4 Contoh Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu dan Pengamat dalam Cerpen beserta Ciri-cirinya

Ketika menulis, tentu penulis akan memiliki sudut pandangnya masing-masing.

Diketahui, sudut pandang terdiri dari sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga.

Dalam artikel kali ini, Mamikos akan mengulas mengenai sudut pandang orang ketiga serba tahu dan pengamat yang akan dilengkapi dengan contoh dan ciri-cirinya agar lebih mudah untuk dimengerti. 📖😊✨

Berikut Ciri-ciri hingga Contoh Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu dan Pengamat dalam Cerpen

Canva/Oliver Cole

Sudut pandang merupakan kondisi dimana penulis meletakkan tokoh utama sebagai orang dengan kata ganti orang ketiga, yakni “ia” atau “dia”.

Dengan menggunakan sudut pandang tertentu dalam menulis cerita, maka secara tidak langsung sudah menghidupkan cerita tersebut dan pembaca pun akan lebih mudah memahami isi cerita.

Selain itu, sudut pandang juga bisa membuat seolah-olah penulis adalah pelaku utama cerita, atau bahkan menjadi orang lain dalam cerita.

Peran sudut pandang dalam suatu cerita memang cukup dominan karena menentukan jalannya suatu cerita.

Untuk itu, sebelum membuat cerita maka penulis harus terlebih dahulu harus menentukan sudut pandang apakah yang ingin dipakai.

Apa itu Sudut Pandang Orang Ketiga?

Secara umum sudut pandang terbagi dalam dua jenis, yakni sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

Dalam sudut pandang orang pertama, penulis seolah-olah menjadi salah satu tokoh di dalam cerita.

Sedangkan dalam sudut pandang orang ketiga, penulis seolah-olah berada di luar cerita yang mengisahkan cerita tokoh utama kepada pembacanya.

Sederhananya, sudut pandang orang ketiga adalah cara bercerita seorang penulis melalui kacamata orang di luar cerita.

Sudut pandang memegang peranan penting dalam membuat pembaca merasakan latar suasana cerita.

Ciri-ciri Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu dan Pengamat beserta Contoh

Sudut pandang merupakan cara pandang penulis dalam menuliskan suatu peristiwa di dalam cerita.

Sudut pandang terbagi menjadi tiga jenis, dua di antaranya adalah sudut pandang orang ketiga obyektif (pengamat) dan sudut pandang orang ketiga serba tahu.

Adapun di bawah ini merupakan ciri-ciri dan contohnya dalam bentuk cerpen.

1.
Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Pada
jenis sudut pandang yang satu ini, penulis mengungkapkan apa yang terjadi dalam
benak si tokoh.

1. Ketika Perbedaan Memisahkan Kita

Sartika dan Indah adalah dua wanita muda yang telah berteman sejak usia muda. Mereka berteman sejak masih di sekolah menengah.

Indah adalah putra seorang pengasuh di sekolah menengah tempat dia bekerja.

Sartika sekarang adalah putra dari kepala yayasan di sekolah menengah tempat ia dan Idrus bersekolah.

Mereka berteman dengan orang kepercayaan ini, terlepas dari perbedaan status sosial di antara mereka.

Mereka tidak peduli dengan status sosial mereka. Namun, orang-orang di sekitar mereka sangat peduli, terutama orang tua mereka.

Ayah yang cantik selalu menyarankan anak-anaknya untuk percaya diri ketika berhadapan dengan sartika.

Begitu juga dengan ayah Sartika untuk anaknya. Kedua orang tua tidak pernah berhenti merekomendasikan mereka. Namun, mereka masih bodoh dan tidak peduli.

Indah dan Sartika adalah teman sampai mereka lulus SMA. Setelah lulus, mereka juga menjalani kehidupan masing-masing.

Indah menjalani hidupnya sebagai pemilik toko musik. Sementara itu, Sartika menjalani hidupnya sebagai mahasiswa akuntansi di universitas negeri di ibukota.

Suatu hari Sartika ingin membeli CD dari grup idolanya di sebuah toko musik. Sartika memasuki toko musik.

Ketika dia mencoba mengambil CD targetnya di salah satu rak toko, dia tiba-tiba melihat sosok Idrus, yang sedang merapikan CD di toko di rak berikutnya.

Kartika mendekati temannya dan menyapanya. Senang terkejut menghindari keberadaan sahabatnya. “Kenapa kamu bertingkah seperti ini?” Sartika bertanya sedikit keras.

Beautiful tidak menjawab dan melewati wanita itu. Maafkan aku, Sartika. Saya harus menghindari Anda.

Aku tidak ingin ayahmu mengancamku lagi karena aku berteman denganmu. Interior bagus.

Sebelum Indah lulus dari sekolah menengah, ayah Sartika telah datang kepadanya dan mengancam bahwa ia tidak akan dapat menghubungi Sartika setelah lulus.

Ayah Sartika berpendapat bahwa Indah hanyalah warga negara yang tidak pantas berteman dengan anak-anaknya, yang berasal dari keluarga kaya.

Di sisi lain, Sartika masih tidak percaya dengan sikap sahabatnya. Kenapa dia bersikap seperti ini?

Apakah dia membenci saya atau ada hal lain yang melakukannya? Pikir Sartika.

2. Langkah yang Tertunda

Nadira dan Farel telah bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMP. Mereka tumbuh bersama dalam lingkungan yang sama, namun dengan latar belakang keluarga yang bertolak belakang.

Farel berasal dari keluarga berkecukupan, sementara Nadira hidup sederhana bersama ibunya yang bekerja sebagai penjahit. Perbedaan itu tidak pernah menjadi masalah bagi keduanya, tetapi diam-diam, orang tua Farel selalu merasa hubungan itu tidak menguntungkan.

Dalam hati kecilnya, Nadira selalu merasa canggung setiap kali berkunjung ke rumah Farel. Ia merasakan tatapan dingin ibu Farel yang seolah menilai setiap gerak-geriknya.

Namun, ia tetap tersenyum dan berusaha mengabaikan perasaan itu. Ia tahu, Farel adalah sahabat terbaiknya, dan ia tidak ingin masalah keluarga memisahkan mereka.

Di sisi lain, Farel sebenarnya tahu betul apa yang dipikirkan ibunya. Ia sering mendengar percakapan orang tuanya di malam hari. Ibunya menganggap Nadira penghambat masa depan Farel. “Anak itu hanya akan membawa masalah.

Kau harus membatasi hubungan dengan gadis seperti itu,” kata ibunya dengan nada tegas. Farel selalu terdiam, namun hatinya memberontak. Ia merasa Nadira adalah satu-satunya orang yang benar-benar memahami dirinya.

Suatu hari, ketika Farel hendak mengunjungi Nadira untuk memberikan kabar gembira tentang beasiswa ke luar negeri, ia melihat Nadira sedang duduk termenung di teras rumahnya.

Dalam hati Nadira bergolak kecemasan. Ia baru saja mendengar ibunya menangis karena tidak bisa membayar cicilan rumah. Ia takut kehilangan tempat tinggal, dan ia takut Farel akan menjauh setelah tahu masalah itu.

Penulis mengetahui semuanya: rasa takut Nadira, kebimbangan Farel, dan keinginan tersembunyi kedua orang tua yang ingin memisahkan mereka.

Namun ketika Farel mendekat dan tersenyum, hati Nadira tiba-tiba merasa hangat. Farel memutuskan untuk tetap berada di sisinya, apa pun kata keluarga. “Kita akan lalui ini sama-sama,” kata Farel dengan mantap.

Dalam hati, Nadira menangis lega. Ia tahu bahwa keberanian terkadang muncul dari orang yang paling dekat dengan kita.

2. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Jenis sudut pandang yang satu ini meletakkan penulis di luar karakter, dan penulis sebagai pencerita tidak mengetahui isi hati atau pikiran sang tokoh.

Jenis sudut pandang yang satu ini biasanya digunakan saat penulis ingin menciptakan kisah misterius agar dapat membuat pembaca merasa penasaran.

1. Rumah yang Tidak Lagi Rumah

Amelia masih saja berpikir. Dia masih menghitung-hitung hari di kalender. Dia masih belum bisa menentukan hari apa dia akan pergi dari sana.

Pergi dari rumah yang telah membuatnya terluka. Rumah yang kini hanyalah sebuah kata benda, dan bukan lagi kata sifat. Rumah yang hanya berupa bangunan, yang tak ada kehangatan di dalamnya.

Sudah bertahun-tahun Amelia menjadi korban kekerasan orangtuanya.

Tanpa tendeng aling-aling, Amelia selalu dipukul dan dibentak ayah-ibunya tanpa mempunyai slaah sedikit pun.

Anehnya, setiap mereka menyiksa Amelia, keduanya selalu saja berkata, “maafkan kami, nak. Maafkan kami yang tak bisa mengendalikan emosi kami.”

Amelia bingung. Apakah dia harus mendendam kepada keduanya. Atau, memaafkan mereka dengan selapang-lapangnya dada.

Yang Amelia tahu saat ini adalah dia harus pergi dari rumah yang terkutuk ini.

Dan untuk pergi dari sini, dia harus menemukan waktu dan tempat yang tepat.

Akhirnya rencana itu pun tiba. Amelia pun akhirnya memutuskan untuk pergi di sore hari, saat kedua orangtuanya bekerja.

Dia pun menjadikan Rumah Alya sebagai tempat pelariannya. Dengan tas yang berisi pakaian dan makanan, dan pipinya yang bonyok akibat dipukuli ayahnya tadi pagi, dia pun bergegas ke rumah sahabatnya itu.

Di sana, dia mencurahkan segala sakit hatinya pada sahabatnya itu. Tak terhitung lagi air mata yang menetas dari matanya.

Dia tahu bahwa sahabatnya tak akan bisa menyembuhkan lukanya. Lagian, dia juga tak memaksa.

Dia hanya ingin berbagi kegelisahannya. Dia hanya ingin mencari tempat pelarian dari kebiadaban ayah-ibunya.

Sehabis bercerita kepada sahabatnya, dia pun kelelahan dan tidur di ranjang milik sahabatnya itu.

Dalam tidurnya, dia tengah bermimpi. Dalam mimpinya, dia berada di dalam suatu telaga. Telaga yang bersih airnya dan sejuk udaranya. Di telaga itu, muncul sosok wanita yang tak dikenal olehnya.

“Jangan bersedih, suatu hari bahagia ‘kan menghampirimu,” ujar perempuan misterius itu. Kemudian, Amelia pun terbangun dari tidurnya itu.

2. Gerimis di Pintu Rumah Alya

Gerimis turun perlahan saat Dava berjalan menyusuri gang sempit menuju rumah Alya. Sepanjang jalan, ia membawa ransel besar yang tampak berat.

Wajahnya pucat dan lelah, seolah perjalanan panjang baru saja ia tempuh. Tetangganya sempat memperhatikannya, namun Dava hanya menunduk dan terus berjalan.

Sesampainya di depan rumah Alya, ia terdiam lama sebelum mengetuk pintu. Tangan Dava tampak gemetar. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan Alya muncul. Gadis itu terkejut melihat keadaan Dava yang lusuh, namun ia langsung mempersilakan sahabatnya masuk tanpa bertanya apa pun.

Di dalam rumah, Dava duduk di sofa dengan napas terengah. Alya hanya memperhatikannya. Ada bekas memar kecil di lengan Dava, dan rambutnya tampak berantakan seperti habis ditiup angin kencang. Alya mengambilkan segelas air dan meletakkannya di meja. Dava meraih gelas itu dengan tangan bergetar.

Tanpa penjelasan, Dava membuka ranselnya lalu mengeluarkan beberapa baju yang terlipat seadanya. Alya memperhatikan tiap gerakannya.

Setiap lipatan pakaian tampak dilakukan tergesa-gesa, seperti orang yang meninggalkan rumah dalam situasi tidak aman. Dava juga meletakkan sebuah buku catatan lusuh, yang segera ia tutup kembali saat Alya melihatnya.

Suara halus gerimis terdengar dari luar, dan rumah terasa sangat sunyi. Alya duduk di samping Dava, menunggu ia berbicara. Namun Dava justru menunduk lebih dalam. Tidak ada air mata, tetapi bahunya sesekali bergetar kecil.

Saat malam mulai turun, Alya menyalakan lampu ruang tamu. Dava masih duduk di tempat yang sama, memegang gelas air yang belum disentuh. Alya kemudian berdiri dan mengambil selimut tipis, lalu menutupkannya di bahu Dava. Tak ada kata-kata. Hanya keheningan yang perlahan mengisi ruang itu.

Dari luar, rumah Alya tampak hangat, sementara gerimis masih membasahi jalanan. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Dava—bahkan Alya tidak.

Yang terlihat hanyalah seorang sahabat yang berusaha bertahan, dan seorang sahabat lain yang hanya bisa mendampingi tanpa mengetahui isi hati yang tersembunyi.

Penutup

Nah, di atas tadi Mamikos sudah bagikan info terkait ciri-ciri sudut pandang orang ketika serba tahu dan pengamat hingga contohnya dalam bentuk cerpen.

Diketahui, sudut pandang orang ketiga merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi penyajian cerita.

Buat kamu yang ingin mencari informasi bermanfaat lainnya, silahkan kunjungi situs Mamikos dan temukan informasinya di sana.

FAQ

Sudut pandang orang ketiga itu apa saja?

Sudut pandang orang ketiga itu seperti ‘Ia, dia, atau nama orang.’

Apa contoh sudut pandang orang ketiga serba tahu?

Contoh sudut pandang orang ketiga serba tahu: Sudah 3 bulan ini Jessica terjun di dunia hiburan.

Apa contoh sudut pandang orang kedua?

Contoh sudut pandang orang kedua: Setelah kau berangkat sekolah, kau pun berusaha fokus belajar di kelas.

Apa contoh orang ke-1, ke-2, dan ke-3?

Contoh orang ke-1: Aku, milikku, diriku sendiri, kita, milik kita, diri kita sendiri.
Contoh orang ke-2: Anda, milik Anda, diri Anda sendiri.
Contoh orang ke-3: Dia, miliknya, dirinya sendiri, mereka.

Apa ciri ciri sudut pandang orang pertama?

Ciri-ciri sudut pandang orang pertama adalah adanya kata ‘Aku’ saat bercerita.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta