Memahami Elastisitas Permintaan dan Penawaran beserta Faktor yang Mempengaruhinya
Memahami Elastisitas Permintaan dan Penawaran beserta Faktor yang Mempengaruhinya – Apakah kamu pernah berpikir mengapa harga cabai bisa melonjak tinggi saat musim hujan? Atau kenapa pas ada promo diskon besar-besaran, orang-orang langsung heboh belanja, bahkan untuk barang yang tidak terlalu dibutuhkan?
Konsep elastisitas permintaan dan penawaran membantu kamu memahami bagaimana konsumen dan produsen bereaksi saat harga berubah. Dari situ, kamu bisa tahu mengapa orang tetap beli meskipun harga naik atau sebaliknya.
Nah, agar tidak semakin bingung, yuk Mamikos akan membahas elastisitas permintaan dan penawaran ini dari awal. Selain itu juga akan kulik faktor-faktor yang mempengaruhinya, lengkap dengan contoh sehari-hari yang relatable banget. 📈 💰 🏦
Apa Itu Elastisitas Permintaan dan Penawaran?
Daftar Isi
Daftar Isi
Secara sederhana, elastisitas dalam ekonomi adalah ukuran seberapa responsif suatu variabel terhadap perubahan variabel lain. Dalam hal ini, bicara soal dua hal utama:
- Elastisitas Permintaan: Seberapa besar perubahan jumlah barang yang diminta oleh konsumen saat harga barang tersebut berubah.
- Elastisitas Penawaran: Seberapa besar perubahan jumlah barang yang ditawarkan produsen ketika harga barang berubah.
Contoh gampangnya gini. Misalnya, harga kopi naik 10%, terus kamu jadi membeli kopi lebih sedikit, misalnya turun 20%. Nah, permintaan kopi kamu itu disebut elastis, karena perubahan jumlah yang kamu beli lebih besar daripada perubahan harganya.
Kenapa Elastisitas Itu Penting?
Elastisitas ini penting untuk berbagai pihak seperti berikut:
- Pengusaha bisa tahu apakah menaikkan harga akan meningkatkan keuntungan atau justru membuat pelanggan kabur.
- Pemerintah bisa menghitung dampak dari kebijakan pajak atau subsidi.
- Kamu sebagai konsumen juga bisa lebih paham soal perilaku belanja dan kenapa harga-harga bisa berubah.
Selain itu, elastisitas juga penting dalam dunia pendidikan dan riset ekonomi.
Para akademisi dan analis ekonomi sering menggunakan data elastisitas untuk membuat prediksi pasar, mengevaluasi dampak kebijakan tertentu, atau memberikan rekomendasi kepada lembaga-lembaga besar.
Adanya elastisitas, mereka bisa membuat simulasi yang lebih akurat tentang bagaimana pasar akan bereaksi terhadap berbagai skenario, mulai dari kenaikan harga, kelangkaan barang, sampai perubahan tren konsumsi.
Jenis-jenis Elastisitas Permintaan
Yuk, Mamikos akan bahas satu-satu jenis elastisitas permintaan. Tujuannya agar kamu tahu kapan permintaan itu dibilang elastis atau tidak.
1. Permintaan Elastis (Elastic Demand)
Artinya, perubahan kecil dalam harga bisa menyebabkan perubahan besar dalam jumlah barang yang diminta.
Contohnya: Barang-barang mewah seperti gadget terbaru, tas branded, atau mobil sport. Kalau harganya naik sedikit, banyak orang yang langsung batal beli.
Biasanya, barang-barang dengan permintaan elastis bukanlah kebutuhan mendesak, sehingga konsumen memiliki banyak pilihan atau bahkan bisa menunda pembelian.
Bisa juga ini menjadi alasan mengapa produsen barang mewah sering bermain di strategi harga dan promosi, karena sedikit perubahan bisa berdampak besar terhadap jumlah penjualan.
2. Permintaan Inelastis (Inelastic Demand)
Kalau ini kebalikannya. Perubahan harga tidak terlalu mempengaruhi jumlah barang yang diminta.
Contohnya: Barang kebutuhan pokok kayak beras, obat, atau BBM. Mau harga naik atau turun, orang tetap butuh dan beli.
Karena barang-barang ini bersifat esensial, konsumen tetap akan membelinya meskipun harganya naik.
Jika ada kasus seperti ini, produsen atau pemerintah biasanya lebih hati-hati saat mengatur harga, karena permintaannya tidak akan turun drastis, tapi bisa berdampak pada daya beli masyarakat secara keseluruhan.
3. Permintaan Unit Elastis (Unitary Elastic Demand)
Perubahan harga sebesar X% menyebabkan perubahan jumlah permintaan sebesar X% juga. Kasus seperti ini agak jarang ditemui dalam dunia nyata, tapi secara teori tetap ada.
Biasanya, permintaan jenis ini terjadi pada produk dengan alternatif terbatas namun tidak terlalu esensial. Total pendapatan penjual tetap stabil meskipun harga berubah, karena penurunan dalam kuantitas terjual diimbangi oleh kenaikan harga (dan sebaliknya).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan
Nah, elastisitas permintaan itu tidak berdiri sendiri. Ada beberapa hal yang memengaruhinya. Yuk mari bahas satu per satu!
1. Ketersediaan Barang Substitusi
Semakin banyak pengganti suatu barang, semakin elastis permintaannya. Barang yang memiliki banyak substitusi membuat konsumen lebih fleksibel dalam memilih.
Saat harga satu barang naik, konsumen bisa beralih ke alternatif yang lebih murah tanpa mengorbankan kebutuhan. Inilah kenapa produk dengan banyak pesaing di pasar sering mengalami permintaan yang elastis, karena konsumen bisa berpaling ke produk lain.
Misalnya: Kalau harga teh naik, orang bisa pindah minum kopi. Tapi kalau air putih yang naik, agak susah cari gantinya, kan?
2. Kebutuhan vs Keinginan
Barang kebutuhan biasanya permintaannya inelastis, sementara barang keinginan cenderung elastis. Produk kebutuhan adalah barang-barang yang memang harus dipenuhi sehari-hari, jadi permintaannya tidak akan banyak berubah meskipun harganya fluktuatif.
Sementara itu, barang keinginan lebih mudah dikorbankan karena tidak berpengaruh langsung pada kehidupan sehari-hari, sehingga perubahan harga sangat memengaruhi keputusan membeli.
Contoh: Harga beras naik, kamu tetap beli. Tapi harga tiket konser naik, mungkin kamu berpikir dua kali.
3. Persentase Pengeluaran Terhadap Pendapatan
Kalau barang mengambil porsi besar dari pengeluaran, biasanya kamu lebih sensitif sama perubahan harganya. Ketika sebuah barang menyedot sebagian besar dari penghasilan bulanan, maka sedikit perubahan harga bisa terasa signifikan di kantong.
Tentu saja ini membuat permintaan menjadi lebih elastis, karena konsumen akan cenderung menunda pembelian, mencari diskon, atau memilih alternatif lain yang lebih terjangkau.
Contoh: Harga motor naik 5 juta jelas lebih membuat mikir daripada harga sabun naik seribu.
4. Jangka Waktu
Untuk jangka pendek, permintaan biasanya lebih inelastis. Tapi dalam jangka panjang, orang bisa adaptasi.
Orang belum sempat beradaptasi atau mengubah gaya hidup, jadi cenderung tetap membeli meskipun harga naik.
Namun, jika harga tinggi bertahan lama, konsumen akan mencari solusi alternatif yang lebih hemat, seperti berpindah ke kendaraan listrik, sepeda, atau bahkan beralih ke pola hidup yang lebih ramah lingkungan.
Contoh: Harga BBM naik, awalnya tetap beli. Tapi lama-lama bisa pindah ke transportasi umum.
Jenis-jenis Elastisitas Penawaran
Jika tadi dari sisi konsumen, sekarang akan membahas dari sisi produsen, yaitu elastisitas penawaran. Ada apa saja?
1. Penawaran Elastis (Elastic Supply)
Artinya, produsen bisa dengan cepat menambah jumlah barang yang ditawarkan saat harga naik.
Biasanya ini terjadi di industri yang proses produksinya mudah diatur. Misal: Barang kerajinan tangan atau makanan ringan.
Jika permintaan tiba-tiba melonjak, produsen tinggal tambah bahan baku dan tenaga kerja untuk produksi lebih banyak.
2. Penawaran Inelastis (Inelastic Supply)
Produsen tidak bisa langsung menambah produksi walaupun harga naik. Alasannya karena proses produksi membutuhkan waktu, proses alam, atau sumber daya tertentu yang tidak bisa dipercepat.
Contohnya: Produk pertanian seperti padi atau cabai. Tidak bisa tiba-tiba panen lebih cepat hanya karena harga naik.
3. Penawaran Unit Elastis
Sama seperti permintaan, di sini perubahan harga 1% menyebabkan perubahan jumlah penawaran sebesar 1%.
Meski jarang terjadi dalam dunia nyata, konsep ini tetap penting buat analisis dan pemodelan ekonomi secara teori.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran
Sekarang, Mamikos akan membahas faktor-faktor yang membuat penawaran bisa elastis atau tidak.
1. Waktu Produksi
Semakin cepat barang bisa diproduksi, semakin elastis penawarannya.
Misal: Produsen makanan cepat saji bisa langsung masak lebih banyak kalau permintaan naik.
2. Ketersediaan Faktor Produksi
Kalau bahan baku dan tenaga kerja mudah diperoleh, produsen bisa cepat menyesuaikan jumlah produksinya.
3. Kapasitas Produksi
Pabrik dengan kapasitas besar dan fleksibel biasanya lebih mudah menambah produksi saat harga naik.
4. Kemampuan Menyimpan Barang
Barang yang bisa disimpan lama (seperti beras atau gula) bisa ditahan sampai harga naik.
Contoh Kasus Nyata
Kasus 1: Harga Minyak Goreng Naik
Beberapa waktu lalu harga minyak goreng sempat melonjak tinggi. Permintaannya cenderung inelastis karena kebutuhan pokok. Tapi karena produsen butuh waktu untuk menyesuaikan produksi (dan kadang bahan bakunya impor), penawarannya juga jadi inelastis.
Kasus 2: Diskon Gila-Gilaan E-Commerce
Saat ada promo besar, seperti Harbolnas, permintaan jadi sangat elastis. Harga turun sedikit saja bisa membuat orang belanja banyak. E-commerce pun biasanya sudah siap dengan stok yang banyak, jadi penawarannya juga cukup elastis.
Kenapa Pemerintah Harus Paham Elastisitas?
Pemerintah sering membuat kebijakan harga, pajak, dan subsidi. Kalau tidak paham elastisitas, kebijakan yang dibuat bisa jadi blunder.
Contoh: Kalau pemerintah menaikan pajak rokok (barang inelastis), hasil pajaknya besar karena orang tetap beli. Tapi kalau pajak ditaruh di barang elastis (seperti gadget), bisa-bisa penjualannya anjlok dan pajak yang dikumpulkan justru kecil.
Tips Memahami Elastisitas Buat Pemilik Usaha Kecil
Kalau kamu memiliki usaha kecil, memahami elastisitas bisa bantu banget dalam mengambil keputusan. Nih beberapa tipsnya:
- Amati perilaku konsumen saat harga berubah: Apakah mereka tetap beli atau justru mundur?
- Uji coba promosi: Lihat apakah diskon kecil bisa menaikkan penjualan drastis. Kalau iya, berarti produkmu cukup elastis
- Pertimbangkan diversifikasi produk: Sediakan juga barang substitusi kalau bisa.
- Gunakan data penjualan untuk evaluasi: Kamu bisa tahu produk mana yang permintaannya elastis dan mana yang tidak.
Penutup
Elastisitas permintaan dan penawaran mungkin terdengar rumit di awal, tapi sebenarnya konsepnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Mulai dari belanja kebutuhan harian, promo di e-commerce, sampai kebijakan pemerintah, semuanya berkaitan dengan elastisitas.
Adanya pemahaman konsep ini, kamu bisa:
- Lebih bijak dalam belanja
- Lebih strategis dalam menjalankan usaha
- Lebih kritis dalam menilai kebijakan ekonomi
Semoga penjelasan ini bisa menjadi bekal kamu untuk semakin paham dunia ekonomi, ya! Dan jangan kaget kalau suatu hari nanti kamu jadi jago ngobrol soal ekonomi pasar seperti ahli ekonom, karena semuanya dimulai dari paham konsep dasarnya dulu.
Referensi:
Jenis Elastisitas Permintaan dan Penawaran, Faktor, & Contoh Soal [Daring]. Tautan: https://tirto.id/jenis-jenis-elastisitas-permintaan-dan-penawaran-beserta-faktornya-glwV
Elastisitas Permintaan: Pengertian, Manfaat, dan Implementasi dalam Bisnis [Daring]. Tautan: https://www.jurnal.id/id/blog/elastisitas-permintaan/
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: