Contoh Tindakan Tradisional yang Sudah Menjadi Kebiasaan dan Turun Temurun di Indonesia
Contoh Tindakan Tradisional yang Sudah Menjadi Kebiasaan dan Turun Temurun di Indonesia – Tindakan tradisional merupakan bagian dari tindakan sosial.
Tindakan ini dilakukan karena apa yang dilakukan telah menjadi suatu tradisi karena dilakukan secara turun-temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Biasanya tindakan tradisional memiliki keterkaitan dengan berbagai bentuk budaya atau adat istiadat. Sehingga, segala tindakan tradisional selalu didasarkan pada budaya yang diterapkan oleh masyarakat.
Mengenal Tindakan Tradisional
Daftar Isi
Daftar Isi
Beberapa ahli mengatakan bahwa tindakan tradisional merupakan perilaku yang dilakukan karena kebiasaan yang diperoleh dari leluhur atau generasi sebelumnya tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.
Tindakan semacam ini biasanya dilakukan tanpa memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai apa alasan di balik mengikuti kebiasaan atau tradisi yang dilakukan pendahulunya.
Mereka melakukan tindakan tersebut sebatas mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Bagja Waluya dalam bukunya berjudul Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat menjelaskan bahwa tindakan tradisional dapat diartikan sebagai tindakan sosial yang tidak mengedepankan rasional, baik mengenai tujuan maupun mengenai cara pencapaian tujuan.
Tindakan tradisional dilakukan hanya berdasarkan pertimbangan kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan masyarakat.
Hal inilah yang akhirnya menjadi alasan utama mengapa tindakan tradisional dilakukan sampai sekarang, yakni karena kita sebagai generasi muda memiliki kewajiban melestarikan budaya yang terdapat dalam setiap tindakan tradisional.
Tindakan tradisional perlu dilakukan karena selain merupakan budaya yang sudah ada sejak masa nenek moyang.
Di sisi lain jika dilihat lebih mendalam dan teliti pada tindakan tradisional terdapat semacam pengetahuan mengenai cara manusia bersahabat dengan alam. Dimana pengetahuan ini sangat sayang apabila hilang termakan zaman.
Contoh Tindakan Tradisional dalam Masyarakat
Di bawah ini adalah beberapa contoh tindakan tradisional yang sampai sekarang masih dilakukan dalam kehidupan masyarakat di sekitar kita.
1. Tradisi Padusan
Contoh tindakan tradisional pertama adalah padusan. Tradisi padusan merupakan suatu tradisi yang dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan.
Tradisi ini biasanya dilakukan seminggu hingga sehari sebelum datangnya bulan ramadhan.
Di Jawa Tengah dan DIY masih banyak orang yang menjalankan padusan sebagai bentuk penghormatan menyambut datangnya bulan ramadhan.
Orang-orang yang melakukan tradisi ini kebanyakan mereka yang bergama muslim. Tujuan dilakukannya acara ini adalah untuk membersihkan diri dari segala kekotoran jasmani dan rohani.
Sehingga setelah jasmani dan rohaninya bersih akan membuat mereka yang melakukan lebih siap untuk menghadapi bulan ramadhan.
Tempat untuk melaksanakan tradisi bermacam-macam. Biasanya tempat favorit untuk menjalankan tradisi ini adalah sumber mata air yang masih terjaga.
2. Tradisi Ruwahan
Contoh tindakan tradisional berikutnya adalah ruwahan. Tradisi yang setiap menjelang datangnya bulan puasa ini tradisi ruwahan namanya.
Upacara ini sering juga disebut dengan istilah nyadran, yakni sebuah tradisi yang diadakan untuk kirim do’a kepada sanak saudara dan leluhur yang telah pulang ke alam keabadian.
Di beberapa tempat acara semacam ini diadakan di pemakaman umum tetapi ada pula yang menggelar tradisi ini di tempat yang diyakini bersemayamnya pepunden atau cikal bakal sebuah desa.
Selain disebut ruwahan tradisi ini juga sering disebut dengan sadranan. Tentang rangkaian acara dan tata cara pelaksanaannya pun hampir sama.
Tujuan dilangsungkannya tradisi ini selain untuk mengenang dan mendoakan sanak keluarga yang telah meninggal.
Juga dipakai sebagai sarana untuk menguatkan tali silaturahmi. Baik kedekatan dengan anggota keluarga maupun kedekatan dengan tetangga sekitar.
3. Tradisi Julungan
Tradisi Julungan merupakan sebuah tradisi yang selalu digelar oleh masyarakat desa Kalisoro, tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Tradisi ini selalu digelar pada hari selasa kliwon, pada wuku julungwangi pada setiap tahunnya.
Tujuan dilaksanakannya tradisi ini selain sebagai wujud rasa syukur dan tolak bala. Juga digunakan untuk membangun nilai kebersamaan yang ada di dalam masyarakat pedesaan.
Sebagaimana upacara adat pada umumnya tradisi julungan ini sendiri juga tidak terlepas dari adanya sesaji. Jumlah sesaji yang ada dalam upacara ini kurang lebih sebanyak 40 macam. Dan sesaji sejumlah ini harus lengkap.
Jika sampai ada sesaji yang kurang selain dipercaya mengurangi keberkahan dari tradisi ini sendiri, juga dikhawatirkan akan mendatangkan hal yang kurang baik bagi warga desa.
Untuk menghindari kurang lengkapnya sesaji dalam tradisi tersebut.
Maka dalam memasak sesaji yang akan digunakan dalam upacara tradisi julungan ini harus dimasak oleh orang-orang khusus.
Sampai saat ini di desa kalisoro ada sepuluh orang yang dipercaya memasak sesaji yang harus ada dalam upacara julungan itu sendiri.
4. Tradisi Sebaran Apem
Contoh tindakan tradisional berikutnya ini cukup menarik, yakni sebaran apem.
Tradisi sebaran apem yang dilakukan di desa Padokan, Juwiring, Klaten ini merupakan acara tahunan yang berlangsung secara turun-temurun.
Tidak ada catatan pasti kapan acara ini dilaksanakan. Hanya saja dari cerita yang berhembus dari masyarakat acara ini sudah ada semenjak ratusan tahun silam.
Acara sebaran apem ini bukan semata-mata merupakan acara tahunan yang dilaksanakan untuk menyambut datangnya tahun baru dalam sistem penanggalan Jawa.
Di dalam acara ini tersimpan sebuah pesan yang harus dimaknai oleh setiap lapisan masyarakat khususnya masyarakat Padokan dalam menyambut tahun baru Jawa.
Pesan yang dibalut dengan digelarnya acara tradisi sebaran apem ini adalah agar masyarakat mau intropeksi diri.
Sehingga, kedepannya masyarakat bisa menjadi pribadi baru yang lebih baik dibandingkan dengan tahun yang lalu.
Apem yang disebar dalam acara tradisi ini adalah gambaran dari permintaan maaf terhadap segala kesalahan yang telah diperbuat.
Pelaksanaan acara sebaran apem ini sendiri adalah setiap malam jum’at petama setiap bulan sura/muharram.
5. Tradisi Wahyu Kliyu
Tradisi yang disebut dengan wahyu kliyu ini adalah sebuah upacara tradisi berupa sebaran apem goreng.
Meskipun demikian, tradisi sebaran apem ini berbeda dengan sebaran apem lainnya, baik itu dilihat dari bentuk apem yang digunakan dan waktu pelaksanaannya.
Bila umumnya apem yang digunakan dalam sebaran apem ini terbilang cukup besar.
Namun, tidak halnya dengan apem yang digunakan dalam upacara wahyu kliyu ini. Apem yang digunakan untuk tradisi wahyu kliyu ini memiliki ukuran sebesar mata uang gobang.
Selain itu jika kebanyakan tradisi sebaran apem ini dilakukan pada sore atau siang hari. Hal yang sebaliknya justru terjadi dalam pelaksanaan sebaran apem yang ada di dukuh Kendal, Jatipuro, Karanganyar ini.
Sebaran apem disini baru dilaksanakan saat tengah malam. Dan selama waktu menunjukkan tengah malam atau lebih maka, sebaran apem belum dilaksanakan.
Meski tradisi ini dilaksanakan pada saat tengah malam. Tetapi hal ini tidak menjadi suatu masalah bagi para penduduk yang sampai detik ini masih melestarikan tradisi dari leluhurnya tersebut.
Tujuan dilangsungkannya tradisi ini adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan sekaligus permohonan kepada Tuhan agar dijauhkan dari segala marabahaya.
Demikianlah contoh tindakan tradisional yang hingga sekarang masih sering dilakukan. Semoga melalui artikel ini membuat kamu semakin mencintai kekayaan bangsamu sendiri.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: