7 Contoh Puisi tentang Kebangsaan yang Menyentuh Hati Singkat dan Jelas

7 Contoh Puisi tentang Kebangsaan yang Menyentuh Hati Singkat dan Jelas – Puisi menjadi media paling tepat dalam konteks seni untuk menyampaikan perasaan melalui kata-kata atau diksi.

Banyak tema puisi yang bertebaran di dunia ini, mulai dari puisi tentang cinta, puisi tentang agama, puisi tentang perjuangan, puisi tentang sejarah, hingga puisi tentang kebangsaan.

Rasa-rasanya, puisi dapat merasuk dalam tema apapun sehingga puisi memiliki sifat universal. Lantas, seperti apa itu puisi kebangsaan, dan bagaimana contoh puisi tentang kebangsaan itu? Simak selengkapnya di artikel ini.

Apa itu Puisi Kebangsaan?

sman2plusmarbisuk.sch.id

Puisi kebangsaan artinya adalah puisi yang mengangkat tema-tema nasionalisme maupun patriotisme dalam konteks bangsa.

Puisi kebangsaan memang hampir serupa dengan puisi perjuangan atau puisi patriotisme, menggambarkan tentang bagaimana besarnya rasa cinta terhadap bangsa dan negara.

Bedanya, puisi patriotisme lebih cenderung untuk mengajak melakukan perenungan terhadap perjuangan para pahlawan terdahulu.

Sementara itu puisi kebangsaan menunjukkan luapan cinta terhadap bangsa dalam konteks kebersamaan sebagai satu bangsa ketika menghadapi tantangan tertentu.

Contoh Puisi tentang Kebangsaan

Demikian penjelasan singkat mengenai apa itu puisi kebangsaan yang terjelaskan di atas. 

Sekarang, mari tengok seperti apa contoh puisi tentang kebangsaan yang bisa kamu pelajari dan siapa tahu menjadi inspirasi bagimu.

Ada 7 contoh puisi tentang kebangsaan, silakan kamu pilih yang kamu sukai dan bagikan ke teman atau orang terdekatmu.

Contoh Puisi tentang Kebangsaan 1

Bendera yang Jatuh itu, Kunaikkan

Di tengah gemuruh sejarah yang panjang, 
Tatkala sang senja mendekap benderang, 
Terserak cerita tersembunyi di setiap untai helaian kain, 
Dari mereka yang gugur,
Sayang, tak pernah terjaring.

Lihatlah bendera yang jatuh di tanah, 
Tertimpa debu juang, enggan punah, 
Warna yang memudar, tapi jiwanya teguh merengkuh, 
Layaknya prasetya, yang dulu diucap secara utuh.

Dalam hening tengah rembulan malam yang hening, 
Terdengar bisik doa cipta ibu pertiwi, 
Kepada anak bangsa yang berjuang hingga mati, 
Korbankan segalanya demi sedikit kemerdekaan.

Sekarang, kulihat bendera itu, tergeletak melumah, 
Di bayang-bayang, bawah pohon tua yang resah, 
Membawa tangan yang bergetar hebat, kuangkat tinggi kembali bendera itu, 
Bisalah kukenang mereka yang tak akan pernah pulang.

Bendera ini, bukan kain,
Melainkan darah dan air mata, 
Perjuangan keras, pengorbanan nyawa nyata, 
Menyatukan seluruh keturunan ke dalam satu tujuan, 
Untuk negara yang merdeka.

Bendera yang jatuh itu, kunaikkan
dengan bangga meski susah payah,  

Kuselipkan harap pada tiap lipatan, 
Harap untuk berpadu, tanpa terpecah belah, 
Menjaga warisan kemerdekaan sepenuh jiwa.

Kini, untuk saat ini, kibarnya kembali memenuhi angkasa biru,  

Seakan melambai pada mereka yang berlalu, 
Memberi semangat bagi kita yang ditinggal lalu,  

Bendera yang jatuh itu, kini berkibar lagi,  

Menyatukan hati, menorehkan janji,  

Bahwa anak bangsa tak akan menyerah, tak akan mundur, 
Demi Indonesia, tanah air yang makmur.

Contoh Puisi tentang Kebangsaan 2

2045, Bangsa yang Emas atau Bangsa yang Lemas

Bangsa ini ada-ada saja
Kemarin korupsi timah
Lalu pembunuhan
Sekarang Tapera
Sungguh, bangsa ini ada-ada saja
Akhirnya tiba-tiba sudah 2045, kita pun meratap,
Indonesia yang tangguh, ataukah remuk?
Bangsa yang emas, cemerlang sejahtera,
Ataukah lemas, merana tak berdaya?

Generasi muda, penerus cita,
Beban di pundak, menanggung warisan dosa-dosa,
Akankah kita jaga warisan itu,
Atau relakan saja, dan membangun baru
Pertanyaannya, bisakah kita mengisi masa depan dengan kejujuran?

Kemajuan bukan sekadar angan,
Kerja keras, inovasi, semangat berkarya,
Pendidikan yang adil, tak memandang strata,
Membuka jalan bagi setiap asa.

Harapannya, di kota dan desa, harmoni terjalin,
Akan tetapi, akankah itu mungkin
Ketika politik masih curang bermain?

Katanya Indonesia Emas 2045
Namun bayang lemas mengintai di baliknya,
Korupsi, kolusi, merongrong dari dalam,
Apakah kita kan lengah, menyerah pada gelap,
Atau berdiri teguh, melawan dengan tegas?

2045, mari renungkan,
Pada jalan mana yang akan kita tempuh,
Bangsa yang emas, bersinar sepanjang masa,
Ataukah lemas, tenggelam dalam nestapa?

Di tangan kita, masa depan tercipta,

Mari putus segala tradisi dosa
Mari putus, keculasan dengan cita bersama,
2045, Indonesia harus jaya,
Seandainya tidak, maka kita akan jadi bangsa yang tidak dipandang dunia.

Contoh Puisi tentang Kebangsaan 3

Nahkoda Kapal Bangsa ini, Celaka!

Pada suatu samudra luas yang tak bertepi, 
Kapal bangsa mengarungi lautan, berlayar perlahan. 
Bendera merah putih berkibar mengusap angin, 
Namun di sudut layar, angin badai meruah, menunggu hembuskan badai

Sementara itu, di dek kapal, seluruh rakyat saling genggam tangan 
Mengharap penuh agar nahkoda bijak takkan berlalu. 
Tapi lihat! Cermati! Ada celaka datang tiba-tiba, 
Nahkoda entah kenapa, menjadi lengah, persetan pada arah.

Debur gelombang masalah menghantam seluruh badan kapal, 
Sayang sekali, nahkoda terbuai ilusi
Dikiranya samudra sedang tenang 
Diam-diam, harta karun negeri tergadai serakah, 
Dalam cengkeraman para bajak laut gelap
Yang ironisnya menyamar menjadi penumpang rakyat

Kemudi terombang-ambingkan, tak menentu, 
Penumpang resah, hati dipenuhi ragu dan takut.  

Apakah bangsa ini akan tenggelam di samudra, 
Atau bangkit bersama, menurunkan sang nahkoda silap?

Walu nahkoda kehilangan mata, 
Rakyat di dek tak kenal kompromi. 
Dengan tangan kuat, hati yang suci, 
Mereka bersumpah untuk tetap berdiri

Kapten boleh lalai, arah bisa salah,  

Namun semangat bangsa takkan pernah kalah.  

Dengan semangat pahlawan, rakyat perbaiki layar, 
Sementara yang lain, mengganti nahkoda

Obor harapan menyala dalam percikan, 
Kelak, di dalam persatuan, akan ada jalan.  

Nahkoda bisa berganti, kapal bisa berlayar, 
Asalkan rakyat tak gentar.

Wahai bangsa, mari sadar, 
Masa depan kita, di tangan kita. 
Hiraukan kegamangan, tetapkan laju bersama, 
Menjadi nahkoda kapal bangsa bersama-sama, arungi samudra

Contoh Puisi tentang Kebangsaan 4

Bangsa Sawit

Sebuah lembah hijau, di bawah naungan langit terang, 
Tumbuhlah pohon sawit, berdiri tegak perkasa, 
Akarnya mencengkeram kesuburan pertiwi, 
Batangnya kokoh, memeluk angin dan mengancam pernapasan.

Daun-daunnya rimbun, seperti harapan yang melambai, 
Menyentuh mimpi-mimpi, menggapai langit yang jauh, 
Buahnya berisi, menyimpan sejuta janji, 
Menghidupi anak bangsa, dari sabang sampai merauke.

Ya, kita telah menjadi bangsa sawit
Bangsa yang berharap bangkit
Dengan menumbalkan kehijauan
Berapa anak suku hutan terusir
Berapa banyak orang utan terkapar
Kehilangan rupiah, dan terpapar matahari
Tidak ada tempat bergelayut
Tidak ada tempat berburu
Mereka dikhianati

Kami sekarang adalah bangsa sawit, bangsa yang berdiri teguh dalam fatamorgana,
Menghadapi badai, dengan seadanya, 
Dengan tekad yang bulat, hancurkan masa depan, 
Untuk generasi yang akan datang, untuk anak cucu tercinta
Agar mererka tidak menikmatinya

Bangsa ini, tidak baik-baik saja
Kukatakan demikian, karena aku mencintainya
Bangsa yang besar kini tergadaikan
Menjual konsensi hutan, dialihwajahkan menjadi sawit

Jujur, bangsa ini sedang sakit
Dan karena aku cinta, aku beritahu kalian
Bangsa ini sakit, sebab bangga menjadi bangsa sawit

Contoh Puisi tentang Kebangsaan 5

Siapa yang Tak Luka, Bangsanya Dijajah Bangsa Sendiri

Tanah air ini, hamparan pulau Indonesia yang permai,
Tersembunyi, terselip kenyataan pahit, begitu kusam, tak tampak dalam bening sungai.
Sungguh, ada yang tidak masuk akal, sungai itu, dikotori oleh orang yang kita kenal
Bukan orang lain yang mencengkeram, namun saudara seibu,
Bayangkan, siapa yang tak luka, kala bangsanya dijajah bangsa sendiri?

Sejarah terurai dalam benang yang kusut,
Di balik wajah ceria, tersimpan tangis yang ngilu.
Merah putih berkibar, namun hatiku gundah,
Saat janji kemerdekaan seakan hanya cerita indah.

Di balik gedung megah, ada yang menangis pilu,
Petani di ladang, nelayan di laut biru.
Di lorong kota, buruh keringat mengalir,
Sementara elit di puncak, sering kali lalai dan ingkar.

Siapa yang tak luka, melihat pendidikan berbayar tinggi?
Anak-anak bangsa tertatih mencari ilmu, namun terbentur dinding materi.
Hukum bagai pisau tumpul di satu sisi,
Tajam untuk mereka yang lemah, tetapi membelai mereka yang berkuasa.

Kemerdekaan sejati harusnya bukan sebatas bebas dari rantai dan bahasa asing,
Namun jaminan hidup adil dan makmur bagi setiap rakyatnya.
Ketika korupsi menjadi budaya, menggerogoti negeri,
Siapa yang tak luka, menyaksikan bangsanya dijajah dari dalam paru-paru sendiri?

Mari bangkit, meski penuh darah, mari bangkit dengan hati yang bersih,
Menyatukan langkah, meski berbeda arah.
Karena kebangsaan bukan sekedar kata,
Namun tindakan nyata, mewujudkan keadilan bersama.

Mari menanam harapan, tumbuhkan cinta yang sejati.
Agar merah putih tak hanya berkibar di angkasa,
Namun juga mengalir dalam setiap nadi, memupuk harmoni.

Mari usir mereka yang menjajah diri kita sendiri
Sebagai wujud cinta pada bangsa
Siapa yang tak luka, melihat bangsanya dijajah bangsa sendiri?

Contoh Puisi tentang Kebangsaan 6

Merawat Kebangsaan, Katamu, Kataku, Kata Mereka, Kata Kita

Menurutmu, apa itu bangsa
Menurutku, seperti ini bangsa
Tapi berbeda dengan kata mereka
Yang tak sama dengan kata kita
Meski berbeda kepala
Kita tetap satu bangsa

Di tanah air ini, kita dilahirkan,
Menyatu dalam pelukan ibu pertiwi,
Sabang sampai Merauke,
Beraneka bahasa, menyatu dalam satu nyawa

Katamu, kebangsaan adalah janji,
Janji pada darah dan air mata,
Tumpah di medan juang dan sejarah,
Menjelma dalam bendera merah putih.

Kataku, kebangsaan adalah doa,
Doa yang terucap di bibir para pejuang,
Mengalir dalam nadi anak bangsa,
Menjaga persatuan, merajut untaian harmoni.

Sementara itu, kata mereka, kebangsaan adalah cinta,
Cinta pada negeri yang kita jaga,
Merawat alam, membangun cita-cita,
Menjadi bangsa yang berdaulat, penuh dengan berdaya.

Kata kita, kebangsaan merupakan tanggung jawab,
Tanggung jawab atas masa depan,
Mengukir sejarah dengan tangan kita,
Mewujudkan mimpi kerja yang nyata.

Dalam riuh rendah kota dan desa,
Dalam bisikan lembut angin sawah,
Kita harus berdiri tegak bersama,
Kibarkan jiwa Pancasila.

Merawat kebangsaan bukan sekedar kata,
Namun laku yang kita teladani,
Bersama dalam suka dan duka,
Menghidupkan nilai sejati bangsa ini.

Pada setiap langkah dan nafas,
Pada tiap tawa dan air mata,
Meski beda, mari jaga, rawat, dan pelihara,
Kebangsaan yang kita cintai bersama.

Contoh Puisi tentang Kebangsaan 7

Tidak Ada Kata Lelah untuk Mencintai Bangsa

Apa kamu lelah,

Jujur aku hampir lelah
Tapi, ada satu tarikan dari arah yang entah
Aku harus tetap mencintai bangsa ini

Di tanah ini, saksi sejarah bertutur, 
Di setiap jengkal, perjuangan tak henti-henti, 
Kuingat ribuan pahlawan telah jatuh dan gugur, 
Demi raih kebebasan

Hingga kemudian merah putih berkibar dalam kobar
Di setiap hati, api cinta tak pernah padam, 
Menyala terang, membara tanpa lelah.

Tatkala badai datang menerjang, 
Seandainya langit gelap tak berbintang, 
Aku dan kalian memutuskan tetap berdiri, berani menghadang, 
Karena cinta ini, tak akan pernah hilang.

Tak ada kata lelah dalam kamus cinta, 
Untuk bangsa yang kami bela, 
Setiap tetes keringat, darah, dan air mata, 
Adalah bukti cinta yang tak pernah pudar.

Nah, itulah 7 contoh puisi tentang kebangsaan yang menyentuh hati singkat dan jelas. Semoga bermanfaat.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta