7 Judul Novel Bahasa Jawa dan Nama Pengarangnya Lengkap
Sama halnya dengan dunia sastra Indonesia. Dalam sastra Jawa pun terdapat sastra bergenre novel. Hanya saja genre novel berbahasa Jawa ini dapat dikatakan sebagai genre sastra termuda dalam dunia sastra Jawa.
Hal yang menjadi penyebabnya adalah dari sejumlah sumber yang dikumpulkan Mamikos, genre novel dalam sastra Jawa pertama kali muncul di tahun 1900-an.
Beberapa judul novel bahasa Jawa diperkirakan muncul setelah kemunculan geguritan yang dituliskan dengan menggunakan bahasa Jawa modern. 📖✨
Daftar Isi
Daftar Isi
Unsur-unsur di dalam Novel Berbahasa Jawa
Unsur-unsur yang ada dalam novel berbahasa Jawa sangat mirip dengan novel berbahasa Indonesia.
Di antara keduanya yang menjadi pembeda hanya sebatas bahasa yang dipakai untuk menuliskannya saja.
Inilah 7 Judul Novel Bahasa Jawa
Sejauh ini ada puluhan atau bahkan ratusan judul novel berbahasa Jawa. Semakin tahun bertambah, novel bahasa Jawa juga ikut bertambah.
Hal ini menandakan bahwa sastra Jawa belum mati, hanya saja kurang diperhatikan masyarakat awam. Sebagai informasi, di bawah ini adalah beberapa judul novel bahasa Jawa.
1. Pulung Gantung Tali Pati
Judul novel bahasa Jawa dengan Pulung Gantung Tali Pati ini merupakan hasil karya dari salah satu sastrawan besar yang menulis dalam dua bahasa yakni Iman Budhi Santosa.
Dalam dunia sastra baik sastra Jawa maupun sastra Indonesia peran sosok Iman Budhi Santosa tidak perlu lagi diragukan.
Telah banyak buku dengan berbagai genre yang telah dihasilkannya. Beliau termasuk salah seorang guru yang turut membesarkan sastrawan-sastrawan tanah air.
Dalam novel ini Iman Budhi Santosa mengisahkan tentang seorang wartawan perempuan yang mencoba melakukan penelitian mengenai misteri pulung gantung yang sering terjadi di daerah Gunung Kidul.
Berbagai peristiwa dan khasanah pengetahuan tentang penyebab pulung gantung yang tidak melulu berkaitan dengan dunia gaib membuat novel ini sangat menarik untuk dibaca.
Riset mendalam yang dilakukan penulis sebelum menuliskan novel ini membuat banyak pengetahuan baru yang dapat diperoleh pembaca setelah membaca novel ini.
Penggunaan diksi dan gaya bertutur yang mengesankan membuat pembaca seolah-olah merasakan dan melihat peristiwa yang dihadapi dan ditemui para tokoh dalam novel ini.
Tak hanya itu novel yang terbit di tahun 2019 yang lalu ini pernah menyabet nominasi sebagai salah satu novel terbaik dalam sayembara penulisan novel yang diadakan Dinas Kebudayaan Yogyakarta.
Melalui novel ini kita dapat belajar bahwa bunuh diri merupakan salah satu misteri terbesar yang senantiasa harus dihindari manusia.
2. Pupus kang Pepes
Novel berbahasa jawa ini mengisahkan tentang lika-liku kehidupan dan banyaknya permasalahan hidup yang harus dialami oleh seorang dosen muda.
Meski secara kasat mata dosen muda ini memiliki kehidupan yang diidamkan banyak orang, yakni punya keluarga lengkap ditambah karir yang gemilang.
Namun, hal ini rupanya tidak membuat dosen muda tenang dan senang hatinya. Banyaknya permasalah hidup yang dihadapinya membuatnya merasa bahwa dirinya merupakan lelaki yang tidak beruntung di dunia.
Karirnya yang mencorong di kampus tempatnya mengajar membuat banyak senior yang merasa iri dan takut tersaingi.
Berbagai cara dilakukan senior tempat kerjanya menjatuhkan reputasi dosen muda ini. Mulai dari tuduhan memalsukan makalah hingga menuduhnya selingkuhan dengan rekan dan mahasiswanya sendiri.
Selain itu masalah dari dalam keluarga juga membuat hati dosen muda ini kian teriris. Ia ditinggal selingkuh oleh istri yang sangat dicintainya.
Banyaknya permasalah yang dialaminya membuat dosen muda ini gelap mata dan memutuskan memilih jalan singkat untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapinya.
Piawai dalam Tulisan
Kepiawaian penulis dalam menciptakan berbagai konflik yang dialami tokoh-tokoh dalam novel ini telah mengantarkan novel ini menyabet anugrah sastra yang bergengsi.
Dengan membaca novel ini akan membuka cakrawala pengetahuan baru bagi kita bahwa ada kalanya yang terlihat tidaklah seperti yang kita bayangkan.
Jalinan kata-kata yang menarik dengan pemilihan bahasa yang lugas membuat novel ini terasa hidup dan mampu membuat pembaca merasakan kesedihan yang dialami tokoh utama.
Novel ini merupakan karya Suharmono Kasiyun, salah seorang sastrawan Jawa yang berasal dari Ponorogo dan pernah menjadi dosen di Universitas Negeri Surabaya.
Dalam dunia sastra Jawa, peran Suharmono Kasiyun sangatlah besar. Selain menghasilkan ratusan karya yang telah termuat dalam berbagai media cetak.
Ia juga turut mencetak penulis-penulis muda yang aktif menjaga lestarinya sastra Jawa di era modern. Beberapa buku karya sastra baik yang bergenre antologi cerkak, antologi geguritan, dan novel telah dihasilkannya.
Berkat ketekunan dan keseriusannya dalam menjaga sekaligus menciptakan karya-karya sastra yang bermutu membuatnya pernah dianugrahi anugrah Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur.
3. Carang-carang Garing
Karya sastra ini merupakan karya dari sastrawan Tulungagung bernama asli Suwignyo Adi atau yang dalam dunia sastra lebih sering memakai nama pena Tiwiek S.A.
Ketulusan dan keseriusan Tiwiek S.A dalam menjaga dan menyemai bibit-bibit baru yang ikut menjaga kelestarian Jawa tidak perlu diragukan.
Berpuluh-puluh tahun hidupnya bahkan hingga akhir hayatnya digunakan untuk menjaga kelestarian sastra Jawa.
Sudah tak terhitung lagi karya yang telah dihasilkannya. Belasan novel dan berpuluh-puluh cerkak telah dihasilkannya.
Berkat dedikasinya yang besar dalam menjaga kelestarian Jawa. bukanlah suatu hal yang mengherankan apabila banyak penghargaan yang telah diraihnya.
Carang-carang Garing merupakan salah satu karya Tiwiek S.A yang memotret tentang kemisikinan yang kadang kala dapat merubah perangai seseorang.
Tiwiek, SA memakai kisah pasangan Suyatman Darminah dengan empat anaknya. Pasangan seorang tukang becak dan pedagang bumbon.
Anaknya yang tertua, hamil di luar nikah karena dibohongi oleh seorang lelaki kota. Si lelaki tak mau bertanggung jawab yang kemudian memaksa Darmini harus menggugurkan kandungannya.
Setelah menggugurkan kandungannya Darmini tertarik dengan tetangganya yang menjadi kaya raya setelah bekerja di kota.
Darmini yang masih lugu terkejut saat tahu bahwa pekerjaan yang dilakukan tetangganya tersebut adalah usaha pelacuran.
Sebab, tidak ada pilihan lain Darmini pun mengikuti pekerjaan tetangganya tersebut. Suatu saat Darmini berjumpa dengan lelaki yang dulu pernah menghamilinya.
Si lelaki lantas memesannya. Ia tidak tahu kalau yang dia pesan adalah Darmini. Pertemuan ini membuat dendam Darmini memuncak. Saat mendapat kesempatan Darmini membunuh lelaki tersebut dan kemudian melarikan diri.
Selama pelarian ini banyak masalah yang dihadapi Darmini dan keluarganya. Jalinan cerita yang menawan pernah membuat novel ini diadaptasi menjadi sinetron yang tayang di TVRI di tahun 1990-an.
4. Donyaning Wong Culika
Salah satu judul novel bahasa Jawa yang ini merupakan karya salah satu begawan sekaligus legenda sastra jawa modern yakni Suparta Brata.
Semasa hidupnya telah banyak karya yang dihasilkan putra pasangan suami istri yang bernama Raden Suratman Bratanaya dan Raden Ajeng Jembawati ini.
Suparta Brata lahir pada 23 Februari 1932. Ia memulai karir menulisnya saat bekerja di Kantor Telegraf Surabaya sebagai seorang operator teleprinter.
Dalam dunia penulisan sastra Jawa, ada banyak nama samaran yang dipakainya. Salah satunya adalah Peni.
Berbagai karya sastra baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa yang telah dihasilkannya.
Suparta Brata termasuk salah satu orang yang menggerakkan sastrawan jawa untuk membukukan karya-karyanya.
Hal ini dikarenakan sebagian besar novel berbahasa Jawa saat ini awalnya adalah cerita bersambung yang dimuat dalam majalah mingguan berbahasa Jawa.
Dalam suatu kesempatan Suparta Brata mengatakan kalau sastra itu haruslah berbentuk buku. Dan semenjak saat itu, sastrawan jawa yang karya cerita bersambungnya telah dimuat di majalah mingguan mulai mengumpulkan dan membukukan karyanya.
Tentang Donyane Wong Culika
Salah satu dari sekian banyak karya Suparta Brata yang terkenal ada novel berbahasa jawa yang berjudul Donyaning Wong Culika.
Dalam novel yang mengangkat latar belakang kisaran tahun 1965 pasca terjadinya pemberontakan PKI ini menampilkan sisi lain dari orang Jawa.
Dalam kebanyakan novel lain orang Jawa yang digambarkan sebagai masyarakat yang santun dan taat terhadap aturan yang ada justru digambarkan sebaliknya.
Pada novel ini digambarkan pula bagaimana perubahan sosial antara sebelum meletusnya peristiwa Oktober 1965 dan sesudahnya.
Di samping itu nilai-nilai kesusilaan yang selama ini digambarkan dijaga orang Jawa, justru digambarkan sebaliknya.
Novel ini menggambarkan bagaimana perselingkuhan dan kejahatan-kejahatan digunakan untuk mencapai suatu ambisi dan keinginan dari tokoh-tokohnya.
Melalui novel ini Suparta Brata seolah ingin membuka sesuatu yang selama ini disembunyikan masyarakat Jawa dari khalayak umum.
Selain itu novel ini juga memberikan bagaimana kemelaratan akan dapat mempengaruhi seseorang mampu bertindak di luar nalar. Dan bahkan menghilangkan sisi manusianya.
5. Gumuk Sandhi
Bagi penggemar novel bergenre romantis, novel karangan Poerwadhie Atmodiharjo sangat disarankan untuk dibaca.
Meski judul novel bahasa Jawa ini telah ditulis hampir setengah abad yang lalu, tetapi novel ini masih menarik untuk dibaca.
Kepiawaian pengarang dalam menggambarkan kehidupan masyarakat di masa itu ditambah dengan rumitnya lika-liku kehidupan tokoh-tokoh yang ada membuat novel ini sangat menarik untuk dibaca.
Novel berjudul Gumuk Sandhi ini mengisahkan tentang kisah cinta segitiga yang dialami oleh tiga orang sahabat yakni Prawita, Marsini, dan Sudira.
Sudira dikisahkan menikahi Marsini karena tidak ingin anak yang dikandung Marsini lahir tanpa bapak.
Sudira yang seharusnya menikahi Marsini malah menghilang karena sewaktu akan bertanggungjawab atas perbuatannya pada Martini. Ia tidak diizinkan keluarganya karena Marsini dianggap bukan seorang berdarah biru.
Walau dinikahi Sudira, tetapi tidak lantas membuat Marsini memberikan cintanya kepada Sudira yang telah menyelamatkan nama baiknya dan keluarganya.
Meski harus bersandiwara selama bertahun-tahun. Sudira ikhlas menerimanya. Walau tak ada cinta yang diberikan kepadanya. Sudira tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang suami dan kepala keluarga.
Perjuangan Sudira mendapat cinta Marsini yang sudah menjadi istrinya tidaklah mudah. Hingga pada suatu ketika upaya Sudira pun mendapat titik terang.
6. Geger Wong Nusa
Novel Geger Wong Nusa merupakan salah satu karya penting dari sastrawan Jawa YB Mangunwijaya (Romo Mangun) yang dikenal sebagai tokoh humanis dan budayawan besar Indonesia.
Walaupun Romo Mangun lebih populer dengan karya Indonesia modern seperti Burung-Burung Manyar, namun karya berbahasa Jawa ini menjadi bukti kecintaannya terhadap budaya Jawa.
Novel ini mengangkat latar sebuah dusun kecil yang kehidupan warganya mendadak berubah akibat sebuah peristiwa politik yang mengguncang Nusantara di era kemerdekaan.
Tokoh-tokohnya digambarkan sebagai masyarakat biasa yang terseret dalam pusaran konflik yang tak mereka pahami secara utuh.
Melalui cara bertutur khas Romo Mangun yang lembut dan filosofis, pembaca diajak menyaksikan bagaimana ketakutan, keberanian, dan solidaritas muncul dalam kondisi genting.
Kekuatan novel ini terletak pada kedalaman karakter serta kritik sosial yang disampaikan secara halus namun mengena, khas sastra Jawa modern.
Novel ini juga menunjukkan bagaimana pengalaman kolektif masyarakat Jawa terhadap perubahan sosial-politik dapat menjadi renungan bagi generasi masa kini.
7. Srengenge Anyar
Novel Srengenge Anyar adalah karya sastrawan Jawa Kuntowijoyo, seorang akademisi, budayawan, sekaligus novelis besar Indonesia. Kuntowijoyo dikenal dengan karya-karya realis dan historisnya yang kuat, termasuk yang ditulis dalam bahasa Jawa.
Dalam Srengenge Anyar, Kuntowijoyo mengisahkan perjalanan kehidupan seorang pemuda desa yang berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi keluarganya.
Novel ini meninjau dinamika masyarakat pedesaan Jawa di masa peralihan menuju modernisasi, penuh dengan kritik sosial mengenai ketimpangan, feodalisme, dan perubahan nilai.
Kekuatan novel ini terletak pada gaya naratif Kuntowijoyo yang detail, realistis, dan filosofis. Ia menghadirkan gambaran masyarakat Jawa secara apa adanya—baik sisi lembutnya maupun konflik sosial yang sering luput dibicarakan.
Melalui novel ini, pembaca dapat memahami bagaimana pergulatan seorang individu untuk keluar dari kemiskinan tidak hanya membutuhkan kerja keras, tetapi juga keberanian untuk melawan stigma dan batasan sosial yang telah mengakar kuat.
Demikianlah contoh beberapa judul novel bahasa Jawa lengkap dengan pengarangnya. Semoga artikel melalui artikel ini dapat membuat pengetahuanmu mengenai budaya Jawa semakin berkembang, ya!
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: