7 Contoh Teks Hikayat Singkat beserta Struktur dengan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsiknya
7 Contoh Teks Hikayat Singkat beserta Struktur dengan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsiknya – Menurut KBBI, hikayat merupakan karya prosa lama yang memuat cerita, hukum, dan silsilah, dengan isi yang bisa berupa rekaan, sejarah, biografi, atau keagamaan, dan diwariskan secara turun-temurun.
Teks hikayat umumnya menyajikan kisah kepahlawanan, keajaiban, dan kehebatan tokoh yang dilengkapi kesaktian atau kekuatan luar biasa. Cerita-cerita ini sering berfungsi sebagai hiburan, sekaligus sarana pendidikan moral dan pengajaran nilai sosial kepada masyarakat pada masanya.
Teks hikayat memiliki struktur dan unsur intrinsik serta ekstrinsik yang bisa kamu pelajari melalui ulasan berikut. 📖😊✨
Daftar Isi
Daftar Isi
Apa Saja Struktur pada Teks Hikayat?
Teks hikayat mempunyai 6 struktur yang terdiri dari abstraksi (pengantar), orientasi (latar, waktu, suasana), komplikasi (sebab-akibat hingga masalah muncul), evaluasi (penilaian peristiwa), resolusi (penyelesaian), serta koda (pesan moral/penutup).
1. Abstraksi
Abstraksi merupakan ringkasan atau gambaran umum dari isi cerita. Dalam penulisan hikayat, penggunaan abstraksi bersifat opsional.
Perlu diketahui bahwa abstraksi menjadi suatu awal yang cukup penting dalam membangun cerita hikayat yang solid.
2. Orientasi
Orientasi merupakan struktur bagian contoh teks hikayat yang berisi tentang latar waktu, tempat, dan suasana. Umumnya, orientasi yang terdapat dalam sebuah cerita disusun secara dramatis.
Hal ini dilakukan dengan harapan agar pembaca bisa ikut merasakan situasi yang ada dalam cerita. Jadi, walaupun cerita hikayat disampaikan secara turun temurun, namun inti kisahnya masih tetap sama.
3. Komplikasi
Komplikasi adalah struktur dalam contoh hikayat Melayu pendek yang berisikan tentang rangkaian peristiwa yang dihubungkan dengan sebab-akibat.
Selain itu, dalam komplikasi juga bisa ditemukan karakteristik tokoh dengan berbagai jenis keunikannya.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian dari hikayat yang menampilkan konflik mulai menemukan titik terang atau resolusi penyelesaian. Struktur ini menunjukkan perkembangan masalah dan indikasi menuju penyelesaian.
Evaluasi dilakukan oleh tokoh-tokoh yang mempunyai peran sentral dalam cerita tersebut. Evaluasi bisa memberikan dampak yang baik pada akhir cerita.
5. Resolusi
Resolusi memuat penyelesaian konflik atau masalah yang dialami tokoh. Resolusi dapat ditampilkan melalui tindakan, keputusan, atau pemikiran tokoh serta perspektif penulis.
6. Koda
Koda adalah bagian penutup hikayat yang memuat kesimpulan dan hikmah. Struktur ini berfungsi memberikan pesan moral atau pelajaran yang dapat diambil pembaca dari keseluruhan cerita.
Apa Saja Unsur Teks Hikayat?
Teks hikayat terdiri dari dua unsur, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Adapun penjelasan mengenai kedua unsur tersebut yaitu sebagai berikut.
Apa Saja yang Termasuk Unsur Intrinsik dalam Teks Hikayat?
Unsur intrinsik merupakan unsur yang menciptakan cerita dari dalam. Unsur ini bisa diidentifikasi dengan membaca karya hikayat itu sendiri. Jenis-jenis unsur intrinsik ada tema, latar, tokoh, alur, dan sudut pandang. Berikut penjelasan rincinya.
- Tema merupakan gagasan yang melatarbelakangi suatu cerita. Tidak jarang, tema tersirat di dalam judul prosa atau di dalam perilaku tokoh.
- Latar merupakan tempat, waktu, dan suasana yang terangkum dalam sebuah cerita.Â
Dalam karya sastra lama, larat adalah unsur yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari daerah asal karya tersebut.
- Tokoh merupakan pemeran di dalam suatu cerita. Bisa dibilang, unsur ini termasuk unsur utama dalam suatu cerita hikayat.
- Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam suatu cerita. Alur pada contoh teks hikayat singkat beserta struktur kisahnya terdiri dari dua jenis, yakni alur maju dan alur mundur
- Sudut pandang merupakan teknik yang dipilih oleh pencerita dalam mengemukakan gagasannya.Â
Sudut pandang terdiri dari dua jenis, yakni sudut pandang orang pertama dan juga orang ketiga.
- Amanat merupakan pesan atau amanat yang terkandung dalam suatu cerita
- Gaya bahasa merupakan cara penulis dalam menyajikan cerita dengan memakai unsur-unsur keindahan dalam tutur katanya.
- Penokohan merupakan bentuk penyajian citra atau watak tokoh. Fungsinya yaitu untuk membedakan antara tokoh utama dan tokoh figuran. Jika dilihat dari tema, tokoh dibedakan menjadi dua jenis, yakni tokoh protagonis dan antagonis.
Apa Saja yang Termasuk Unsur Ekstrinsik dalam Teks Hikayat?
Unsur ekstrinsik adalah unsur luar yang ikut membangun alur suatu kisah. Unsur-unsur ekstrinsik dalam karya hikayat umumnya berkaitan dengan latar belakang cerita.
Contohnya seperti latar belakang adat, agama, budaya, dan lain sebagainya. Sejatinya, tidak ada karya sastra yang lahir secara otonom, begitu juga dengan hikayat.
Setiap karya sastra selalu berkaitan dengan unsur ekstrinsik. Sebagian besar contoh teks hikayat singkat beserta struktur yang dimilikinya berasal dari faktor kemasyarakatan.
Dengan begitu, maka bisa dikatakan bahwa unsur ekstrinsik merupakan unsur pembentuk contoh teks hikayat dari luar.
Agar bisa membangun unsur ekstrinsik, maka perlu bantuan dari ilmu-ilmu lain seperti filsafat, psikologi, sosiologi, dan lain-lain.
Contoh Teks Hikayat Singkat beserta Struktur
Di bawah ini adalah beberapa contoh teks hikayat singkat beserta struktur yang populer di kalangan masyarakat. Setiap contoh teks hikayat di bawah ini dicuplik dari cerita-cerita lokal.
1. Hikayat Si Miskin
Alkisah, Si Miskin dan istrinya menjalani hidup di dalam pembuangan di dunia akibat memperoleh kutukan dari Batara Indera.
Usai memperoleh putra bernama Marakarmah, kemudian mereka juga mendapatkan kekayaan.
Pada akhirnya, Si Miskin menjadi raja yang memiliki gelar Maharaja Indra Angkasa. Putra keduanya bernama Nila Kesuma. Ia adalah seorang putri yang cantik jelita.
Dikarenakan percaya dengan ramalan para ahli nujum yang menjadi kaki tangan Maharaja Indera Dewa yang iri dengannya, Marakarmah dan istrinya diusir dari istananya sendiri.
Setelah peristiwa itu, akhirnya Maharaja Indera Angkasa kembali menjadi orang miskin. Dalam pengusiran tersebut, Marakarmah berjumpa dengan putri Cahaya Khairani yang selanjutnya dikawinnya.
Nila Kesuma ada di dalam hutan dan dipersunting oleh Putra Mahkota Mengindra Sari yang berasal dari Kerajaan Pelinggam Cahaya.
Di istana itulah kakak beradik tersebut bertemu kembali usai melakukan pengembaraan yang penuh rintangan.
Marakarmah juga berhasil mengembalikan kebesaran milik ayah ibunya dengan bantuan para-sahabatnya. Marakarmah juga bisa menghancurkan kerajaan Maharaja Indera Dewa.
Abstraksi
Si Miskin yang awalnya hidup serba kekurangan bisa menjadi seseorang yang memiliki kedudukan dan kekayaan. Namun, kekayaan tersebut tidak abadi karena ia memperoleh kutukan dari batara Indera.
Meskipun jatuh miskin, namun Si Miskin dikaruniai dua orang anak yang bernama marakarmah dan Putri Nila Kesuma.
Kedua anaknya tersebut menikah dengan para bangsawan yang pada akhirnya mampu mengangkat derajat orang tuanya.
Orientasi
Orientasi pada cerita hikayat Si Miskin merujuk pada waktu, tempat, dan suasana di dalam cerita. Orientasi hikayat Si Miskin yaitu sebagai berikut:
Waktu: Pagi, siang, sore, malam (tidak dijelaskan secara detail)
Tempat: Kerajaan dan hutan
Suasana: Sedih, dan penuh haru
Komplikasi
Komplikasi pada hikayat Si Miskin adalah ia dan istrinya memperoleh kutukan dari Batara Indera. Padahal, hidupnya baru saja mengalami kemujuran karena dapat tinggal di istana bersama keluarganya.
Namun, kebahagiaan tersebut sirna karena Si Miskin dan keluarganya kembali miskin dan hidup serba kekurangan.
Evaluasi
Kemiskinan yang diderita oleh keluarga Si Miskin rupanya tidak bertahan lama karena Marakarmah dan Nila Kesuma berhasil menikah dengan para bangsawan.
Hal ini secara tidak langsung juga ikut mengangkat nama baik dan derajat orang tuanya, sehingga tidak lagi dikucilkan.
Resolusi
Marakarmah menikah dengan putri Cahaya Khairani, sedangkan Nila Kesuma dinikahi oleh Putra Mahkota Mengindra Sari.
Setelah berhasil menikah dengan para bangsawan, kedua kakak dan adik tersebut akhirnya bertemu kembali setelah melakukan pengembaraan yang jauh.
Koda
Koda atau amanat yang ingin disampaikan penulis dalam hikayat Si Miskin adalah kesengsaraan dan kesedihan tidak akan selamanya terjadi. Sebab, roda kehidupan selalu berputar.
Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah tetap berbuat baik kepada sesama manusia tanpa pamrih. Dengan begitu, kebaikan yang lain juga akan datang ke dalam hidup kita.
2. Hikayat Dua Bersaudara
Syahdan adalah dua raja bersaudara bernama Raja Ahmad dan Raja Muhammad. Raja Muhammad mendapatkan seorang anak putri yang cantik parasnya dalam sebatang bambu di tengah hutan.
Putri itu diberikan nama putri Betong. Begitu pula dengan Raja Ahmad yang beroleh seorang anak laki-laki. Anak itu dibawakan oleh seekor gajah dan dinamakan Merah Gaja.
Merah Gajah dikawinkan bersama dengan Putri Betong dan beroleh dua anak laki-laki tampan, yakni Merah Silu dan Merah Hasum.
Setelah orang tuanya meninggal, ibunya lenyap karena sehelai rambutnya berwarna putih perak dicerabut oleh ayahnya (Merah Gajah).
Akhirnya, ayahnya mati terbunuh dan Merah Silu menjadi orang yang kaya raya karena bisa mengubah banyak gelang menjadi emas.
Kemudian, dia berpindah tempat tinggal dan membangun kerajaan. Setelah masuk Islam, ia mendapatkan gelar Sultan Malikul Saleh. Kerajaannya disebut dengan.
Putranya bernama Malikul Tahir juga membangun Kerajaan Pasai yang diselaraskan dengan anjingnya yang mati di tempat itu.
Ia mendapatkan dua orang putra yang bernama Malikul Mahmud dan juga Malikul Mansur. Saat Pasai dihabisi oleh Siam, Malikul Mahmud menjadi pemimpin peperangan untuk melawannya.
Siam pun akhirnya kalah. Malikul Mahmud kemudian menggantikan ayahnya untuk menjadi Raja Pasai. Namun, Malikul Mansur yang merupakan adiknya diasingkan karena dianggap sebagai musuh.
Pada akhirnya Sultan Malikul Mahmud menyesali perbuatannya dan merasa pilu sat mendengar kabar bahwa adiknya sudah meninggal di dalam pengasingan.
Ia jatuh sakit dan kemudian mangkat, Ialu terganti oleh Sultan Ahmad yang berkuasa secara mutlak.
Putranya sebanyak lima orang, yaitu Tun Beraim Bapa, Tun Abdul Fazil, Tun Abdul Jalil, Tun Madim, dan Tun Takiah Dara.
Tun Beraim Bapa menghalangi niat Sultan Ahmad yang ingin mempersunting putrinya sendiri denga cara membunuhnya
Demikian pula dengan Tun Abdul Jalil yang dibunuhnya karena Sultan Ahmad menginginkan Putri Gemerancang untuk jadi calon istrinya.
Begitu tahu kekasihnya dibunuh, Putri Gemerancang melenyapkan nyawanya sendiri dengan terjunke lautan. Raja Majapahit sangat murka atas berita duka tersebut.
Kerajaan Pasai akhirnya diserang dan dikalahkan. Sultan Ahmad akhirnya melarikan diri dari kerajaannya. Majapahit akhirnya melakukan ekspansi ke Jambi, Ujong Tanah, dan Palembang.
Kemenangan didapatkannya di mana-mana. Hanya saja, nasib Majapahit tidak terlalu mujur di Suatang (Minangkabau). Usai kalah beradu kerbau, laskar Majapahit dihabisi oleh laskar Suatang.
Abstraksi
Cerita diawali dengan dua orang raja bersaudara yang sama-sama mendapatkan anak secara ajaib. Raja Ahmad mendapatkan putri dari sebatang bambu.
Sedangkan Raja Muhammad mendapatkan putra yang berasal dari seekor gajah. Kedua anak ini akhirnya dijodohkan dan dikaruniai dua orang anak laki-laki bernama Merah Silu dan Merah Hasum.
Orientasi
Orientasi berisi tentang waktu, tempat, dan suasana di dalam cerita hikayat Dua Bersaudara. Adapun waktu pada cerita tersebut adalah pagi, siang, dan malam (tidak diceritakan secara detail).
Tempat yang menjadi latar pada hikayat tersebut adalah kerajaan. Sedangkan suasana pada cerita tersebut menyedihkan dan penuh dendam karena terjadi peristiwa bunuh-membunuh.
Komplikasi
Komplikasi pada contoh hikayat kerajaan Dua Bersaudara adalah saat Putri Betong mati karena dibunuh oleh Merah Gajah.
Diceritakan bahwa rambut putih yang dimiliki oleh Putri Betong dapat menyebabkan ia mengalami kematian jika dicabut.
Hal ini menimbulkan murka dari anak-anaknya sehingga Merah Gajah harus meregang nyawa karena dibunuh oleh Merah Silu, anaknya sendiri.
Evolusi
Evolusi pada hikayat Dua Bersaudara adalah Merah Silu diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya yang sudah tewas.
Hal ini membuat Merah Silu menjadi raja yang kaya raja karena bergelimang harta.
Resolusi
Meskipun memiliki masa lalu yang buruk, akhirnya Merah Silu masuk ke dalam Islam dan membangun kerajaan baru di tempat yang jauh.
Hal ini menjadi lembaran baru bagi Merah Silu dan ia mendapat gelar Sultan Malikul Saleh.
Koda
Apapun permasalahannya, pembunuhan adalah hal yang tidak dibenarkan karena merenggut hak asasi manusia. Namun, di zaman dulu pembunuhan adalah hal yang biasa.
Biasanya, konflik yang menyebabkan hal tersebut adalah karena perang saudara, perebutan tahta, kekuasaan, dan lain sebagainya.
3. Hikayat Patani
Alkisah, Phaya Tu Kerub Mahajana adalah seorang raja di kota Maligai. Ia diganti oleh putranya, Phaya Tu Taqpa yang senang berburu seperti halnya orang-orang besar lainnya.
Suatu hari, seekor pelanduk putih yang sedang diburunya tiba-tiba hilang di dekat tempat kediaman orang tua bernama Eneik Tani.
Dari nama orang tua itulah, kerajaan yang dibangunnya itu diberi nama Patani.
Usai Islam masuk, raja Phaya Tu Naqpa mendapat gelar Sultan Ismail Syah Zillullah Fil Alam. Semenjak saat itulah seluruh rakyat Patani memeluk agama Islam.
Sepeninggal bagindanya, pemegang kerajaan tergantikan oleh putra sulungnya yang bernama Sultan Mudhaffar Syah. Ia menggelar jalinan persahabatan dengan Beracau dan mendapatkan istri.
Dari istrinya tersebut, Sultan Mudhaffar Syah beroleh seorang putra yang diberi nama Sultan Patik Siam. Namun, ia bersikap khianat dengan Beracau.
Beracau akhirnya diturunkan dari takhtanya dan dipaksa untuk meninggalkan istana.
Berkat tindakan yang memicu salah paham, Sultan Mudhaffar Syah dan para pengiringnya bisa dikalahkan dan Beracau bisa kembali menduduki tahta kerajaan.
Adiknya yang bernama Manzur Syah pun pergi meninggalkan Siam, tetapi Mudhaffar tinggal sendiri di Siam dan akhir kesudahannya tidak diketahui.
Sultan Manzur Syah menggantikannya untuk menjadi raja Patani. Pada masa pemerintahannya, daerah Patani diserang dua kali berturut-turut oleh Palembang.
Namun, serangan itu akhirnya bisa digagalkan. Hubungan dengan wilayah Siam juga bisa diperbaiki dengan mengirimkan keputusan dari pimpinan Seri Agar.
Sepeninggalnya Sultan Manzur Syah, terjadilah kericuhan dalam negeri karena perebutan tahta. Tiga raja yang memerintah setelahnya adalah Sultan Patik Siam, Sultan Bahdur, dan Raja Bambang.
Mereka semua mati berturut-turut karena adanya suatu intrik. Selanjutnya, tibalah masa pemerintahan raja putri.
Raja Kuning ialah anggota dinasti Phaya Tu Kerub Mahajana terakhir. Selanjutnya, dinasti Kelantan menduduki tahta Kerajaan Patani.
Abstraksi
Cerita dalam Hikayat Patani diawali dengan Phaya Tu Kerub yang memimpin sebuah kerajaan di kota Maligai.
Ia digantikan oleh putranya yang bernama Phaya Tu Taqpa yang gemar berburu di hutan seperti halnya tokoh penting lainnya.
Orientasi
Cerita tersebut berlatar di kerajaan dan menceritakan tentang kehidupan kerajaan. Hikayat Patani sangat kental dengan unsur-unsur Islami karena mendeskripsikan tentang kondisi asli di daerah Patani.
Komplikasi
Komplikasi pada cerita hikayat Patani adalah Sultan Mudhaffar Syah mengkhianati sahabatnya sendiri, yakni Beracau.
Hal ini membuat Beracau harus meninggalkan istana dan diasingkan.
Evolusi
Berkat tindakan yang memicu salah paham, Sultan Mudhaffar Syah dan para pengiringnya bisa dikalahkan dan Beracau bisa kembali menduduki tahta kerajaan.
Adiknya yang bernama Manzur Syah pun pergi meninggalkan Siam, tetapi Mudhaffar tinggal sendiri di Siam dan akhir kesudahannya tidak diketahui.
Resolusi
Sultan Manzur Syah menggantikan kedudukan sebagai Raja Patani. Pada masa pemerintahannya, daerah Patani diserang dua kali berturut-turut oleh Palembang.
Namun, serangan itu bisa digagalkan dan hubungan dengan wilayah Siam bisa diperbaiki dengan mengirimkan keputusan dari pimpinan Seri Agar.
Koda
Jangan membunuh seseorang meskipun merasa dendam atau benci terhadapnya. Menghilangkan nyawa manusia adalah tindakan yang tercela dan tidak dibenarkan dalam ajaran apapun.
4. Hikayat Kerajaan Gandalika
Alkisah, berdirilah sebuah Kerajaan bernama Gandalika. Kerajaan ini adalah negeri yang sangat indah dan menawan. Tanahnya subur makmur dan masyarakatnya hidup tentram dan aman.
Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja bernama Baharuddin. Ia memiliki permaisuri yang cantik jelita bernama Salikah. Raja Baharuddin ialah seorang raja yang gagah perkasa.
Sahabat dan musuh-musuhnya pun sangat menghormatinya. Pedang yang diayunkannya membuat hati menjadi bergetar hebat.
Mata Raja Baharuddin nampak seperti elang yang melindungi anak-anaknya dari serangan musuh. Kakinya seperti kijang emas yang diincar para pemburu karena sangat kuat dan cepat.
Namun, ia memiliki kekurangan, yaitu belum memiliki keturunan. Permaisurinya sudah lama mereka menikah, namun Permaisuri Salikah belum kunjung dikaruniai oleh seorang putra.
Tetapi mereka masih belum mempunyai keturunan. Permaisuri menjadi berkecil hati dan meratapi nasibnya.
Suatu hari, Raja Baharuddin terbangun dan menunaikan sholat tahajud. Selepas itu, ia berdoa untuk diberikan seorang putra.
Raja Baharuddin bersujud sambil menahan air mata dan mengingat-ingat dosa yang pernah dilakukannya. hingga Allah memberikan hukuman yang begitu berat.
Apapun risikonya akan ia terima supaya mempunyai putra.
Abstraksi
Di suatu tempat, berdirilah kerajaan Gandalika yang sangat indah dan cantik. Rakyatnya hidup makmur karena tanah di kerajaan tersebut subur.
Kerajaan ini dikepalai oleh seorang raja yang bernama Baharuddin. Permaisuri Salikah adalah istrinya yang sangat cantik jelita.
Orientasi
Orientasi pada hikayat ini adalah berada di Kerajaan Gandalika. Latar waktu pada hikayat Kerajaan Gandalika tidak dijelaskan secara rinci.
Sedangkan suasana yang tergambar di dalamnya adalah ada penuh haru dan kesedihan karena Permaisuri tidak kunjung mendapat keturunan.
Komplikasi
Raja Baharuddin memiliki kekurangan, yakni belum memiliki anak. Padahal, pernikahannya dengan permaisuri telah berjalan cukup lama.
Evolusi
Meskipun belum juga dikaruniai keturunan, namun Raja Baharuddin senantiasa berdoa kepada Sang Pencipta agar segera mendapatkan momongan.
Resolusi
Setiap hari, ia selalu menjalankan sembahyang dan memohon ampunan kepada Tuhan. Berharap agar kali ini Tuhan mau mengabulkan permohonannya.
Koda
Apapun masalahnya, mengadu kepada Tuhan adalah hal yang wajib dilakukan. Sebab, hanya Tuhan yang mampu mengabulkan permohonan kita.
5. Hikayat Abu Nawas
Alkisah, di suatu negeri pernah terjadi perkara pelik yang melibatkan dua orang perempuan. Keduanya sama-sama mengaku sebagai ibu kandung dari seorang bayi mungil. Hakim yang biasa memutuskan perkara pun kali ini merasa sangat kebingungan, sebab bukti dan pengakuan yang diberikan kedua perempuan itu sama kuatnya. Karena bimbang, hakim akhirnya menghadap baginda raja untuk meminta bantuan.
Sang Raja turun tangan mencoba menyelesaikan masalah. Ia berharap salah satu perempuan mau mengalah demi kebaikan si bayi. Sayangnya, upaya itu tidak membuahkan hasil. Raja pun merasa putus asa dan akhirnya menunjuk Abu Nawas untuk mengambil alih perkara tersebut.
Namun, Abu Nawas tidak langsung memberi keputusan. Ia menunda sidang hingga hari berikutnya karena masih memikirkan cara yang tepat. Hari berikutnya, Abu Nawas hadir bersama algojo yang membawa sebilah pedang tajam. Ia meminta bayi diletakkan di atas meja, lalu berkata bahwa satu-satunya jalan keluar adalah dengan membelah bayi itu menjadi dua agar masing-masing perempuan mendapat bagian.
Mendengar ucapan itu, perempuan pertama langsung menyetujui. Sebaliknya, perempuan kedua menangis tersedu dan memohon agar bayi tidak disakiti. Ia bahkan rela menyerahkan haknya dan membiarkan bayi itu bersama perempuan pertama asalkan sang anak tetap hidup.
Melihat reaksi itu, Abu Nawas pun yakin bahwa perempuan kedua adalah ibu kandung sang bayi. Hanya seorang ibu sejati yang rela kehilangan segalanya demi keselamatan buah hatinya. Akhirnya bayi tersebut pun diserahkan pada perempuan kedua.
Abstraksi
Di suatu negeri, terjadi perkara antara dua perempuan yang sama-sama mengaku sebagai ibu dari seorang bayi. Perselisihan ini menimbulkan kebingungan bagi hakim.
Orientasi
Kisah ini terjadi di pengadilan kerajaan dengan latar suasana tegang, sebab nasib seorang bayi diperebutkan oleh dua orang perempuan. Hakim dan raja sama-sama berusaha mencari jalan keluar.
Komplikasi
Meski telah ditangani oleh hakim dan bahkan raja, masalah tidak juga menemukan titik terang. Kedua perempuan tetap bersikeras dengan pengakuannya masing-masing.
Evolusi
Raja kemudian menyerahkan perkara ini kepada Abu Nawas. Ia menunda sidang hingga esok hari untuk memikirkan cara menyelesaikan masalah.
Resolusi
Dengan kecerdikannya, Abu Nawas menghadirkan algojo dan mengancam untuk membelah bayi menjadi dua. Dari reaksi kedua perempuan, ia bisa mengetahui siapa ibu kandung yang sebenarnya.
Koda
Kisah ini mengajarkan bahwa kecerdikan dan kebijaksanaan sering kali lebih ampuh daripada kekuasaan. Kasih sayang seorang ibu sejati pun akan selalu terlihat dalam pengorbanannya.
6. Hikayat Bunga Kemuning
Alkisah, hiduplah seorang raja yang arif dan bijaksana. Ia mempunyai sepuluh orang putri yang semuanya berwajah elok. Sejak istrinya wafat setelah melahirkan anak bungsu, kesepuluh putrinya diasuh oleh pengasuh kerajaan. Dari semua putrinya, Puteri Kuning dikenal paling baik budi pekertinya dan berbeda dengan kakak-kakaknya.
Suatu ketika, sang raja hendak berangkat mengunjungi kerajaan sahabat demi menjaga persahabatan. Sebelum pergi, ia memanggil putri-putrinya untuk bertanya apa oleh-oleh yang mereka inginkan. Kesembilan kakaknya meminta benda mewah seperti perhiasan, sementara Puteri Kuning hanya berdoa agar ayahnya kembali dengan selamat.
Ketika sang raja meninggalkan istana, kesembilan putri semakin nakal hingga para pelayan kewalahan menghadapinya. Puteri Kuning berbeda, ia lebih suka merawat taman istana meskipun sering diejek kakaknya.
Setelah beberapa waktu, raja kembali. Hanya Puteri Kuning yang menyambutnya dengan penuh sukacita. Walau tidak meminta hadiah, raja tetap menghadiahkannya kalung batu hijau. Keesokan harinya, ketika semua putri menerima oleh-oleh, Puteri Hijau merasa iri melihat kalung Puteri Kuning. Ia meminta kalung itu, namun ditolak karena hadiah itu adalah pemberian langsung dari ayah mereka. Puteri Hijau pun memfitnah Puteri Kuning kepada kakak-kakaknya.
Pertengkaran pun tak terelakkan. Hingga akhirnya, Puteri Kuning meninggal akibat kekerasan kakak-kakaknya sendiri. Jasadnya dikuburkan secara tersembunyi. Raja memerintahkan semua pengawalnya untuk mencari sang putri bungsu, tetapi usaha itu sia-sia. Menyadari kesalahannya karena gagal mendidik putri-putrinya, raja murka dan mengasingkan kesembilan anaknya ke negeri seberang untuk belajar memperbaiki sikap.
Beberapa waktu kemudian, di atas makam Puteri Kuning tumbuhlah tanaman indah yang belum pernah dilihat raja sebelumnya. Daunnya hijau seperti kalung batu hijau, batangnya menyerupai jubah, dan bunganya berwarna putih kekuningan dengan aroma harum. Tanaman itu kemudian dinamai bunga kemuning. Sejak saat itu, bunga kemuning digunakan untuk wewangian rambut, sementara kulit kayunya bermanfaat untuk bedak penghalus wajah.
Abstraksi
Hidup seorang raja dengan sepuluh putri yang cantik jelita. Sang istri telah tiada, sehingga putri-putrinya diasuh pengasuh kerajaan. Puteri Kuning menjadi yang paling berbudi baik di antara saudaranya.
Orientasi
Latar cerita berada di istana kerajaan dengan suasana penuh iri hati dan kesedihan. Waktu tidak dijelaskan secara rinci, namun terlihat jelas adanya konflik keluarga kerajaan.
Komplikasi
Puteri Hijau iri pada kalung hadiah Raja kepada Puteri Kuning. Karena tidak diberi, ia memfitnah adiknya dan menghasut kakak-kakaknya. Pertengkaran besar pun pecah.
Evolusi
Puteri Kuning akhirnya wafat akibat perbuatan kakak-kakaknya sendiri. Raja menyesal karena gagal membimbing putrinya, lalu mengasingkan kesembilan putrinya ke negeri lain.
Resolusi
Di atas makam Puteri Kuning tumbuhlah tanaman baru yang cantik, harum, dan belum pernah ada sebelumnya. Raja menamainya bunga kemuning.
Koda
Dari kisah ini dapat diambil pelajaran bahwa kebaikan hati lebih berharga daripada harta benda. Rasa iri dan dengki hanya akan membawa pada kehancuran.
7. Hikayat Tiga Pengembara Lapar
Alkisah, ada tiga orang pengembara yang bernama Buyung, Kendi, dan Awang. Mereka melakukan perjalanan panjang hingga tiba di sebuah hutan. Di sana, mereka kelaparan karena bekal makanan sudah habis.
Dalam kondisi itu, Kendi dan Buyung mulai membual. Mereka mengaku bisa menghabiskan nasi sebanyak satu sekawah dan sepuluh ekor ayam sendirian. Berbeda dengan keduanya, Awang hanya berharap bisa mendapatkan sepiring nasi dengan sedikit lauk untuk sekadar mengisi perut.
Tanpa mereka sangka, muncul sebuah pohon ara ajaib yang bisa mendengar keinginan. Pohon itu menjatuhkan tiga helai daun. Ajaibnya, tiap daun berubah menjadi makanan sesuai dengan permintaan masing-masing.
Awang makan secukupnya dan segera berhenti ketika kenyang. Namun, Kendi dan Buyung terus melahap makanan mereka dengan rakus. Tak lama, Kendi menyerah karena terlalu kenyang, tapi makanan yang tersisa justru murka. Nasi yang tak termakan itu kemudian menggigit tubuh Kendi hingga binasa.
Buyung pun bernasib serupa. Ia hanya mampu menelan seekor ayam, lalu membuang sisa sembilan ayam ke semak-semak. Anehnya, ayam-ayam itu hidup kembali dan menyerangnya hingga tewas. Sementara itu, Awang hanya bisa tertegun menyaksikan kedua sahabatnya menemui ajal karena keserakahan mereka sendiri.
Abstraksi
Tiga pengembara lapar kehabisan bekal di hutan. Mereka membuat permintaan yang berbeda, lalu keajaiban pohon ara menjawab harapan mereka.
Orientasi
Cerita berlangsung di sebuah hutan, dalam suasana lapar dan putus asa. Tiga tokoh utama adalah Buyung, Kendi, dan Awang.
Komplikasi
Kendi dan Buyung meminta makanan dalam jumlah berlebihan, sementara Awang cukup mengambil secukupnya. Sikap tamak dua pengembara itu memicu masalah.
Evolusi
Awang makan sewajarnya, tetapi Buyung dan Kendi melahap berlebihan hingga makanan sisa yang mereka buang justru berbalik menyerang.
Resolusi
Kendi mati digigit nasi yang tidak termakan, Buyung tewas diserang sembilan ayam yang dibuangnya. Awang selamat karena tidak serakah.
Koda
Cerita ini mengajarkan bahwa keserakahan membawa celaka. Bersikap sederhana dan tahu batas adalah kunci keselamatan.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik pada Contoh Teks Hikayat
Berikut adalah unsur intrinsik dan Ekstrinsik hikayat sesuai dengan contoh teks hikayat yang telah dijelaskan di atas:
1. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat Si Miskin
- Tema: Tema pada Hikayat Si Miskin adalah kesabaran akan membuahkan kesuksesan. Perjalanan hidup yang banyak rintangan dan cobaan dapat dilalui dengan doa dan usaha tanpa henti.
- Alur: Alur maju, bisa terlihat dari awal, penulis menceritakan peristiwa tersebut secara runtut dari akar permasalahan sampai akhir.
- Tokoh
- Mara Karmah,
- Puteri Nila Kesuma,
- Pemilik kebun.
- Watak
- Mara Karmah memiliki sifat penyayang, pemberani, dan tekun
- Puteri Nila Kesuma memiliki sifat yang manja dan cengeng
- Pemilik kebun memiliki sifat yang pemarah dan ceroboh.
- Latar
- Latar tempat: Istana, gunung, hutan, dan dusun.
- Latar waktu: Pagi, siang, malam (tidak dijelaskan secara mendetail).
- Latar sosial: Menceritakan tentang kondisi tokoh yang penuh penderitaan.
- Sudut pandang: Sudut pandang pada Hikayat Si Miskin menggunakan sudut pandang orang ketiga.
- Alur: Hikayat ini menggunakan alur maju karena berorientasi pada masa depan.
- Amanat: Amanat yang terkandung dalam cerita ini adalah sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
- Unsur Ekstrinsik:
- Nilai sosial: Mengajarkan pentingnya kerja keras, doa, dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan hidup.
- Nilai moral: Kesabaran, ketekunan, dan keberanian akan membuahkan hasil yang baik; jangan mudah putus asa.
- Nilai budaya: Menggambarkan kehidupan masyarakat pada zaman dahulu, termasuk adat, interaksi sosial, dan hierarki kerajaan.
- Nilai religius/spiritual: Menunjukkan bahwa doa dan ketergantungan kepada Tuhan menjadi jalan untuk meraih kesuksesan dan perlindungan dalam menghadapi cobaan.
2. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat Dua Bersaudara
- Tema: Tema pada Hikayat Dua Bersaudara adalah tentang perebutan tahta antar saudara.
- Alur: Alur yang digunakan dalam hikayat ini adalah alur maju.
- Tokoh: Tokoh pada cerita ini adalah Raja Ahmad, Raja Muhammad, Merah Gaja, Putri Betong
- Watak
- Raja Ahmad: Baik, bersahaja
- Raja Muhammad: Baik, bersahaja
- Merah Gaja: Jahat
- Putri Betong: Baik, ramah
- Latar
- Latar tempat: Kerajaan Samudera Darul Islam
- Latar waktu: Pagi, siang, malam (tidak disebutkan secara jelas)
- Latar suasana: Tegang, penuh intrik, banyak terjadi pembunuhan.
- Sudut Pandang: Hikayat ini menggunakan sudut pandang orang ketiga.
- Alur: Alur yang digunakan pada hikayat Dua Bersaudara adalah alur maju.
- Amanat: Amanat yang terkandung dalam hikayat ini adalah jangan membunuh orang yang tidak berdosa.
- Unsur Ekstrinsik:
- Nilai sosial: Menggambarkan pentingnya persaudaraan, kejujuran, dan keadilan dalam kehidupan sosial, serta bahaya jika intrik dan kekuasaan menguasai hati seseorang.
- Nilai moral: Mengajarkan agar tidak melakukan kekerasan atau membunuh orang yang tidak bersalah, menghormati hak orang lain, dan menjaga hubungan keluarga.
- Nilai budaya: Memperlihatkan struktur kerajaan, adat istiadat, dan hubungan antara raja dengan rakyat di zaman dahulu.
- Nilai religius/spiritual: Mengingatkan bahwa kejahatan dan tindakan tidak adil akan menuai konsekuensi, sedangkan kebaikan dan kejujuran akan mendapatkan balasan yang setimpal.
3. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat Patani
- Tema: Tema pada cerita ini adalah perebutan tahta.
- Alur: Alur cerita pada Hikayat Patani menggunakan alur maju.
- Tokoh: Tokoh yang terdapat dalam cerita ini adalah Phaya Tu Kerub Mahajana, Phaya Tu Taqpa, Sultan Mudhaffar Sya. Sultan Patik Siam, dan Beracau.
- Watak
- Phaya Tu Kerub Mahajana: Tegas, berwibawa.
- Phaya Tu Taqpa: Penurut, Baik
- Sultan Mudaffar Sya: Baik dan adil
- Sultan Patik Siam: Bersikap semaunya sendiri
- Beracau: Tidak mudah terkalahkan
- Latar: Latar pada cerita ini adalah kerajaan.
- Sudut Pandang: Sudut pandang yang digunakan dalam Hikayat Patani adalah sudut pandang orang ketiga.
- Alur: Alur yang dipakai pada cerita ini adalah alur maju.
- Amanat: Jangan berebut tahta dengan cara saling membunuh karena itu perbuatan yang sangat buruk.
- Unsur Ekstrinsik:
- Nilai sosial: Menggambarkan hubungan antar penguasa, pentingnya kerja sama, dan akibat negatif dari perebutan kekuasaan yang tidak etis.
- Nilai moral: Menekankan bahwa perebutan tahta dengan cara kekerasan dan membunuh adalah tindakan tercela dan harus dihindari.
- Nilai budaya: Memperlihatkan struktur kerajaan, adat istiadat, dan kehidupan kerajaan di masa lalu, termasuk interaksi antara raja, pangeran, dan pejabat kerajaan.
- Nilai religius/spiritual: Menyiratkan bahwa tindakan jahat akan mendapatkan ganjaran, sementara perilaku adil dan bijaksana akan membawa kesejahteraan dan keharmonisan dalam kerajaan.
4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat Kerajaan Gandalika
- Tema: Tema pada hikayat Kerajaan Gandalika adalah tentang perjuangan mendapat seorang putra.
- Alur: Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju.
- Tokoh: Tokoh pada Hikayat Kerajaan Gandalika adalah Raja Baharuddin dan Salikah.
- Watak: Watak Raja Baharuddin adalah gagah perkasa, baik, berwibawa, dan sabar. Sedangkan Salikah berwatak sabar dan penuh kasih sayang.
- Latar: Latar pada cerita ini adalah kerajaan Gandalika
- Sudut Pandang: Sudut pandang yang digunakan dalam cerita ini adalah orang ketiga.
- Alur: Hikayat Kerajaan Gandalika menggunakan alur maju.
- Amanat:
- Amanat yang terkandung di dalam cerita ini adalah kita harus memiliki sikap pantang menyerah ketika menginginkan sesuatu.
- Jangan lupa sertakan Tuhan dalam setiap jalan hidup kita.
- Unsur Ekstrinsik:
- Nilai sosial: Menggambarkan hubungan harmonis antara raja dan permaisuri, serta pentingnya peran keluarga dan masyarakat dalam mendukung kepemimpinan.
- Nilai moral: Menekankan pentingnya kesabaran, ketekunan, dan doa dalam meraih keinginan hidup.
- Nilai budaya: Memperlihatkan adat dan tradisi kerajaan, termasuk peran raja, permaisuri, serta upacara keagamaan seperti sholat tahajud dan doa.
- Nilai religius/spiritual: Menunjukkan bahwa keberhasilan dan rezeki berasal dari Tuhan, sehingga manusia harus selalu berserah dan berdoa.
5. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat Abu Nawas
- Tema: Tema cerita ini adalah tentang kecerdikan dan keadilan dalam menyelesaikan masalah.
- Alur: Alur cerita menggunakan alur maju, dari munculnya kasus hingga Abu Nawas menyelesaikannya.
- Tokoh: Abu Nawas, dua perempuan yang memperebutkan bayi, raja, dan hakim.
- Watak:
- Abu Nawas: cerdas, bijaksana, adil.
- Perempuan pertama: egois, keras hati.
- Perempuan kedua: penyayang, rela berkorban.
- Raja: penasaran dan ingin membantu.
- Latar: Istana raja dan ruang sidang untuk kasus bayi.
- Sudut Pandang: Orang ketiga.
- Amanat:
- Kecerdikan dan akal sehat bisa membantu menyelesaikan masalah sulit.
- Ibu sejati adalah yang rela mengorbankan diri demi anaknya.
- Unsur Ekstrinsik:
- Nilai sosial: menekankan keadilan dan kepedulian terhadap anak.
- Nilai moral: pentingnya kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang orang tua.
6. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Bunga Kemuning
- Tema: Tema pada hikayat ini adalah tentang kebaikan hati, kesetiaan, dan akibat iri hati.
- Alur: Alur maju, dari kehidupan putri yang baik, konflik dengan kakak-kakaknya, hingga munculnya bunga kemuning sebagai simbol kenangan.
- Tokoh: Raja, Puteri Kuning, Puteri Hijau, kakak-kakak Puteri Kuning, pengasuh kerajaan.
- Watak:
- Puteri Kuning: baik, penyayang, rajin, rendah hati.
- Puteri Hijau: iri, cemburu, egois.
- Raja: bijaksana tetapi menyesal karena kurang mendidik putrinya.
- Latar: Kerajaan raja, taman, rumah istana, tanah kuburan Puteri Kuning.
- Sudut Pandang: Orang ketiga.
- Amanat:
- Kebaikan hati dan perilaku yang benar akan dikenang meski ada musibah.
- Iri hati dan keserakahan dapat mendatangkan malapetaka.
- Unsur Ekstrinsik:
- Nilai sosial: pendidikan dan pengawasan anak perlu diperhatikan.
- Nilai moral: kebaikan dan kesabaran membawa kebaikan, sedangkan iri hati merugikan.
- Nilai budaya: penggambaran bunga kemuning sebagai simbol keindahan dan kenangan.
7. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Tiga Pengembara Lapar
- Tema: Tema hikayat ini adalah tentang kesederhanaan, keserakahan, dan akibat dari perilaku rakus.
- Alur: Alur maju, dari perjalanan pengembara, menemukan pohon ajaib, hingga akibat keserakahan.
- Tokoh: Buyung, Kendi, Awang, pohon ara ajaib.
- Watak:
- Buyung dan Kendi: tamak, serakah, egois.
- Awang: sederhana, bijaksana, cukup dengan secukupnya.
- Latar: Hutan dan lokasi pohon ara ajaib.
- Sudut Pandang: Orang ketiga.
- Amanat:
- Keserakahan membawa kehancuran.
- Bersikap sederhana dan tahu batas adalah kunci keselamatan.
- Unsur Ekstrinsik:
- Nilai sosial: pentingnya mengatur keinginan dan perilaku makan.
- Nilai moral: kesederhanaan dan bijaksana lebih dihargai daripada keserakahan.
- Nilai budaya: penggunaan hikayat sebagai media untuk menanamkan pelajaran hidup kepada pembaca.
Penutup
Contoh teks hikayat dan unsur pentingnya di atas dapat menjadi buah pembelajaran yang berharga bagi masyarakat di masa kini.
Pastinya, akan selalu ada amanah atau pesan moral dari setiap contoh teks hikayat singkat beserta struktur yang terkandung di dalam hikayat. Semoga contoh teks hikayat ini bermanfaat. 😊✨
Referensi:
Hikayat [Daring]. Tautan: https://kbbi.web.id/hikayat
Hikayat Adalah: Pengertian, Ciri-ciri, Unsur, Struktur, dan Contoh [Daring]. Tautan: https://www.detik.com/bali/berita/d-6593509/hikayat-adalah-pengertian-ciri-ciri-unsur-struktur-dan-contoh
Mengenal Hikayat: Ciri, Unsur, Jenis, dan Tujuannya [Daring]. Tautan: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5806741/mengenal-hikayat-ciri-unsur-jenis-dan-tujuannya.
Hikayat: Pengertian, Karakteristik, Jenis, Bentuk dan Contoh [Daring]. Tautan: https://www.brainacademy.id/blog/teks-hikayat
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: