Contoh Teks Berita tentang Musim Hujan dan Kemarau beserta Strukturnya
Contoh Teks Berita tentang Musim Hujan dan Kemarau beserta Strukturnya – Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu sering menemukan berbagai contoh teks berita di televisi, media online, radio, hingga majalah.
Teks berita tersebut umumnya berisikan informasi suatu kejadian atau peristiwa.
Agar kamu dapat lebih mengenali teks berita, dalam artikel ini ada beberapa contoh teks berita tentang musim hujan dan kemarau lengkap dengan strukturnya.
Berikut Contoh Teks Berita tentang Musim Hujan dan Kemarau
Daftar Isi
Daftar Isi
Ketika belajar Bahasa Indonesia ada beberapa jenis teks yang akan dipelajari, salah satunya saja adalah teks berita.
Meskipun terdengar sederhana, namun sebenarnya teks berita bisa menjadi materi yang sedikit menjebak karena ia memiliki beragam jenis.
Teks berita merupakan jenis teks yang menyampaikan kabar atau informasi kepada masyarakat tentang suatu peristiwa atau kejadian faktual dan aktual yang diinformasikan secara tertulis.
Perlu kamu pahami bahwa faktual berarti teks ditulis berdasarkan kenyataan, sementara aktual berarti kejadian tersebut baru saja terjadi.
Sederhananya, teks berita dapat diartikan sebagai jenis teks yang berisikan tentang segala kejadian atau peristiwa yang baru saja terjadi dan sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh masyarakat.
Supaya kamu bisa lebih mengenal dekat dengan teks berita, dalam artikel ini kamu bisa temukan beberapa contoh teks berita tentang musim hujan dan kemarau.
Contoh
1
Judul Berita: Air Genangi Badan Jalan Setiap Musim Hujan, Walhi Sulteng Sebut Kota Palu Perlu Perbaikan Ruang
Kepala Berita (Lead atau Teras Berita):
Hujan berintensitas tinggi mengguyur Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (21/7/2023) malam.
Akibatnya, air menggenangi sejumlah ruas jalan yang ada di Kota Palu, yakni Jl Yos Sudarso dan Jl Basuki Rahmat dengan ketinggian hampir setara betis orang dewasa.
Tubuh Berita (Body):
Bahkan, genangan air itu meluap dari drainase ke beberapa fasilitas umum serta kantor dan rumah warga karena tak mampu lagi menampung debit air.
Menanggapi itu, Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye Walhi Sulteng Aulia Hakim mengatakan, Banjir di Kota Palu bukan kali ini saja terjadi.
“Kami sudah seringkali mengingatkan pihak pemerintah Kota maupun provinsi sebelumnya, dengan intensnya berbagai kerusakan ekologis yang terjadi di Kota Palu dan wilayah-wilayah penyangganya, tentu tidak terlepas dari pengrusakan diwilayah penyangga yang memicu bencana ekologis itu terjadi,” ucapnya kepada TribunPalu, Sabtu (22/7/2023).
Kata Aulia Hakim, masalah utama Banjir Kota Palu adalah persoalan perampasan dan kekacauan ruang yang mengakomodasi pembangunan skala besar di wilayah resapan air.
Sehingga. adanya ketidakseimbangan daya tampung dengan debit air yang mengakibatkan luapan ke sejumlah titik jalan dan rumah-rumah warga di Kota Palu.
“Belum lagi misal, jika terjadi kiriman banjir dari wilayah hulu sungai Palu,” ujarnya. Lanjut Aulia Hakim, pihaknya juga mendesak pemerintah daerah maupun pusat segera berbenah dari kekacauan ruang yang ada di Kota Palu maupun Sulawesi Tengah secara luas.
Ekor Berita:
Dia menambahkan, jadikan bencana ekologis secara serius dengan melakukan perubahan dan penataan ruang kembali dengan prespektif ekologi tanpa ditunggangi kepentingan modal demi keselamatan warga.
“Pendekatan mitigasi bencana dan solusi teknis siap siaga bencana tidak akan cukup menyelesaikan persoalan, namun pemberhentian aktifitas ekstraktif yang dibarengi dengan perlindungan kawasan penyangga dan pemulihan lingkungan yang rusak,” tutur Aulia.
(Sumber: https://palu.tribunnews.com/2023/07/22/air-genangi-badan-jalan-setiap-musim-hujan-walhi-sulteng-sebut-kota-palu-perlu-perbaikan-ruang)
Contoh
2
Judul Berita: Daftar Daerah di Indonesia yang Alami Musim Hujan dan Kering ‘Abadi’
Kepala Berita (Lead atau Teras Berita):
Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko menjelaskan ada 16 persen wilayah Tanah Air yang mengalami musim hujan dan kemarau ‘abadi’, termasuk Bogor dan Sulawesi Tengah.
Sebelumnya, BMKG menjelaskan 21 persen atau 144 Zona Musim (ZOM) sudah masuk periode musim kemarau pada akhir Mei lalu.
Sebanyak 307 ZOM (44 persen) lainnya diperkirakan akan mengalami kemarau hingga Juni. Sisanya pada Juli hingga September.
Tubuh Berita (Body):
Sementara itu, 16 persen atau 113 zona musim adalah zona satu musim. Kebanyakan merupakan daerah hujan.
“Aceh bagian barat, sebagian besar pantai barat pulau Sumatera, pulau Kalimantan bagian utara, Bogor, SulBar bagian utara, Sulteng bagian selatan, Sulsel bagian utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua,” ujar Urip kepada
CNNIndonesia.com, Senin (5/6). Wilayah-wilayah tersebut masuk ke dalam kategori wilayah satu musim berdasarkan data curah hujan panjang.
“Berdasarkan data hujan yang panjang (klimatologi 30 tahun) daerah satu musim adalah daerah yg mengalami periode hujan terus menerus sepanjang tahun, dan tdk berubah pada tahun-tahun berikutnya. Yang berubah hanya variasinya, tetapi hujannya tetap di atas 150 mm per bulan,” jelas Urip.
“Batasan musim hujan adalah jika curah hujan satu bulan mencapai lebih besar dari 150 milimeter,” imbuhnya.
Hal sebaliknya juga terjadi pada wilayah satu musim yang mengalami musim kemarau.
Ketika sebuah wilayah memiliki curah hujan di bawah 60 milimeter per bulan, curah hujannya dapat bervariasi tetapi tetap tidak sampai 60 milimeter per bulan.
Urip menyebut wilayah satu musim umumnya mengalami “hujan terus kecuali di Sulawesi Tengah dominan musim kering sepanjang tahun.”
Lebih lanjut menurut Urip, sebuah wilayah bisa memiliki satu musim dikarenakan “karakteristik kondisi iklim khusus dan interaksi atmosfer-laut dengan bentang wilayah yang unik menjadi salah satu faktor wilayah tersebut hanya mengalami satu musim dalam setahun.”
Ekor Berita:
Meski demikian, wilayah-wilayah tersebut bisa mengalami cuaca yang dialami musim lain.
Misalnya, wilayah satu musim yang mengalami musim kemarau bisa saja mengalami hujan terus menerus seperti mengalami musim hujan.
“Betul. Misal Bogor, walaupun pada bulan Juli yg sebagian besar wilayah Indonesia kemarau, tapi Bogor tetap hujan,” tutur Urip.
Walau demikian, wilayah satu musim juga masih tetap terpengaruh anomali iklim global seperti El Nino atau La Nina yang berdampak pada dinamika cuaca di wilayah tersebut.
Dinamika cuacanya sendiri, kata dia, “dapat bervariasi tergantung tempat dan waktunya.”
Contoh
3
Judul Berita: 60 Titik Drainase di Surabaya Diperbaiki Atasi Genangan Hadapi Musim Hujan
Kepala Berita (Lead atau Teras Berita):
Surabaya – Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya melakukan pengerjaan drainase mengantisipasi musim hujan. Anggaran ratusan miliar dikucurkan untuk pengerjaan drainase.
Tubuh Berita (Body):
Kabid Drainase DSDABM Surabaya Windo Gusman Prasetyo mengatakan ada puluhan titik pengerjaan drainase.
Drainase difokuskan dibangun khususnya pada area yang kerap muncul genangan saat hujan,
“Ada banyak, kurang lebih 60 pengerjaan tersebar di seluruh Kota Surabaya. Fokus kita di utara, seperti Tambak Wedi, Bulak Banteng. Lalu daerah Pucang, Kertajaya, ada di Manukan Lor, Manukan Lama. Sementara fokus ke genangan yang cukup parah. Juga daerah barat, Kendung, tengah kota, daerah Ikan-ikan,” kata Windo kepada detikJatim, Rabu (12/7/2023).
Windo mengatakan DSDABM sudah memiliki data titik genangan. Untuk menyelesaikan genangan, kata Windo, tidak bisa hanya di satu titik saja. Melainkan penanganan aliran dari hulur ke hilir.
“PR kita Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga ada beberapa titik. Seperti di daerah Dukuh Kupang Barat, di mana secara elevasi daerahnya memang seperti bukit lalu langsung turun, tidak rata dan menimbulkan genangan. Utara juga kita selesaikan tahun ini, wilayah barat ada beberapa titik konsen penyelesaian genangan,” jelasnya.
“Untuk yang sudah kita laksanakan, pembangunannya kita itu di bidang drainase sudah melaksanakan lelang sekitar Rp 310 miliar untuk pembangunan rumah pompa dan saluran drainase. Ini untuk yang sudah terlelang, yang sudah terkontrak untuk kontraktornya,” ujarnya.
Sementara untuk saluran kecil, seperti di permukiman sedang dikerjakan. Jika di pemukiman kecil anggarannya sekitar Rp 200 juta.
Target penyelesaian pengerjaan drainase bulan November. Pihaknya juga sudah mengantisipasi ketika musim hujan maju seperti tahun lalu, semestinya bulan Desember maju ke Oktober.
“Dapat info dari BMKG untuk awal puncak musim kemarau Agustus, prediksi musim hujan 2023/2024 Desember. Misal hujan maju ke Oktober, sudah disiapkan, ada tim untuk penanganan genangan gerak cepat bagaimana kalau hujan disiapkan. Kita sesuaikan. Aliran akan tetap jalan, ga akan tertutup,” urainya.
Ekor Berita:
Pekerjaan drainase tahun ini juga disebut berbeda dengan tahun 2022. Jika tahun 2022 banyak jalan ditutup, kini hanya menggunakan satu sisi jalan tanpa menutup seluruh jalan.
Pihaknya juga mengantisipasi kemoloran pengerjaan seperti tahun lalu hingga Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi geram. Tahun ini lebih diantisipasi agar tak seperti sebelumnya.
“Seperti tahun kemarin, kalau kejadian tahun lalu banyak hal. Mulai dari masalah utilitas survei awal ternyata kecolongan, kabel-kabel pipa ada di bawah. Lalu adanya kondisi yang kita harus melakukan penyesuaian kondisi lapangan. Ada beberapa kontraktor, ada yang tidak sesuai schedule. Kita sudah antisipasi di awal. Yang pasti kita tetap belajar dari pengalaman tahun kemarin,” pungkasnya.
Contoh
4
Judul Berita: BMKG: Masih Ada Hujan Bulan Juni
Kepala Berita (Lead atau Teras Berita):
Jakarta, CNN Indonesia – Musim kemarau diprakirakan semakin meluas di ratusan wilayah dengan penurunan curah hujan pada Juni. Namun demikian, beberapa provinsi diprediksi masih akan dilanda cuaca ekstrem.
Tubuh Berita (Body):
Pada 11 Mei, National Atmospheric and Oceanic Administration (NOAA) AS merilis prakiraan fenomena El Nino 90 persen terjadi tahun ini dan bisa bertahan hingga 2024.
Peristiwa ini intinya adalah pemanasan suhu lautan di Pasifik yang membawa efek penurunan curah hujan secara global. Artinya, selamat datang kekeringan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam keterangan tertulisnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/5), menuturkan 144 zona musim (ZOM) atau 21 persen dari total 699 ZOM di Indonesia sudah masuk periode musim kemarau per akhir Mei.
Contohnya, Sumatera Utara bagian timur, DKI Jakarta, Jawa Barat bagian utara, Jawa Tengah bagian utara dan timur, DIY bagian selatan, dan Maluku Utara.
Sebanyak 307 ZOM lainnya (44 persen) diprakirakan akan mengalami musim kemarau pada Mei dan Juni. Meski begitu, berdasarkan Prospek Cuaca Seminggu ke Depan periode 2-8 Juni masih banyak daerah yang memiliki potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Yakni, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kep. Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
BMKG pun mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di daerah-daerah di atas pada periode tersebut.
“Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan.”
Apa sebabnya? Pertama, faktor global. Fenomena suhu dan tekanan di lautan yang berdampak pada iklim, yakni Southern Oscillation Index (SOI), Indian Ocean Dipole (IOD), dan El Nino, belum menunjukkan pengaruh signifikan terhadap curah hujan di wilayah Indonesia.
Kedua, faktor regional dan lokal. Rinciannya, fenomena atmosfer Madden Julien Oscillation (MJO) yang menunjukkan kondisi tidak signifikan.
Sementara, selama sepekan ke depan, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di Sumatera bag. Utara, Lampung, Jawa, Bali, NTB, sebagian NTT.
Selain itu, gelombang Kelvin diprakirakan masih akan aktif di Sumatera bagian utara dan tengah, Kalimantan, dan Sulawesi Utara.
“Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.”
Ekor Berita:
Tak ketinggalan, daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara dan di Papua. “Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.”
Sirkulasi Siklonik (pusaran angin yang membawa uap air) juga terpantau di Samudra Pasifik utara Papua yang membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin(konvergensi) memanjang di sekitarnya.
Daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lain juga terpantau di Perairan barat Aceh hingga Selat Malaka, dari Laut Banda hingga perairan Baubau bagian selatan, dan di Papua.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,” menurut prakirawan BMKG. BMKG juga memperingatkan El Nino mulai terjadi bulan ini walau belum dalam intensitas kuat.|
“Dengan peluang >80%, ENSO (El Niño-Southern Oscillation) Netral diprediksi mulai beralih menuju fase El Niño pada periode Juni 2023 dan diprediksi akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga moderat.”
Sebelumnya, Peneliti Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin memprediksi kekeringan akan mulai terjadi di Indonesia pada Juni akibat El Nino.
(Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230602020901-199-956811/bmkg-masih-ada-hujan-bulan-juni)
Penutup
Itulah informasi yang bisa Mamikos rangkumkan untuk kamu terkait contoh teks berita tentang musim hujan dan kemarau lengkap dengan strukturnya.
Mamikos infokan kembali bahwa teks berita adalah jenis teks yang menyampaikan kabar atau informasi kepada masyarakat tentang suatu peristiwa atau kejadian faktual dan aktual yang diinformasikan secara tertulis.
Jika kamu ingin mencari contoh teks berita lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: