Kisah-Kisah Horor Anak Kost yang Bakal Bikin Kamu Susah Tidur!
Kisah Horor Anak Kost yang Bakal Bikin Kamu Susah Tidur – Jadi anak kost itu emang seru. Tinggal jauh di kota rantau dan gak jadi satu sama ortu kadang benar-benar menyenangkan. Anak kost terkadang bisa melakukan apa pun sesuka hati asal masih dalam batas-batas kewajaran dan justru hal-hal itulah yang mendatangkan pengalaman seru dan tak terlupakan selama nge-kost. Nah, salah satu pengalaman yang banyak dialami oleh anak kost adalah pengalaman horor alias hal-hal mistis di luar nalar. Secara, bangunan kost, apalagi yang udah berdiri puluhan tahun lamanya pasti udah dihuni oleh puluhan orang dan menjadi saksi bisu banyak kejadian. Bukan mau menakut-nakuti, sih, tapi emang banyak anak kost yang kurang beruntung dan mendapatkan kos-kosan atau kamar kost yang angker. Biar lebih seru, Mami mau bagi beberapa kisah horor anak kost di sini. Bacanya jangan sendirian, ya, apalagi pas sendirian di kamar kost. Jangan-jangan nanti ada yang ikutan baca…
1. Suara Tangis di Kamar Kosong
Cerita ini aku alami pas aku kuliah semester 3. Waktu itu tugas kuliah baru banyak-banyaknya. Tugas kelompok juga gitu, ada aja tugas kelompok tiap hari. Hasilnya, aku jadi sering tidur di kost teman-temanku buat ngerjain tugas. Karena aku sendiri asli kota ini, sebelum kuliah aku gak familiar dengan yang namanya kos-kosan. Jadi ya, ini pengalaman baru juga buat aku.
Kos-kosan yang paling sering digunakan sebagai tempat ngerjain tugas oleh kelompokku adalah kos-kosannya Bayu (sebut aja gitu). Kos-kosan Bayu ini lokasinya gak jauh dari kampus. Bangunannya besar dan keliatannya sih udah lumayan berumur nih. Kalo gak salah ada sekitar 15 kamar di kost cowok itu dan cuma ada 1 yang kosong. Mayan laris juga kan.
Nah, waktu itu ada sekitar 7 orang yang ngerjain tugas kelompok di kamarnya Bayu. Karena tugas ini deadline besok pagi, sampe jam 11 malem lewat kita masih ada di kamar kost itu untuk menyelesaikan tugas. Skip skip skip, akhirnya sekitar jam 2 malem tugas kelompok kelar. Karena udah jam segitu, kita semua jadi males pulang, lagian besok pagi jam 7 juga udah ngampus lagi. Akhirnya kita memutuskan untuk nginep aja di kamar kosnya Bayu.
Awalnya, kita tidur berdesak-desakan, 7 orang cowo semua dan badannya juga ada yang gede-gede. Sumpah, gak nyaman banget. Akhirnya, Bayu punya ide kalo sebagian dari kita tidurnya di kamar kosong yang ada di kost itu. Kata Bayu, kamarnya gak pernah dikunci dan di dalam kamar itu juga udah ada springbed, bantal, dan selimut.
Yah, daripada desek-desekan kayak teri dijemur begini akhirnya ide tersebut diiyakan aja. Aku, Rendra, dan Yudi (nama samaran semua ya gaes) “terpilih” untuk jadi tiga orang yang tidur di kamar pojokan yang kosong itu. Bayu mengantar kita bertiga sampai depan kamar itu. Begitu pintu dibuka, hawa pengap langsung terasa. Kayaknya emang tuh kamar udah lama gak ditempati.
Waktu itu sih kita bertiga gak ada berpikiran macam-macam, pengennya langsung tidur aja karena besok kuliah pagi. Setelah berbaring di kasur selama beberapa saat, sayup-sayup aku denger suara cewek nangis di pojok kamar. Reaksi pertamaku adalah merinding. Secara, ini kosan cowok. Kok bisa ada suara cewek nangis?
Aku langsung membangunkan Rendra dan Yudi di kiri dan kananku. Ternyata mereka belum pada tidur juga. “Iya, aku juga dengar” kata Yudi. Haduh syukur, berarti bukan cuma aku aja. “Udah biarin aja” Rendra berkata pelan sambil berusaha untuk tenang. Eh, boro-boro tenang, bukannya hilang, suara tangis itu makin lama makin kenceng dan tangisannya makin lama terdengar makin sedih dan menyayat hati (bayangin sendiri deh).
Aku berusaha baca doa seingatnya, tapi kok malah seperti kena amnesia. Susah banget mengingat hapalan doa. Akhirnya aku nekad liat ke pojok kamar yang jadi sumber suara tangisan. Dengan bantuan flashlight dari HP, terlihat kalo samar-samar di pojokan kamar ada sesosok cewek pake berbaju putih duduk bersandar di tembok. Rambutnya panjang.. dan kulitnya putih pucat. Sosok cewek itu duduk miring sambil nangis sesenggukan. Untungnya ya ampun.. dia gak menghadap ke arahku dan dua temanku. Tapi tetep aja.. aku udah shock setengah mati melihat penampakan tadi.
Aku langsung lari keluar kamar diikuti dua temanku yang lain yang ternyata juga ngeliat tuh cewek tadi. Tanpa dikomando, kita lari sampe keluar bangunan kost. Sampai akhirnya kita berhenti di sebuah warung kopi yang letaknya ada di depan bangunan kost. Gak kepikiran deh balik ke kamar Bayu, yang penting keluar dulu dari kos-kosan itu.
Melihat kita bertiga yang lari terbirit-birit dengan muka pucat pasi, pemilik warkop tadi jelas heran. Akhirnya setelah tenang, aku menceritakan apa yang kita bertiga lihat tadi. Pemilik warkop gak kaget atau gimana gitu sih, malah dengan senyum-senyum menebak “Pasti kamar yang pojokan?”. Dan… akhirnya si bapak tadi cerita tentang riwayat kamar kost tadi.
Jadi ternyata itu kos-kosannya di Bayu dulunya adalah kost cewek, yah kira-kira 15 tahunan yang lalu ada seorang cewek penghuni kost yang bunuh diri dengan cara minum racun serangga. Konon katanya karena putus cinta. Nah kamarnya si cewek tadi ya yang di pojokan itu dan di situlah dia bunuh diri. Sejak itu, kost itu sepi ditinggal penghuninya satu per satu. Akhirnya, sekitar 9 atau 10 tahun setelah kejadian itu, baru kost tersebut dibuka lagi, tapi sebagai kost cowok. Secara, cowok kan agak cuek dan banyak yang gak gampang percaya sama yang begituan. Tapi anehnya, kamar yang di pojokan tadi tetep jarang terisi penghuni… ya mungkin karena kalau ada yang menempati bakal dilihatin sama yang barusan kita lihat tadi.
Setelah subuh, baru kita bertiga berani masuk kost lagi dan langsung menuju ke kamar Bayu. Kita bertiga memutuskan untuk gak cerita macam-macam ke Bayu, takutnya dia jadi takut terus harus cari kos-kosan baru. Biar deh kalau suatu saat dia dapat jackpot ketemu sama yang tadi, tapi semoga enggak. Dan itu adalah terakhir kalinya aku main ke kost Bayu karena beberapa minggu kemudian dia pindah kost. Entah karena hantu cewek di kamar pojokan itu tadi atau karena lainnya. Tapi sumpah, aku gak bilang apa-apa soal kejadian malam itu ke Bayu. –THE END
2. Mahasiswa Musik
Lulus SMA, aku merantau ke kota ini untuk melanjutkan pendidikan alias kuliah. Kampusku berada daerah yang cukup ramai dan strategis. Di dekat kampusku juga ada beberapa kampus-kampus lain, salah satunya adalah kampus seni.
Aku mendapatkan kos-kosan yang aku rasa nyaman. Bangunannya luas, tingkat dua. Aku menempati kamar di lantai atas, nomor 2 dari pojok. Kamar kiri dan kananku kelihatannya sih sepi, mungkin gak berpenghuni, mungkin juga ada yang menempati tapi aku belum ketemu aja karena kan aku masih baru banget, baru beberapa hari di sini.
Aku ingat itu adalah malam minggu pertamaku di kost itu. Waktu itu, aku diajak main oleh salah satu teman SMA-ku yang kebetulan juga kuliah di kampus yang sama denganku, tapi beda kos-kosan. Maklum cowok-cowok, kalau udah nongkrong sambil ngrokok dan ngopi, bisa lupa waktu. Sama waktu itu aku juga, saking keasyikan nongkrong gak kerasa tau-tau udah jam 1 malem aja. Akhirnya aku pamit pulang, takutnya gerbang kost dikunci atau gimana, meski kost cowok biasanya gak gitu sih.
Sekitar jam 2an aku sampai ke kost. Okay, gerbang emang gak dikunci sih. Tapi suasana kost udah sepi pake banget. Ya maklum deh, meski malam minggu, tapi kalau udah jam segitu pasti penghuni kost sebagian besar udah tidur, dan sebagian lagi mungkin emang gak niat pulang ke kost. Pelan-pelan aku menaiki tangga ke lantai atas, takut suara langkah kakiku membangunkan penghuni kost lain.
Sampai di kamar, aku langsung ganti baju. Niatnya sih langsung tidur. Tapi meski lampu sudah dimatikan, kipas angin sudah dinyalakan, aku tetep gak bisa tidur. Entah kenapa. Akhirnya aku cuma bermain HP sampai tiba-tiba terdengar sesuatu dari kamar sebelahku, kamar yang paling pojok.
Awalnya sih suaranya sayup-sayup, aku kira suara angin atau apa. Tapi makin lama suaranya jadi makin jelas. Suaranya seperti suara alunan biola. Suaranya jelas berasal dari kamar pojokan itu. Aku langsung mikir, oh ternyata kamar sebelah ada yang pakai. Suara alunan biola tadi enak didenger, beneran deh, dan bikin ngantuk. Aku mikirnya ini pasti yang menempati kamar sebelah adalah mahasiswa musik. Secara, kos-kosan ini kan deket juga sama kampus seni dan di sana ada jurusan musiknya.
Tapi, ngapain dia mainan biola jam 3 pagi begini. Aku sih berusaha mikir positif aja. Mungkin dia besok ada ujian… eh tapi kan besok hari Minggu. Ooh ya mungkin besok dia ada pentas, konser, atau apalah. Aku berusaha think positif aja pokoknya. Lagian, suara biolanya asyik banget.. bisa jadi pengantar tidur.
Baru aja dibatin suara biolanya enak, tiba-tiba suara itu berganti jadi suara cowok yang sayup-sayup bersenandung pelan. Sama seperti suara biola, suara cowok yang bernyayi ini juga merdu dan enak didengarkan. Dia menyayikan lagu yang sepertinya lagu klasik dengan bahasa asing, bukan bahasa Inggris pokoknya. Wah fix, nih, masnya penghuni kost sebelah pasti mahasiswa musik yang berbakat banget.
Suara nyanyian mas-mas mahasiswa musik tadi terdengar sampai entah berapa lama, sampai akhirnya aku tertidur. Bangun-bangun, aku melirik jam di HP dan udah jam 10 pagi sodara-sodara. Aku langsung bangun dan mengambil alat mandi, aku bergegas keluar kamar dan menuju ke kamar mandi. Kamar mandi lantai atas berada di ujung lorong, tepat di sebelah kamar mas-mas mahasiswa musik yang semalaman konser sampai menidurkanku. Saat aku melewati kamarnya, kamarnya tertutup rapat, seperti biasa. Ah, mungkin masnya masih tidur, atau mungkin udah pergi sejak pagi.
Selesai mandi, aku cari sarapan di warung ramesan depan kost. Di sana sepi, cuma ada cowok satu yang lagi sarapan juga. Melihatku keluar dari bangunan kost, dia menyapaku “Kost di situ juga?” Oooh.. ternyata tetangga. “Iya. Masnya juga?” tanyaku. Ia mengangguk.
Kami kemudian kenalan. Namanya mas Dedi. Dia udah sekitar 2 tahunan kost di kos-kosan ini dan dia menempati kamar paling depan, dekat pakirkan motor. Setelah sama-sama selesai sarapan, aku dan mas Dedi tadi berjalan balik ke kost. “Kamar kamu yang mana?” tanya mas Dedi. “Itu mas” aku menunjuk ke arah kamarku. “Ooh, aman deh. Anak-anak lantai atas baik-baik semua kok.” ujarnya lagi. Aku pun kemudian teringat pada mas-mas mahasiswa musik yang semalam main biola di kamar sebelah. Tanyain ah ke mas Dedi, penasaran soalnya, udah hampir seminggu kost di sini belum pernah ketemu sama mas-mas mahasiswa musik tadi.
“Eh mas, kalau sama mahasiswa musik di kamar sebelahku, mas kenal gak?” Aku pun bertanya pada mas Dedi. Mas Dedi terlihat kaget dan bingung. “Hah? Mahasiswa musik?”. Aku mengangguk dan mas Dedi terdiam cukup lama. Okay, this is awkward. Ada yang gak beres nih. “Mas, emang kenapa mas? Gak kenal juga gak papa kok. Hehehe…” candaku sambil berusaha mencairkan suasana.
Dan bagian yang bikin bulu kuduk merinding pun dimulai… Mas Dedi mengajakku untuk duduk di bangku panjang yang ada di dekat parkiran motor kos-kosan. Dia bertanya kenapa kok aku bisa menduga-duga di sebelah kamarku tadi dihuni oleh mahasiswa musik. Aku pun bercerita soal yang aku dengar semalam. Selama aku cerita, mas Dedi cuma mengangguk-angguk sambil sesekali menghela nafas panjang.
Selesai aku cerita, mas Dedi balik bercerita. Dan… you know what?! Kamar di sebelahku di mana terdengar alunan biola dan nyanyian semalam itu udah hampir setahun ini kosong! Ya, kosong! Sial! Jadi siapa yang main biola sama nyanyi di semalaman di situ?! Akhirnya, mas Dedi mengungkapkan kisah yang bikin bulu roma merinding. Sekitar setahun yang lalu memang kamar itu dihuni oleh seorang mahasiswa juga, tapi bukan mahasiswa jurusan musik. Dia emang punya hobi bermusik, terutama main biola dan nyanyi. Sewaktu mahasiswa ini ngekost di kamar kost sebelah, seluruh penghuni kost udah gak heran lagi sama suara alunan biola dan kadang-kadang suara nyanyian dari dalam kamar.
Nah, pas liburan panjang, si mahasiswa ini pulang kampung, tapi dalam perjalannya mengalami kecelakaan motor dan meninggal dunia. Horornya, meski dia udah meninggal dan barang-barang di kamarnya juga udah dibawa balik sama keluarganya ke kampung halamannya, kadang suara alunan biola dan nyanyian masih sering terdengar dari kamarnya yang sampe hari ini kosong tak berpenghuni.
Sial! Umpatku. Berarti yang semalaman aku dengar itu adalah suara… ah sudahlah. Mas Dedi titip pesan agar aku gak usah takut, sama jangan lupa bilang permisi aja kalau pas lewat kamar sebelah tadi. Meski gitu, tetep aja setelah mas Dedi masuk kamar dan aku berjalan balik ke kamar melewati kamar sebelah (dan udah ngebatin permisi), aku tetep merinding dan diguyur keringat dingin.
Malam-malam selanjutnya, aku gak pernah lagi mendengar suara biola atau nyanyian dari kamar sebelah. Benar-benar cuma satu kali itu, mungkin siapapun atau apapun itu yang sekarang ada di kamar sebelah cuma pengen kenalan waktu itu, karena aku juga penghuni baru. Yang penting aku percaya, aku gak ganggu dia, malah aku berusaha mendoakannya supaya dia tenang di alam sana. –THE END
3. Penghuni Kamar Paling Ujung
Kisah horor ini dialami oleh temanku. Sebut saja namanya Anita. Anita ini adalah seorang mahasiswi di sebuah univesitas swata. Dari kecil Anita emang orangnya pendiam sih, temannya juga gak banyak. Gak heran kalau selama menetap di tempat kost-nya, Anita jarang banget, bahkan gak pernah bergaul dengan tetangga-tetangga kost atau orang-orang di sekitar kamarnya. Bukannya sombong, Anita memang buka tipe mahasiswi yang suka bergaul dan ngobrol dengan orang lain. Selama kuliah, kegiatan sehari-harinya ya hanya kuliah, kemudian pulang, berdiam diri di kamar kostnya.
Malam itu, Anita sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Jam di dinding udah menunjukkan pukul 10 malam. Tiba-tiba saja pintu kamar kost-nya diketuk seseorang. Jelas Anita kaget. Siapa yang mengetuk kamarnya malam-malam begini. Dia gak punya banyak kenalan dan teman yang akan bertamu di larut malam seperti ini. Apa mungkin itu ibu kost yang ingin menagih uang sewa? Tapi masa iya malam-malam begini?
Karena penasaran, Anita pun segera beranjak untuk membukakan pintu. Dengan hati-hati ia membuka pintu. Ketika pintu dibuka, di depan pintu berdiri seorang wanita. Kira-kira umurnya sama lah dengan Anita. Dia mengenakan baju setelah seperti piyama. Wajahnya pucat, pandangannya sayu, dan Anita melihat ada luka lebam di wajahnya.
Anita terdiam karena merasa tidak kenal dengan wanita itu. Melihat Anita yang sepertinya bingung, wanita itu pun tersenyum sambil menyodorkan cangkir dan bertanya, “Permisi mbak, Saya boleh minta air hangat?” Anita pun mengangguk dan mempersilakan wanita itu masuk ke dalam kamarnya.
Setelah keduanya masuk ke dalam kamar, Anita segera menyalakan pemanas pada dispenser untuk membuat air panas. Sambil menunggu air dalam galon memanas, Anita berusaha mengajak ngobrol wanita yang duduk di sebelahnya itu. Wanita tersebut memperkenalkan diri dengan nama Tari. Katanya dia tinggal di kamar yang berada di ujung lorong. Anita hanya mengangguk karena memang selama ini dia tidak pernah tau siapa-siapa saja yang tinggal di kos-kosan ini.
Karena gak tau mau tanya apa lagi, Anta akhirnya menanyakan soal luka lebam di wajah Tari. Tari menjawab bahwa ia sedang bertengkar dengan pacarnya dan akhirnya pacarnya memukul wajahnya. Mendengar hal itu, Anita menjadi kasihan dengan Tari dan menyarakannnya untuk segera lapor polisi atau setidaknya lapor ke ibu kost. Tari tidak menjawab, ia hanya tersenyum getir.
Setelah air di dispenser panas, Anita mengisi cangkir yang dibawa Tari dan Tari pun pamit untuk kembali ke kamarnya. Saat Tari berbalik, Anita melihat kepala belakang Tari terluka dan masih mengeluarkan darah. Anita bertambah kesal pada pacar Tari. Baru jadi pacar saja sudah berani menyiksa seperti itu, gimana nanti kalau udah jadi suaminya? Anita pun bertekad untuk melaporkan kejadian tadi pada ibu kost besok pagi.
Sayangnya, keesokan paginya Anita gak ketemu sama ibu kost. Akhirnya, ia pun berangkat ke kampus. Sampai kampus, Anita kuliah seperti biasanya dan saat makan siang, ia bertemu dengan Ruli, teman sekelasnya, di kantin. Mereka berdua bercakap-cakap dan berbasa-basi sambil menunggu pesananan makanan diantarkan ke meja. Di tengah percakapan, mungkin karena kehabisan topik, Ruli tiba-tiba bertanya, “Kamu kost di kost cewek Jalan Kenari, ya?”. Anita hanya mengangguk. “Kamu tau gak, katanya di daerah tempat kost kamu dulu pernah ada kasus cowo bunuh cewenya. Cewenya itu dipukulin, terus katanya kepalanya ditusuk pake gunting sampai meninggal. Serem pokoknya! Emang kudu ati-ati sekarang ini kalo pilih pacar!”
Anita terdiam. Ia tidak membalas cerita Ruli. Ia hanya bisa mengingat kejadian semalam di mana sesosok wanita meminta air hangat, wajahnya penuh lebam, dan ada luka di kepalanya. Jangan-jangan… Jantung Anita berdegup kencang. Apakah sosok Tari yang semalam tadi itu adalah hantu? Seluruh tubuh Anita merinding, tapi ia tetap berusaha berfikir positif dan bergegas makan siang biar bisa balik ke kost secepatnya.
Sampai di kost, Anita makin tak karuan pikirannya karena teringat sosok Tari semalam menyebut ia tinggal di kamar paling ujung. Anita melihat sendiri tadi kalau tidak ada kamar di ujung lorong tempat kost-nya. Adanya cuma gudang, dan gudang itu digembok dari luar. Gemboknya pun sudah berkarat, pertanda kalau gudang itu tidak pernah dibuka dalam waktu lama.
Sepanjang sore hingga malam, Anita hanya bisa terdiam, keringat membasahi tubuhnya. Ia tidak tau siapa sosok Tari yang ia temui kemarin malam. Mimpi buruknya tak berhenti di situ, karena malam itu tiba-tiba saja Anita mendengar ada suara langkah di depan kamar kostnya. Jantung Anita seakan berhenti berdetak. Ia ketakutan, tapi ia tetap harus memeriksa asal suara itu. Perlahan-lahan Anita membuka sedikit gorden jendela kostnya. Apa yang ia lihat membuatnya hampir pingsan.
Di depan pintu kamarnya, berdiri sosok Tari, wanita yang sama dengan yang ia temui tadi malam. Tetapi kali ini, bukan piyama yang ia kenakan, tapi gaun putih panjang nan lusuh. Tubuhnya penuh bercak darah, dan ada sebuah gunting menancap di kepalanya!
Sosok Tari menatap ke arah Anita. Ia tersenyum dan seketika itu juga darah mengalir di sela-sela bibirnya. Melihat pemandangan mengerikan itu, Anita langsung menutup tirai jendelanya tubuhnya gemetaran, dan semalaman itu Anita tidak bisa tidur. Ia hanya berdoa dan berdoa, ia melantunkan setiap ayat doa yang bisa ia ingat. Anita bisa tidur setelah hampir pagi. Setelah kejadian itu, Anita memutuskan untuk pindah kost dan berusaha berinteraksi dengan penghuni kost lainnya di tempat kost-nya yang baru, katanya, biar dapat teman dan kenalan yang “nyata”, bukan malah diajak kenalan sama yang aneh-aneh gara-gara gak ada teman. –THE END
Itu tadi beberapa kisah horor anak kost yang bisa Mami ceritakan di sini. Boleh percaya boleh tidak sih soal kisah horor anak kost di atas, tapi yang namanya mereka yang tak kasat mata itu terkadang memang ada. Tapi yah, asalkan kamu gak ganggu mereka, mereka juga pasti gak akan ganggu kamu kok. Apa kamu juga punya kisah horor anak kost punya kamu sendiri? Kalau iya, boleh deh diceritain di sini.
Dapatkan info kost, apartemen, dan lowongan kerja di Mamikos
- Apartemen Murah di Jakarta
- Apartemen Murah di Bandung
- Apartemen Murah di Surabaya
- Apartemen Murah di Jogja
- Apartemen Murah di Malang
- Apartemen Murah di Depok
- Apartemen Murah di Jakarta Selatan
- Apartemen Murah di Bali
- Apartemen Murah di Bogor
- Apartemen Murah di Semarang
- Apartemen Murah di Bekasi
- Apartemen Murah di Medan
- Apartemen Murah di Tangerang
- Apartemen Murah di Makassar
- Apartemen Murah di Batam
- Apartemen Murah di Solo Surakarta
- Aprtemen Murah di Palembang
Kunjungi mamikos.com untuk dapatkan Info Kost terupdate di berbagai kota di Indonesia
Download Aplikasi Mamikos di Play Store untuk akses yang lebih mudah disini
[sg_popup id=”8″ event=”onload”][/sg_popup]