agar diketahui publik (Suryawati, 2011:40).
Kelebihan surat kabar antara lain mampu menyajikan informasi/berita secara komprehensif, bisa dibawa ke mana-mana, bisa didokumentasikan, bisa dibaca berulang-ulang, dan mudah diperoleh jika diperlukan. Cukup dengan mengeluarkan sejumlah uang, pembaca bisa menikmati sajian berita (Suryawati, 2011:41).
Berdasarkan periode terbit, ada surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari, baik dalam bentuk edisi pagi maupun edisi sore. Sedangkan surat kabar mingguan adalah surat kabar yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu (Suryawati, 2011:41). Berdasarkan ukurannya, ada surat kabar yang terbit dalam bentuk plano dan ada pula yang terbit dalam bentuk tabloid.
Sementara dari segi isinya, dapat dibedakan atas dua macam: pertama, surat kabar yang sifatnya umum, isinya terdiri atas berbagai macam informasi untuk masyarakat umum; dan kedua, surat kabar yang sifatnya khusus, artinya isinya memiliki ciri khas tertentu dan memiliki pembaca tertentu pula. Misalnya, surat kabar untuk pedesaan, surat kabar untuk wanita, dan sejenisnya (Suryawati, 2011:41).
Selanjutnya, menurut Agee, surat kabar sebagai salah satu medium jurnalistik mengemban fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer surat kabar terdiri dari tiga, yaitu:
• Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara, dan dunia;
• Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus berita; dan
• Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media.
Sedangkan fungsi sekunder surat kabar terdiri atas:
• Mengampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu;
• Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian komik, kartun, dan cerita-cerita khusus;
• Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah; dan
• Menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak (Suryawati, 2011:41).
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian pada penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahas, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan metode alamiah (Moleong, 1990).
Peneliti menggunakan metode kualitatif untuk melihat dan memahami secara menyeluruh problem yang dihadapi oleh jurnalis lingkungan di SKH Pontianak Post.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, sehingga laporan penelitian berisikan kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti persentasi. ( Emzir, 2010).
Penelitian deskriptif mencoba untuk memahami dan menganalisis data dengan segala kekayaannya sedapat dan sedekat mungkin dengan bentuk data asli. (Emzir, 2010)
Maka peneliti akan mendeskripsikan data yang diperoleh dilakukan kepada para jurnalis lingkungan agar dapat memberikan informasi tentang problem yang dihadapi oleh jurnalis lingkungan hidup.
3. Metode Analisis Data
Data dalam penelitian kali ini merupakan data deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka (Emzir, 2010). Data dalam penelitian mencakup transkrip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi dan jurnal ilmiah. Metode analisis data pada penelitian kali ini melalui tiga tahap analisis, antara lain:
a) Reduksi data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentrasformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasi (Emzir, 2010).
Pada tahapan ini, peneliti akan membagi hasil wawancara berdasarkan fokus yang sudah ditentukan. Peneliti akan membuang hal-hal yang tidak termasuk fokus penelitian, dan memperdalam hal yang menjadi fokus peneliti terkait problem yang dihadapi oleh jurnalis lingkungan. Selanjutnya peneliti akan mengkategorisasikan atau mengelompokan data yang didapat. Dalam proses wawancara lebih dari satu narasumber, sangat memungkinkan terdapat pendapat yang sama dan pendapat yang berlawanan tentang satu pertanyaan. Maka peneliti akan menggolong data wawancara dan menarik benang merah menuju fokus penelitian.
b) Model data
Langkah kedua dalam analisis data adalah model data/ penyajian data. Model data merupakan suatu kumpulan informasi yang tersusun dan membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan (Emzir, 2010).
Peneliti akan membuat model data berupa teks naratif hasil dari reduksi data dan skema tentang problem yang dialami oleh jurnalis lingkungan di SKH Pontianak Post yang menjadi subjek penelitian.
c) Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Langkah ketiga adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Peneliti menarik kesimpulan sesuai dengan data yang diperoleh dari proses reduksi data dan model data. Peneliti diharap mampu mengambil makna penuh dari proses sebelumnya untuk hasil akhir penelitian kualitatif.
Peneliti akan menarik kesimpulan dari hasil reduksi dan model data berupa penafsiran problem yang dihadapi oleh jurnalis lingkungan di SKH Pontianak Post dalam pemberitaan seputar kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat. Kesimpulan akan diverifikasi berdasarkan data lapangan agar dapat dipertanggungjawabkan.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan peneliti terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden atau subjek riset, dari hasil wawancara dan observasi (Kriyantono, 2006).
Menurut Loflang dalam Moleong (1990), data utama dalam kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau lainnya. Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap subjek penelitian.
Menurut Patton (2002) data kualitatif berupa wawancara dapat diartikan sebagai,
“Pertanyaan terbuka dan teliti hasil tanggapan mendalam tentang pengalaman, persepsi, pendapat, perasaan, dan tentang pengetahuan seseorang. Data terdiri dari kutipan yang sama persis dengan konteks yang cukup untuk dapat diinterpretasikan” (Emzir, 2010).
Pertanyaan yang akan diajukan dalam proses wawancara akan merujuk pada problem jurnalis lingkungan di SKH Pontianak Post dalam pemberitaan seputar kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber lain selain sumber utama. Data-data tersebut berupa dokumen resmi organisasi yang terdiri dari daftar anggota, struktur organisasi, bahan-bahan seminar dan diklat serta foto dan tulisan para jurnalis. Peneliti menggunakan data sekunder untuk melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara (Moleong, 2005:159).
5. Lokasi Penelitian
Yang menjadi lokasi penelitian dari penelitian ini adalah Surat Kabar Harian Pontianak Post yang berada di Kalimantan Barat, di Jalan Gajah Mada No. 2-4, Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
6. Objek Penelitian
Objek penelitian dari penelitian ini adalah problem Jurnalis Lingkungan di SKH Pontianak Post terkait dengan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalimantan Barat. Yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah jurnalis SKH Pontianak Post yang terlibat langsung atau yang meliput dan menulis berita terkait dengan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalimantan Barat.
Peneliti memilih jurnalis yang terlibat langsung atau yang hanya meliput dan menulis berita terkait kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat, karena jurnalis yang secara intens ikut terjun langsung meliput dan memberitakan kasus tersebut lebih mengerti perkembangan kasus yang terjadi dan mengalami problem atau kendala kerja pada saat melaksanakan tugas di lapangan.
Penutup
Bagaimana? Apakah Anda sudah memiliki gambaran untuk mengerjakan tugas proposal penelitian ilmiah Anda atau proposal penelitian skripsi Anda?
Dua contoh proposal penelitian di atas terkait contoh proposal penelitian ilmiah dan contoh proposal skripsi pendidikan bisa menjadi bacaan dan referensi untuk Anda khususnya untuk Anda yang kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi.
Jangan lupa untuk selalu berkunjung ke situs Mamikos untuk mendapatkan informasi ter-update dan informasi menarik lainnya, dan download aplikasi Mamikos di Play Store untuk akses yang lebih praktis lagi.
Temukan pula informasi seputar lowongan kerja, kost-kostan, serta sewa apartemen hanya di Mamikos.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: