Contoh Teks Editorial tentang Corona Pandemi Covid-19 beserta Strukturnya Lengkap
Contoh Teks Editorial tentang Corona Pandemi Covid-19 beserta Strukturnya Lengkap – Teks editorial merupakan salah satu bentuk artikel yang bisa kamu temukan di dalam surat kabar.
Ditulis oleh redaksi surat kabar terkait, teks editorial merupakan opini atau pendapat yang ditulis oleh redaksi sebuah media terhadap isu yang sedang aktual di masyarakat.
Yuk, simak beberapa contoh teks editorial tentang corona pandemi Covid-19 beserta strukturnya berikut ini!
Berikut Deretan Contoh Teks Editorial tentang Corona Pandemi Covid-19
Daftar Isi
Daftar Isi
- Berikut Deretan Contoh Teks Editorial tentang Corona Pandemi Covid-19
- Apa
itu Teks Editorial? - Apa
Ciri dari Teks Editorial? - Bagaimana
Struktur Teks Editorial? - Contoh Teks Editorial Tentang Corona Pandemi Covid-19 beserta Strukturnya
- Contoh Teks Editorial 1
- Contoh Teks Editorial 2
- Contoh Teks Editorial 3
Bersifat faktual dan aktual, teks editorial cukup mudah kamu temukan di surat kabar ataupun majalah.
Kerap disebut sebagai teks opini, teks editorial salah satu media atau wadah untuk mengemukakan pendapat atau menyampaikan pemikiran.
Meskipun
teks editorial berisikan opini atau pendapat, namun dalam penulisannya tentu
tidak bisa sembarangan. Penulisan teks editorial ini juga harus dilengkapi
dengan fakta, bukti dan argumentasi yang logis.
Jika berbicara soal fungsi, teks editorial berfungsi untuk memengaruhi dan meyakinkan pembaca.
Oleh sebab itu, teks editorial bermanfaat untuk merangsang pemikiran pembaca terkait suatu isu atau masalah yang sedang aktual di masyarakat.
Bahkan, terkadang teks editorial juga terbukti mampu menggerakkan pembaca untuk bertindak atas isu atau masalah tersebut.
Apa
itu Teks Editorial?
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), editorial diartikan sebagai artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau pimpinan surat kabar (majalah) tersebut terkait beberapa pokok masalah.
Singkatnya, isi dalam teks editorial adalah menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas.
Berbicara soal pengertian, teks editorial dapat dimaknai dengan teks yang berisi pendapat pribadi dari redaksi terhadap suatu isu/masalah aktual.
Menurut Dina Fitria Handayani dalam bukunya yang berjudul Model-model Pembelajaran Bahasa Indonesia: Teori dan Aplikasi (2021), teks editorial adalah teks dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan sikap redaksi mengenai beberapa masalah yang terjadi.
Isu atau masalah yang diangkat di dalam teks editorial bisa berbicara soal ekonomi, sosial, ataupun politik.
Teks editorial juga dikenal dengan nama teks opini yang menjadi wadah bagi redaksi untuk mengemukakan pendapat atau menyampaikan pemikiran.
Apa
Ciri dari Teks Editorial?
Agar kamu dapat dengan mudah mengenali teks editorial, berikut adalah ciri-cirinya yang perlu kamu ketahui.
1.
Bersifat aktual dan faktual
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, teks editorial harus mengangkat informasi yang tengah hangat diperbincangkan di masyarakat.
Meskipun begitu, informasinya juga tetap harus mengedepankan fakta yang ada di lapangan.
2.
Sistematis dan logis
Teks
editorial juga harus ditulis secara sistematis, ini artinya harus memenuhi
struktur dan kaidah kebahasaannya. Selain itu, teks editorial juga harus logis.
Ini artinya, harus masuk akal dan tidak bersifat imajinatif.
3.
Argumentatif
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, teks editorial berisikan pendapat pribadi dari redaksi. Ini artinya, teks editorial mengutarakan argumen-argumen yang ada dalam sudut pandang redaksi.
Bagaimana
Struktur Teks Editorial?
Seperti yang disebutkan di awal artikel, meskipun teks editorial berisikan opini atau pendapat, namun dalam penulisannya tentu tidak bisa sembarangan. Berikut ini adalah struktur dari teks editorial.
1.
Pernyataan pendapat (tesis)
Bagian awal dari teks editorial berisikan sudut pandang penulis terhadap permasalahan atau isu yang diangkat.
Biasanya, bagian ini berupa pernyataan atau teori yang nantinya diperkuat oleh argumen.
2.
Argumentasi
Bagian ini merupakan alasan atau bukti yang digunakan untuk memperkuat pernyataan pendapat (tesis).
Argumentasi dapat berupa pernyataan umum, data hasil penelitian, pernyataan para ahli atau fakta-fakta yang dapat dipercaya.
3.
Penegasan ulang pendapat (reiteration)
Bagian terakhir dari teks editorial ini berisikan penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian argumentasi.
Contoh Teks Editorial Tentang Corona Pandemi Covid-19 beserta Strukturnya
Agar lebih mudah memahami teks editorial, di bawah ini merupakan contoh teks editorial tentang corona pandemi Covid-19.
Contoh Teks Editorial 1
Judul:
Merdeka dari Pandemi
Pernyataan pendapat (tesis)
Dua tahun pandemi covid-19 telah membuat rakyat Indonesia tidak merayakan momentum peringatan hari kemerdekaan setiap 17 Agustus.
Hingar bingar pesta kemerdekaan yang terlewatkan sejak 2020 kembali akan bergema pada tahun ini.
Pemerintah mengatakan peringatan ulang tahun bangsa ini, kali ini yang ke-77, akan kembali disambut meriah.
Euforia pascapandemi covid-19 membuat suasana persiapan sudah mulai terasa sejak awal bulan.
Atribut merah putih mulai terpampang di pinggir-pinggir jalan dan kawasan permukiman.
Selain itu, beragam lomba dan gelaran perayaan untuk menyemarakkan Hari Kemerdekaan mulai disiapkan.
Pemerintah pun menjadi motor keriuhan perayaan dengan melaksanakan rangkaian kegiatan sebulan penuh selama Agustus 2022 dalam rangka menyambut hari ulang tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia yang mengusung tema Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.
Bahkan masyarakat, pemerintah daerah, dan kementerian/lembaga negara diizinkan menggelar perlombaan untuk memperingati HUT ke-77 Republik Indonesia.
Izin tersebut diberikan mengingat situasi pandemi covid-19 di Indonesia sudah semakin terkendali.
Peringatan di Istana Merdeka juga kembali diadakan.
Peringatan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari ini juga mengundang 2.000 orang warga untuk menghadiri peringatan di Istana. Sejumlah pejabat diundang untuk menghadiri upacara.
Argumentasi
Tentu harapan publik akan gegap gempita perayaan kemerdekaan tidak berujung malapetaka. Disiplin warga terhadap protokol kesehatan tetap harus terjaga.
Pasalnya, covid-19 belum sepenuhnya sirna. Begitu pun cacar monyet yang, jika tidak waspada, pasti akan menjadi wabah.
Kasus covid-19 dalam 24 jam terakhir berada di angka 6.527. Trennya terus menanjak setelah sempat turun di bawah angka seribu.
Angka positivity rate secara nasional saat ini bergerak naik di atas 10%. Transmisi virus di beberapa daerah juga berada pada level sedang.
Tren kenaikan itulah yang membuat pemerintah memutuskan untuk tetap memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berlevel baik di wilayah Jawa-Bali maupun luar Jawa-Bali.
Untuk wilayah Jawa-Bali, perpanjangan dilakukan mulai 2 Agustus hingga 15 Agustus mendatang. Di luar Jawa-Bali PPKM dimulai 2 Agustus dan berakhir pada 5 September nanti.
Sementara itu, penemuan kasus pertama cacar monyet di Indonesia mestinya menjadi momentum untuk memberikan pendekatan yang tidak lagi business as usual.
Negara dan masyarakat harus bahu-membahu mengantisipasi secara komprehensif dampak infeksi dari penyakit yang telah menjangkiti lebih dari 75 negara itu.
Penegasan ulang pendapat (reiteration)
Jangan menganggap enteng penyakit cacar monyet meski penyakit itu memiliki tingkat fatalitas rendah. Gencarkan sosialisasi, baik kepada masyarakat maupun tenaga kesehatan.
Pasalnya, salah satu penyebab tidak terdeteksinya cacar monyet ialah jenis penyakit ini masih baru sehingga banyak dokter dan masyarakat yang tidak mengenal gejalanya.
Untuk itulah, masyarakat mesti tetap mematuhi protokol kesehatan dalam berbagai aktivitas, termasuk perayaan dan lomba Agustusan. Kewaspadaan komunal tetap harus dijaga.
Jangan biarkan perayaan kemerdekaan membuat bangsa ini justru tidak merdeka dari pandemi.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2727-merdeka-dari-pandemi
Contoh Teks Editorial 2
Judul:
Mewaspadai lagi Lonjakan Covid-19
Pernyataan pendapat (tesis)
Badai covid-19 memang sudah mulai mereda, tetapi belum benar-benar berlalu. Bahkan, ada tanda-tanda bahwa ancaman wabah korona akan kembali meninggi setelah cukup lama melandai.
Cengkeraman covid-19 sebenarnya semakin melemah. Penambahan kasus positif terus menurun dari hari ke hari, kematian semakin jauh dari mereka yang terpapar.
Dengan perkembangan itu, pemerintah pun melakukan banyak pelonggaran. Kita bahkan tak lagi wajib mengenakan masker saat di luar ruangan.
Itulah kebijakan pemerintah yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada 17 Mei lalu.
Kebijakan yang sangat melegakan setelah lebih dari dua tahun jalan napas kita terbatas lantaran hidung dan mulut ada penghalang.
Pemerintah juga terus menurunkan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM.
Strategi untuk menyeimbangkan sektor kesehatan dan ekonomi yang sudah diterapkan berbulan-bulan ini tak seketat dulu lagi.
Terhitung sejak 7 Juni, hanya satu daerah yang PPKM-nya berada di level 2, yakni Teluk Bintuni, Papua Barat. Selebihnya, untuk 128 kabupaten/kota di Jawa-Bali di level 1.
Begitu juga 385 wilayah di luar Jawa-Bali, semuanya di level terendah, level dengan pengetatan paling longgar.
Argumentasi
Tentu kita patut bersyukur bahwa derita akibat korona semakin menjauh. Namun, melalui forum ini kita selalu mengingatkan bahwa pandemi belum teramat jauh.
Ia sewaktu-waktu bisa kembali mendekat. Ia masih ada di sekitar kita meski dengan tingkat ancaman yang berbeda.
Bahwa covid-19 masih menjadi ancaman terbukti akhir-akhir ini. Ada pertanda kuat kasusnya akan meningkat. Data harian selama 7 hari terakhir menyiratkan kekhawatiran.
Jika sebelumnya penambahan kasus ada di kisaran 300 orang, belakangan kembali tembus di atas 500, bahkan sampai 627 penderita.
Kemarin, kasus baru bertambah 591 dengan DKI Jakarta kembali sebagai penyumbang terbanyak.
Selama sepekan, jumlah kasus melejit hampir 100%. Jika dirata-rata 504 kasus, sementara yang sembuh dilaporkan 347 orang.
Artinya, penambahan kasus baru lebih tinggi ketimbang pasien yang sembuh. Artinya, situasi memang belum baik-baik saja.
Situasi semakin tidak baik karena kenaikan kasus positif tersebut diakibatkan subvarian baru yang dipastikan sudah masuk ke Indonesia.
Varian itu yakni omikron BA.4 dan BA.5 yang diketahui telah menjangkiti 8 orang.
Meski dampaknya diyakini ringan, varian BA.4 dan BA.5 tak bisa dipandang ringan. Keduanya dipercaya bisa menghindari imunitas vaksin. Penyebarannya juga cepat, seperti varian omikron.
Penegasan ulang pendapat (reiteration)
Atas berbagai alasan itulah, tidak ada alasan bagi kita mencari-cari alasan untuk meminggirkan kewaspadaan.
Sikap ini penting, sangat penting, karena tidak sedikit masyarakat yang kadung merasa kehidupan sudah normal.
Mereka semakin mengabaikan protokol kesehatan, termasuk abai menggunakan masker meski berada di dalam ruangan. Jaga jarak juga kian terabaikan, apalagi mencuci tangan dengan sabun.
Kepada pemerintah, kita mendukung sepenuhnya ketegasan untuk tidak buru-buru menapakkan langkah ke era endemi.
Terus mempertahankan status pandemi masihlah tepat hingga saat ini, demikian pula memperpanjang penerapan PPKM.
Kecepatan dan ketepatan dalam mengambil kebijakan amat dibutuhkan.
Jika situasi semakin memburuk, ada baiknya pemerintah cepat kembali memperketat pelonggaran dengan cara yang tepat.
Terlebih, sejumlah negara telah bersiap menghadapi gelombang baru dari varian baru.
Tak bosan pula kita selalu menyerukan agar vaksinasi, utamanya booster, terus digencarkan.
Kesadaran masyarakat dan kesigapan pemerintah ialah benteng utama guna menghadang covid-19 yang bisa menyerang kita setiap saat.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2682-mewaspadai-lagi-lonjakan-covid-19
Contoh Teks Editorial 3
Judul:
Mempersiapkan Akhir Pandemi
Pernyataan pendapat (tesis)
Titik akhir pandemi covid-19 semakin dekat. Begitu kira-kira kesimpulan dari penilaian terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis tengah pekan ini.
Dengan melihat angka kematian akibat covid-19 dan penambahan jumlah kasus baru yang turun signifikan di seluruh dunia, selama sepekan ini, WHO menilai dunia kini sedang menuju garis finis pandemi.
“Kita belum sampai di sana (akhir pandemi), tetapi ujungnya sudah terlihat,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada jumpa pers di Jenewa, Rabu (14/9).
Argumentasi
Pertanyaannya, siapkah kita ketika pandemi betul-betul berakhir?
Saat pandemi dinyatakan selesai, artinya semua pelarangan dan pembatasan yang selama ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus korona juga tidak akan ada lagi.
Warga dunia mungkin kembali menjalani kehidupan seperti ketika covid-19 belum muncul, sedangkan virusnya sebetulnya tidak pernah benar-benar hilang. Siapkah kita?
Jika kita bicara dalam konteks Indonesia, sedikitnya ada tiga isu pokok yang mesti menjadi perhatian sebelum menjawab pertanyaan itu.
Yang pertama, kiranya kita perlu memikirkan bagaimana agar perilaku, kebiasaan, dan budaya berkesehatan yang sudah terbentuk di masyarakat selama pandemi dapat dilanggengkan hingga nanti selepas pandemi.
Disiplin tinggi terhadap protokol kesehatan, menjalankan pola hidup sehat, responsif terhadap perubahan dalam berbagai aspek, ialah beberapa contoh budaya yang sudah terbangun dan semestinya tidak berhenti ketika pandemi berakhir.
Sungguh sia-sia ‘pengorbanan’ kita selama ini bila kebiasaan-kebiasaan baik itu ikut lenyap seiring dengan kelarnya pandemi.
Dalam konsep berkehidupan dalam kenormalan baru (new normal) pun ujian sesungguhnya bukan ketika pandemi masih berlangsung, melainkan masa pascapandemi.
Kenormalan baru ialah norma baru yang memang tercipta pada saat pandemi. Eksekusinya pun pada waktu itu lebih mudah karena ditopang oleh pembatasan-pembatasan yang diregulasikan.
Tantangannya ialah bagaimana agar konsep new normal itu tidak ditinggalkan atau sekadar menjadi artefak sisa peninggalan masa pandemi.
Kenormalan baru mesti dapat diimplementasikan terus-menerus meskipun tidak ada lagi perangkat aturan yang menyokongnya.
Pada sisi yang lain, peran negara juga teramat penting. Dampak mengerikan dari penyebaran covid-19 selama 2,5 tahun terakhir ini sedikit banyak telah membuka mata kita betapa pemerintah sesungguhnya belum terlalu siap menghadapi gelombang serbuan patogen dalam skala masif.
Kebijakan dan infrastruktur kesehatan terbukti kepayahan merespons hantaman virus yang seketika menggila.
Penegasan ulang pendapat (reiteration)
Belajar dari pandemi ini, penguatan infrastruktur kesehatan harus menjadi perhatian utama pemerintah.
Skala fokus, anggaran, dan prioritas untuk pengembangan infrastruktur kesehatan sudah saatnya mulai disejajarkan dengan pembangunan infrastruktur krusial lain seperti pendidikan dan transportasi.
Kita tidak tahu patogen apalagi selanjutnya yang akan mewabah di masa depan. Infrastruktur ialah salah satu prasyarat yang mesti disiapkan untuk menghadapi musuh tak kasatmata itu.
Infrastruktur kesehatan ibarat fondasi yang akan memudahkan pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait mitigasi, pencegahan, dan penanganan pagebluk di masa mendatang.
Tidak kalah penting untuk disorot ialah bahwa pandemi covid-19 ini merupakan momentum membangun sekaligus memperkuat kemandirian vaksin.
Ancaman wabah tidak akan hilang sampai kapan pun. Yang bisa dilakukan ialah menekan penyebarannya, salah satunya dengan memperkuat proteksi diri melalui vaksinasi.
Karena itu, ketika bangsa ini bisa menghasilkan vaksin sendiri, tanpa harus bergantung pada negara lain, sesungguhnya itu ialah tangga pertama menuju kemenangan melawan pandemi dan ancaman wabah.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2764-mempersiapkan-akhir-pandemi
Itulah beberapa contoh teks editorial tentang corona pandemi Covid-19 lengkap dengan strukturnya yang bisa Mamikos share kepada kamu.
Seperti yang kita ketahui, teks editorial adalah opini atau pendapat yang ditulis oleh redaksi sebuah media terhadap isu aktual di masyarakat.
Jika kamu ingin membaca contoh teks editorial dengan tema lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan cari artikel terkait di sana.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: