Kenali Keunikan Rumah Adat Betang Uluk Palin Beserta Asal Daerah dan Gambarnya
Kenali Keunikan Rumah Adat Betang Uluk Palin beserta Asal Daerah dan Gambarnya – Rumah betang Sungai Uluk Paling adalah rumah adat tradisional suku Dayak Tamambaloh Palin atau Tamam Apalin dengan adat istiadat dan budayanya.
Didirikan pada tahun 1800-an, rumah adat ini merupakan rumah betang tertinggi dan terpanjang di Kalimantan Barat yang dibangun dengan menggunakan kayu ulin.
Yuk kenali lebih jauh keunikan dari rumah betang Sungai Uluk Paling dalam artikel ini.
Berikut Info Rumah Adat Betang Uluk Palin Beserta Asal Daerahnya
Daftar Isi
Daftar Isi
Rumah betang Sungai Uluk Palin menjadi salah satu contoh rumah adat tradisional yang berasal dari Kalimantan Barat.
Sebagai bagian dari budaya masyarakat Indonesia, tentunya kamu perlu mengetahui dan mengenal dekat dengan rumah khas suku Dayak yang satu ini guna menambah wawasan tentang keragamaan budaya nusantara.
Secara administratif, rumah betang Sungai Uluk Palin berlokasi di Dusun Sungolo Palin, Desa Sungai Uluk Palin, Kecamatan Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
Seperti yang diinformasikan di awal, rumah betang yang satu ini merupakan warisan budaya dari suku Dayak Tamambaloh Palin atau Dayak Tamam Apalin.
Didirikan pada tahun 1800-an, untuk dapat berkunjung ke rumah betang Sungai Uluk Palin maka kamu harus menempuh perjalanan kurang lebih selama 2,5 jam dari pusat Kota Putussibau.
Bagi kamu yang penasaran dan ingin mengenal lebih jauh dengan rumah betang Sungai Uluk Palin yuk teruskan membaca artikel ini hingga selesai.
Apa
itu Rumah Betang?
Rumah betang merupakan rumah adat masyarakat suku Dayak di Pulau Kalimantan. Rumat adat tradisional ini biasanya dibangun di sekitar hulu sungai.
Oleh karena itu, bentuk dari rumah betang sendiri cenderung berbentuk seperti rumah panggung guna terhindar dari banjir yang bisa datang kapan saja.
Selain menghindari banjir, rumah betang dibuat berbentuk seperti rumah panggung agar tehindar dari serangan binatang buas.
Memiliki struktur yang tidak mudah rapuh, rumah betang mampu bertahan hingga ratusan tahun. Umumnya, dalam pembuatan rumah betang digunakan material kayu ulin yang merupakan kayu khas Kalimantan.
Pembangunan rumah betang sendiri punya beragam filosofi, misalnya seperti hulu rumah betang harus menghadap ke arah timur. Penempatan ini mempunyai makna bahwa masyarakat Dayak harus bekerja keras dimulai ketika matahari terbit.
Sementara, untuk hilir rumah dibuat menghadap ke barat yang bermakna bahwa masyarakat suku Daya berhenti bekerja di sore hari ketika matahari terbenam.
Rumah
betang umumnya dihuni lebih dari satu keluarga, yang bisa berisi belasan hingga
puluhan anggota keluarga. Hal itu juga melatarbelakangi alasan mengapa rumah
betang dibuat panjang dan luas agar bisa menampung banyak keluarga.
Di dalam rumah betang, biasanya terdapat ruangan terpisah yang disekat seperti layaknya kamar bagi masing-masing keluarga.
Berkumpulnya banyak keluarga dalam satu rumah merupakan wujud bahwasannya masyarakat suku Dayak hidup secara harmonis dan memiliki ikatan yang kuat antar sesama.
Selain itu, masyarakat suku Dayak juga tidak ingin melihat ada individu lain yang merasa kesusahan, untuk itu dengan tinggal bersama-sama maka akan lebih mudah untuk membantu mereka yang sedang kesusahan.
Mengenal
Rumah Adat Betang Uluk Palin dan Keunikannya
Rumah adat betang Uluk Palin merupakan salah satu contoh rumah betang yang dapat kamu temukan di Dusun Sungolo Palin, Desa Sungai Uluk Palin, Kecamatan Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
Merupakan rumah betang masyarakat Dayak dari suku Dayak Tamambaloh Palin atau Dayak Tamam Apalin, rumah betang Uluk Palin dibangun pada tahun 1800-an dan menjadi rumah betang tertinggi dan terpanjang di Kalimantan Barat.
Sama seperti rumah betang pada umumnya, rumah adat betang Uluk Palin juga dibangun dengan menggunakan material kayu ulin.
Memiliki tinggi tiang 8 meter dan panjang 204 meter, rumah adat betang Uluk Palin mempunyai luas bangunan sekitar 3.672 m2. Di dalamnya, kamu bisa menemukan 53 ruang/bilik dengan total luas keseluruhan 16.500 m2.
Rumah adat betang Uluk Palin dibangun dengan bentuk menjulang tinggi dan panjang dilakukan agar dapat menghindari banjir, serangan binatang buas dan musuh dari luar kampung (tradisi mengayau).
Pada bangunan rumah betang ini kamu bisa menemukan tangga dan pintu masuk ke dalam rumah betang.
Nah, tangga tersebut umumnya disebut dengan sebutan ‘hejot’ oleh masyarakat suku Dayak Tamambaloh Palin atau Dayak Tamam Apalin.
Awalnya, rumah betang Uluk Palin hanya terdiri dari beberapa bilik saja dan belum memiliki puluhan bilik seperti sekarang ini.
Namun, jumlah keluarga yang tinggal semakin banyak, sehingga dilakukan penambahan bilik.
Nah, pembangunan bilik ini sendiri dimulai dari sisi kanan dan dilakukan dengan menghadapkan rumah ke arah sungai.
Hal tersebut dilakukan mengingat dulunya sungai menjadi akses jalan bagi masyarakat Dayak setempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kini, rumah betang Uluk Palin dihuni oleh 73 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 213 jiwa.
Tentunya jumlah tersebut sewaktu-waktu dapat bertambah dengan adanya penambahan anggota keluarga yang menempati rumah betang tersebut.
Fakta Tentang Rumah Betang Uluk Palin
Perlu
kamu ketahui pula bahwa rumah betang Uluk Palin ini sudah tiga kali berpindah
lokasi. Pemindahan lokasi rumah betang tersebut harus dilakukan karena adanya
erosi atau pengikisan tanah oleh aliran Sungai Uluk dan Sungai Nyabau.
Bahkan, rumah betang Uluk Palin juga pernah dilanda kebakaran pada 13 September 2014, sehingga harus dipindahkan dan dibangun ulang.
Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu pun sudah berusaha keras mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat untuk membangun kembali rumah betang terpanjang, tertinggi dan tertua di Indonesia itu.
Akhirnya, rumah betang Uluk Palin berhasil dibangun kembali dengan menggunakan biaya secara patungan antara Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dan Pemerintah Pusat Republik Indonesia.
Kabarnya, bantuan tersebut menghasilkan dana hingga Rp 100 miliar agar rumah betang Uluk Palin dapat dibangun kembali.
Oh ya, perlu kamu ketahui pula bahwa rumah betang Uluk Palin tak hanya dijadikan sebagai tempat tinggal saja. Melainkan juga menjadi simbol persatuan Suku Dayak Tamambaloh Palin.
Rumah betang Uluk Palin juga menjadi simbol kebersamaan dan kekerabatan terjalin dengan kuat di antara Suku Dayak Tamambaloh Palin.
Demikian informasi yang dapat Mamikos rangkumkan untuk kamu seputar rumah adat betang Uluk Palin dari masyarakat suku Dayak Tamambaloh Palin.
Tidak hanya memiliki umur bangunan yang sangat tua, nyatanya rumah adat betang Uluk Palin juga termasuk bangunan terpanjang dan tertinggi di antara puluhan rumah bentang yang ada di Kalimantan Barat lho.
Selain itu, rumah betang Uluk Palin juga punya peranan penting dalam mengembangkan solidaritas sosial suku Dayak Tamambaloh.
Bagi kamu yang ingin menggali informasi seputar rumah adat dari daerah lainnya, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: