Contoh Teks Anekdot Politik, Ekonomi, dan Pejabat serta Strukturnya

Berikut ini contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat yang dilengkapi dengan strukturnya dapat kamu jadikan sebagai acuan dalam membuat karya.

28 Juli 2024 Ikki Riskiana

Contoh Teks Anekdot Politik, Ekonomi, dan Pejabat serta Strukturnya – Banyak orang mencari contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat untuk dibuat sebagai karya.

Karena dalam pembuatan teks kebahasaan memang penting untuk melihat referensi secara tepat. Tidak kalah penting adalah mengenai strukturnya sehingga dapat dipahami oleh para pembuat awam.

Pada kesempatan kali ini, Mamikos sediakan contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat yang dapat kamu jadikan sebagai referensi.

Contoh Teks Anekdot Tema Politik

Contoh Teks Anekdot Politik, Ekonomi, dan Pejabat
pexels.com/@karolina-grabowska

Abstrak contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Pada suatu pagi di sebuah warung kopi, datanglah seorang laki-laki paruh baya. Dia mengenakan setelan jas yang notabene jarang dilihat di lingkungan warung kopi tersebut.

Memang warung kopi omah joglo di daerah tersebut tidak pernah sebelumnya ada seseorang dengan tampilan sangat rapi. Biasanya yang mampir paling mentok adalah sales obat.

Komplikasi contoh teks anekdot politik, ekonomi, dan pejabat

Pria berpakaian rapi tersebut adalah Pak Anton, seorang politisi dari partai politik besar. Dia sengaja datang ke tempat tidak biasa untuk menemui seseorang yang ternyata tidak biasa juga.

Anton mendatangi penjual dan mulai melihat menu, dia mengernyitkan dahi karena tidak ada hal spesial. Hanya tersedia kopi, wedang jahe, dan wedang uwuh untuk disajikan pada para pembeli.

Akhirnya, Anton memutuskan untuk memesan kopi susu saja, sebuah pesanan standar dengan harga murah. Dari menu terlihat harganya enam ribu saja betapa nominal tidak berharga baginya.

Anton duduk di sebuah meja di sudut ruangan sambil melihat sekelilingnya. Bukan tempat bagus, namun setidaknya bersih dan memiliki nuansa gaya lama sehingga menurutnya boleh-boleh saja.

Tidak sampai sepuluh menit penjual kopi sudah menyuguhkan pesanannya sambil melempar senyum. Anton melihat jam mewah di tangannya sudah menunjukkan pukul 9.15.

Lima belas menit telat, tentu Anton merasa tidak enak dengan suasana tidak biasa seperti ini. Namun, dia menguatkan diri agar dapat bertemu dengan seseorang yang telah dinanti.

Jalanan sudah memang sudah diaspal namun tetap sepi karena memang bukan opsi utama. Setidaknya masih ada penjual es lewat agar jalanan tidak terlalu sepi untuk dilihat.

Rasa kopi yang biasa saja membuat Anton tidak nyaman menunggu di warung tersebut. Sampai pada akhirnya, muncul mobil sedan warna hitam dan tiga orang berbadan tegap keluar.

Close