7 Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial Beserta Contohnya di Indonesia
7 Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial Beserta Contohnya di Indonesia – Pernah mendengar istilah ‘integrasi sosial’ saat mempelajari ilmu sosiologi?
Ya, integrasi sosial memiliki keterkaitan yang erat dengan hubungan antar individu dalam sebuah masyarakat. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai integrasi sosial.
Banyaknya perbedaan budaya yang ada di Indonesia tidak jarang menyebabkan bentrok dan konflik antar individu ataupun kelompok. Dalam hal ini, multikulturalisme menjadi penyebab terjadinya dominansi budaya ataupun perpecahan.
Untuk menghindari hal tersebut, maka ada yang dikenal dengan istilah integrasi sosial. Usaha penguatan integrasi sosial ini perlu dilakukan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan masyarakat Indonesia.
Pengertian Integrasi Sosial
Daftar Isi
Daftar Isi
Ditinjau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, integrasi memiliki arti pembauran sesuatu yang tertentu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat.
Integrasi dapat dikatakan juga sebagai menyatu, menyesuaikan, melebur jadi satu atau masuk ke dalam.
Jadi, pengertian integrasi sosial ini adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam sebuah masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan.
Unsur-unsur yang berusaha diintegrasikan tersebut bisa berupa bahasa, ras, etnis, norma, nilai, kebiasaan, dan kedudukan sosial.
Integrasi sosial adalah serangkaian proses sosial maupun interaksi sosial terhadap semua kelompok ras dan etnis yang bisa menyatu untuk menunjang kehidupan budaya dan ekonomi.
Syarat Terjadinya Integrasi Sosial
Menurut William F Ogburn dan Mayer Nimkoff, beberapa syarat dalam pembentukan sebuah integrasi sosial antara lain adalah sebagai berikut:
- Anggota dalam masyarakat masing-masing merasa bahwa kebutuhan mereka bisa terisi. Mereka merasa bahwa kebutuhan fisik maupun sosial sudah bisa terpenuhi dengan adalah sistem sosial yang berlaku. Dengan perasaaan seperti itu, mereka menjadi saling menjaga integrasi satu sama lain.
- Adanya kesepakatan yang berhasil dibuat oleh masyarakat secara bersama. Kesepakatan tersebut mencakup norma maupun nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pegangan untuk melakukan interaksi satu sama lainnya. Isinya dapat berupa larangan-larangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat.
- Norma dan nilai sosial berlaku lama dan tidak berubah-ubah. Selain itu, keberadaannya dijalankan secara konsisten oleh semua masyarakat yang tergabung.
Bentuk-bentuk Integrasi Sosial
Integrasi sosial dibedakan menjadi tiga macam bentuk, yakni sebagai berikut:
1. Integrasi Normatif
Integrasi normatif merupakan bentuk yang terjadi karena adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Norma yang dimaksud adalah sesuatu yang dapat mempersatukan sebuah kelompok masyarakat.
Contoh norma yang ada di Indonesia adalah slogan Bhinneka Tunggal Ika yang membuat masyarakat merasa harus terus menyatu selama slogan tersebut masih diakui.
Norma tersebut pun memberi arti bahwa masyarakat harus saling menghargai perbedaan yang ada supaya tetap menjadi masyarakat yang utuh.
2. Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena adanya fungsi-fungsi yang berjalan di tengah masyarakat.
Fungsi-fungsi ini dapat mempertahankan integrasi yang ada karena pada dasarnya semua anggota masyarakat saling tergantung satu sama lainnya.
Fungsi ini bisa terlihat dari keragaman suku yang ada di Indonesia. Misalnya keberadaan suku Bugis memiliki fungsi sebagai pengelola sumber daya alam hasil laut sedangkan suku Minang merupakan penjual yang memasarkan hasil laut tersebut. Keduanya memiliki fungsi masing-masing sesuai suku namun tetap menyatu.
3. Integrasi Koersif
Integrasi koersif ini didasarkan atas kekuasaan milik pemimpin. Dalam hal ini, saat pemimpin menerapkan sistem koersif atau kekerasan, maka hal itu harus ditegakkan.
Contohnya adalah pada saat terjadi ricuh atau tawuran akibat kenakalan remaja. Melihat situasi tersebut penguasa di sana atau kepolisian harus menembakkan gas air mata untuk menghentikan kerusuhan.
Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial
Faktor-faktor pendorong integrasi sosial antara lain adalah:
- Toleransi antar kelompok yang berbeda, contohnya umat Muslim dan Kristen saling menghargai hari raya agama masing-masing.
- Latar belakang kebudayaan atau ekonomi, contohnya kelompok masyarakat yang terdiri dari dua suku akan lebih cepat menyatu dibandingkan terdiri dari banyak suku karena membutuhkan waktu yang lama.
- Sikap saling menghargai antar anggota masyarakat, contohnya saat sebuah keluarga mengadakan hajatan, maka warga lainnya menghargai keramaian yang ada meskipun pada hari tersebut mengganggu suasana istirahat.
- Sikap terbuka dari kelompok yang dominan, contohnya umat Muslim yang dominan di Indonesia tidak membatasi umat Kristen untuk melakukan perayaan hari natal di tempat umum.
- Persamaan unsur kebudayaan, contohnya kelompok masyarakat yang isinya terdiri dari suku Jawa semua maka akan mendorong terciptanya integrasi sosial.
- Perkawinan, contohnya pada pasangan Sunda dan Jawa dimana mereka dari dua orang kemudian menyatukan dua keluarga.
- Adanya musuh dari luar kelompok, contohnya ketika Papua diserang oleh Papua Nugini, maka kesatuan warga Papua akan semakin kuat untuk melawan musuh.
Faktor-faktor Pendorong Cepat atau Lambatnya Proses Integrasi Sosial
Dalam terciptanya sebuah integrasi sosial, terdapat beberapa faktor yang mempercepat atau memperlambat yakni:
1. Homogenitas Kelompok
Homogenitas kelompok menunjukkan tingkat kemajemukan sebuah kelompok masyarakat. Semakin kemajemukan atau perbedaannya rendah, maka akan semakin mudah dan cepat tercapai integrasi sosial tersebut.
Sebaliknya, di saat kondisi masyarakat sangat majemuk, maka integrasi akan lebih sulit tercapai karena akan banyak perbedaan yang saling bergesekan dan membutuhkan kompromi yang lebih panjang.
null
2. Tingkat Besar atau Kecilnya Kelompok
Semakin kecil sebuah kelompok, maka tingkat kemajemukannya akan semakin rendah. Hal tersebut mendorong integrasi sosial akan tercapai lebih mudah.
Selain itu, dalam sebuah kelompok kecil, interaksi yang terjadi dapat dilakukan lebih intens sehingga saat terdapat perbedaan kebudayaan, hal itu dapat dikomunikasikan lebih cepat.
3. Mobilitas Geografis
Mobilitas berarti tingkat keluar masuk anggota dalam sebuah kelompok. Semakin sering anggota melakukan mobilitas dan tidak menetap, maka akan semakin sulit terciptanya integrasi sosial.
Sebaliknya, semakin rendah mobilitas maka ketahanan seseorang dalam kelompok tersebut akan semakin mudah menciptakan integrasi sosial.
4. Efektivitas Komunikasi
Efektivitas komunikasi adalah tingkat komunikasi yang terjadi dalam sebuah kelompok.
Semakin efektif komunikasi komunikasi dalam sebuah kelompok, maka semakin mudah juga terciptanya integrasi sosial.
Dengan komunikasi, anggota dapat saling terbuka satu sama lain dan pemerataan informasi bisa diterima oleh semua anggota sehingga proses integrasi sosial lebih cepat terwujud.
Namun jika komunikasi buruk, maka integrasi akan menjadi sulit untuk dicapai.
Nah, itulah pembahasan rinci mengenai faktor-faktor pendorong integrasi sosial. Dari ulasan di atas, tentu dapat menambah wawasan kamu. Semoga bermanfaat.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idaman mu: