Memahami Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia, Latar Belakang, Dampak, dan Kesimpulan

Memahami Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia, Latar Belakang, Dampak, dan Kesimpulan – Kolonialisme dan imperialisme di Indonesia berkaitan erat dengan penjajahan yang terjadi selama ratusan tahun.

Tujuan dari penjajahan tersebut ialah untuk memperluas kekuasaan serta merebut sumber daya alamnya. Pada saat itu Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti rempah-rempah dengan kualitas terbaik.

Rempah-rempah tersebut harganya sangat tinggi di Eropa. Hal tersebut yang membuat bangsa Eropa berdatangan ke Indonesia dengan tujuan untuk menjajah.

Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme

https://daily.jstor.org/

1. Kolonialisme

Istilah kolonialisme berasal dari kata koloni yang berarti satu kawasan di luar negara induk.

Secara umum kolonialisme merupakan satu bentuk pemerintahan atas sebuah wilayah jajahan. Bisa juga diartikan sebagai usaha untuk mendapatkan wilayah dengan cara paksaan atau damai.

Tujuan utama dari kolonialisme ialah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi negara induk. Awalnya bangsa dari negara induk memberi barang dagangan dari penduduk lokal.

Demi memastikan pasokan barang berjalan lancar, negara induk ikut campur tangan dalam pemerintahan penguasa lokal.

Negara induk mulai menerapkan berbagai peraturan dalam aspek kehidupan sosial, pemerintahan, dan lain sebagainya.

2. Imperialisme

Imperialisme merupakan istilah yang diperkenalkan pada tahun 1830-an di Perancis oleh imperium Napoleon Bonaparte yang merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan politik dan ekonomi negara-negara yang berkuasa.

Beberapa negara yang berkuasa tersebut mengawal dan menguasai negara-negara lain yang dianggap miskin dan terbelakang.

Tujuannya adalah untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada di negara-negara tersebut untuk memperkaya negara penguasa.

Jenis Kolonialisme dan Imperialisme

Kolonialisme

1. Koloni Deportasi

Yang dimaksud dengan koloni deportasi yakni penguasaan suatu wilayah untuk dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi orang-orang yang disingkirkan.

Orang-orang tersebut merupakan narapidana yang tidak bisa ditangani oleh pemerintah yang membuangnya.

2. Koloni Eksploitasi

Koloni jenis ini diartikan sebagai penguasaan suatu wilayah dengan tujuan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di wilayah tersebut demi kepentingan negara yang berkuasa.

3. Koloni Penduduk

Pada jenis koloni penduduk, penguasaan yang dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan penduduk pribumi dan digantikan oleh para pendatang.

Imperialisme

1. Jenis Imperialisme Kuno

Imperialisme ini berlangsung dari zaman kuno hingga pada Revolusi Industri yang muncul pertama kali di Inggris.

Ciri utama dari imperialisme kuno adalah perluasan wilayah melalui penaklukan suatu negara terhadap negara lainnya.

2. Jenis Imperialisme Modern

Tujuan utama dari imperialisme modern adalah untuk kepentingan ekonomi dari negara yang berkuasa.

Imperialisme modern berlangsung setelah berakhirnya Revolusi Industri pada abad ke-19 hingga berakhirnya Perang Dunia ke-II.

3. Jenis Imperialisme Ultramodern

Imperialisme Ultramodern berlangsung sejak berakhirnya perang Dunia ke-II hingga sekarang. Penekanan utama pada jenis imperialisme ini yaitu penguasaan mental, psikologi, dan ideologi terhadap negara lain.

Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

Berdasarkan sumber dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, ada beberapa hal yang melatar belakangi kedatangan bangsa Eropa ke wilayah Nusantara.

1. Jatuhnya Konstantinopel pada Tahun 1453 M ke Tangan Turki Usmani

Jatuhnya Konstantinopel merupakan titik balik bagi perkembangan ekonomi dan politik di negara-negara Eropa.

Konstantinopel sendiri adalah ibukota Kekaisaran Romawi Timur yang merupakan pelabuhan transit perdagangan antara Eropa dan Asia.

Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani, maka riwayat Kekaisaran Romawi pun berakhir dan menyebabkan berbagai dampak bagi bangsa-bangsa Eropa, diantaranya:

  1. Wilayah ini tertutup untuk perdagangan bangsa-bangsa Eropa.
  2. Italia tidak memiliki kedudukan perdagangan di Konstantinopel.
  3. Wilayah ini tidak bisa dijadikan sebagai jalur perdagangan dari Asia sehingga hal itu bisa membuat kehidupan ekonomi bangsa Eropa Barat dan Timur terancam.

2. Merosotnya Kegiatan Perdagangan dan Perekonomian Eropa

Salah satu akibat dari jatuhnya Konstantinopel adalah terputusnya jalur perdagangan rempah-rempah ke Eropa.

Hal tersebut disebabkan oleh peraturan yang dibuat oleh bangsa Turki Usmani yang menyulitkan lalu lintas pelayaran bangsa Eropa.

Keadaan tersebut mendorong bangsa Eropa mencari cara lain untuk mendapatkan rempah-rempah dari negara-negara utama yang menghasilkan rempah-rempah.

Salah satu negara penghasil rempah-rempah terbaik adalah wilayah Nusantara

Berbagai rempah-rempah yang digemari oleh bangsa Eropa antara lain lada, pala, cengkeh, dan lain sebagainya.

Dari perdagangan tersebut lama-lama muncul niat dari bangsa Eropa untuk menguasai daerah penghasil rempah-rempah.

4. Berbagai Penemuan di Bidang Teknologi

Pada awal abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa mencapai kemajuan di bidang teknologi yang memudahkan aktivitas penjelajahan samudera demi menemukan dunia baru.

Penemuan kompas memicu penjelajahan-penjelajahan baru.

Saat itu kompas merupakan perangkat utama yang digunakan sebagai navigasi untuk menemukan arah di permukaan bumi.

Kompas yang paling tua disebut sebagai kompas magnetik. Sistem pengoperasiannya didasarkan pada prinsip arah matahari atau bintang.

Berawal dari penjelajahan untuk menemukan dunia dunia baru, muncul pula nafsu untuk menguasai dunia baru penghasil rempah-rempah demi memperoleh keuntungan dalam bidang ekonomi dan kejayaan politik.

Era penjelajahan oleh bangsa-bangsa Eropa tersebut menjadi awal mula kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia.

5. Semangat Bangsa-bangsa Eropa untuk Melanjutkan Perang Salib

Bangsa-bangsa Eropa memiliki ambisi untuk menyebarkan agama Kristen ke wilayah timur termasuk wilayah Nusantara.

Hal tersebut didasarkan pada beberapa faktor seperti kekayaan (gold), kejayaan (glory), dan misi menyebarkan agama (gospel).

Negara-negara Eropa yang Menerapkan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

1. Portugis

Dibawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque, tibalah bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1500-an. Tujuan utama kedatangannya adalah untuk mendapatkan rempah-rempah.

Pada tahun 1511 Malaka berhasil dijadikan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah terbesar di Asia.

2. Spanyol

Pada tahun 1521 Sebastian del Cano berhasil sampai di Tidore, tapi tidak disambut dengan baik karena dianggap menyalahi Perjanjian Tordesillas.

Untuk meluruskan masalah tersebut, maka pada tahun 1529, Spanyol dan Portugis membuat Perjanjian Saragosa.

3. Belanda

Pada tahun 1596, Belanda pertama kali mendarat di Banten dengan dipimpin oleh Cornelis de Houtman.

Dikarenakan sikap bangsa Belanda yang tidak ramah dan keinginannya untuk menguasai perdagangan di daerah Banten, maka Sultan Banten pun murka dan mengusirnya.

Meskipun demikian, Belanda tidak jera dan datang kembali ke Maluku pada tahun 1598 sampai dengan tahun 1600.

Kedatangan tersebut dipimpin oleh Jacob van Neck dan berhasil membawa banyak rempah-rempah ke Belanda.

Keberhasilan Jacob van Neck membawa banyak rempah-rempah ke Belanda menyebabkan makin maraknya perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Nusantara.

4. Inggris

Pada tahun 1604 James Cook dan Sir Henry Middleton melakukan penjelajahan untuk mencari rempah-rempah dengan mengarungi perairan Cabo da Roca serta pulau Canary.

James Cook tiba di Batavia pada tahun 1770.

Sementara Sir Henry Middleton menjelajahi perairan Afrika Selatan hingga Samudra Hindia yang akhirnya tiba di daerah Sumatra dan menuju ke Banten sekitar akhir tahun 1604.

Kemudian, melanjutkan pelayaran ke Ambon pada tahun 1605.

Setibanya di Ambon, dia melanjutkan perjalanannya ke Ternate dan Tidore. Di sana dia berhasil mendapatkan banyak rempah-rempah sesuai keinginannya. Jenis rempah-rempah tersebut seperti cengkeh dan lada.

Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

1. Portugis Menguasai Maluku

Demi untuk menguasai Maluku sebagai penghasil rempah-rempah, Portugis membangun persekutuan dengan Kerajaan Ternate.

Pada tahun 1522 Portugis membangun sebuah benteng atas persetujuan Sultan Ternate.

Akan tetapi, hubungan persekutuan tersebut mulai retak saat Portugis mulai melakukan kristenisasi terhadap rakyat Maluku.

Kerajaan Ternate berusaha mengusir Portugis, tetapi kekuatan yang dimilikinya tidak cukup besar.

Akibatnya Tabariji yang merupakan Sultan Ternate diturunkan dari tahtanya dan diasingkan ke Gowa, India.

Setelah itu pada tahun 1575 saat pemerintahan Sultan Baabullah, Portugis diusir dari Ternate dan pindah ke Tidore. Lalu membangun benteng di sana.

2. Peranan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)

VOC yang didirikan pada tahun 1602 merupakan organisasi dagang yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda sebagai tanda kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.

Tujuan didirikan organisasi dagang ini adalah untuk memaksimalkan perdagangan di wilayah Hindia Belanda. 

Keistimewaan VOC

Pemerintah Belanda memberikan Hak Octroi atau hak istimewa kepada VOC, antara lain:

  1. VOC memiliki hak untuk memonopoli perdagangan
  2. Memiliki hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri
  3. Merupakan wakil Pemerintah Belanda di wilayah Asia
  4. Mempunyai hak untuk mengadakan perjanjian
  5. Hak untuk berperang (dengan negara-negara lain)
  6. Memiliki hak untuk menjalankan sistem kehakiman
  7. Melakukan pemungutan pajak
  8. Memiliki fasilitas angkatan perang 
  9. Hak untuk mengadakan pemerintahannya sendiri.

Kekuatan VOC

VOC membangun benteng pertahanan di Ambon (Malaka) dan Jayakarta (Batavia) untuk meningkatkan kekuatan militernya dan mempertahankan monopoli perdagangan.

Batavia dijadikan pusat operasional kongsi dagang VOC di seluruh Hindia Belanda sekaligus sebagai pelabuhan alternatif dari Maluku dan Malaka.

Kemunduran VOC

Setelah mengalami masa kejayaan serta berhasil membentuk kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, akhirnya kongsi dagang ini mengalami kemunduran yang akhirnya dibubarkan pada tahun 1799.

Beberapa hal yang menyebabkan kemunduran VOC, antara lain:

  1. Banyaknya praktik korupsi yang menyebabkan VOC tidak mampu membayar hutang-hutang yang dimilikinya.
  2. VOC mengeluarkan biaya untuk kebutuhan perang yang terlalu terlalu besar.
  3. Gaji dan pembagian keuntungan yang dibayarkan oleh VOC terlalu besar.
  4. Munculnya pesaing baru di wilayah Asia seperti EIC (East Indian Company) dan yang lainnya membuat VOC tidak mampu mempertahankan eksistensinya.
  5. Terbentuknya Republik Bataaf yang mengusung konsep demokratis liberal pada tahun 1795 yang memperbolehkan sistem perdagangan bebas.
  6. VOC menghadapi banyak perlawanan dari rakyat Hindia Belanda.
  7. Adanya pesaing baru rempah-rempah dari Maluku di pasar internasional.
  8. Pedagang gelap yang bermunculan.
  9. VOC kesulitan untuk menangani dan menjaga daerah kekuasaan karena luasnya wilayah Nusantara, sedangkan pegawai VOC tidak begitu banyak.

3. Masa Pemerintahan Belanda di Bawah Pimpinan Herman Willem Daendels

Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Jawa pada tahun 1808.

Pada masa pemerintahannya dibangun Grote Postweg (Jalan Raya Pos) mulai dari Anyer hingga Panarukan dengan memaksa seluruh rakyat di Jawa untuk melakukan kerja paksa.

Dengan cara tersebut, Daendels bisa mempertahankan kedudukannya di Jawa serta bisa membangun pasukan sebanyak 18 ribu orang.

4. Masa Pemerintahan Inggris di Bawah Pimpinan Thomas Stamford Raffles

Pasukan Inggris melakukan penyerangan ke Batavia pada tanggal 8 Agustus 1811. Dengan 60 kapal, Inggris berhasil menguasai Batavia dan daerah sekitarnya pada 26 Agustus 1811.

Hanya dalam waktu singkat, seluruh wilayah pulau Jawa berhasil dikuasai oleh pasukan Inggris.

Keberhasilan tersebut karena adanya dukungan dari raja-raja di Jawa. Salah satunya adalah dari Mangkunegara yang merasa kecewa dengan pemerintahan Herman Willem Daendels.

Pemerintahan Raffles berbeda dengan Daendels dan lebih bersifat liberal.

Beberapa hal yang dilakukan oleh Raffles saat masa pemerintahannya antara lain:

1. Menghapus sistem kerja rodi (kerja paksa). Daerah Priangan dan Jawa Tengah dikecualikan.

2. Menghapus pelayaran hongi (monopoli rempah-rempah oleh VOC) dan berbagai jenis tindak pemaksaan di Maluku.

3. Tidak diperbolehkan adanya perbudakan.

4. Menghapus berbagai bentuk penyerahan wajib dan hasil bumi dari rakyat.

5. Menerapkan sistem pajak bumi (landrente) dengan beberapa ketentuan berikut:

  • Petani diwajibkan untuk menyewa tanah meskipun ia adalah pemilik tanah pertanian tersebut.
  • Harga sewa yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi tanah.
  • Pembayaran pajak bumi menggunakan uang tunai, beras, atau tanah.
  • Penduduk yang tidak memiliki tanah atau bukan petani akan dikenakan pajak kepala.

6. Pulau Jawa dibagi menjadi beberapa karesidenan.

7. Kekuasaan para bupati dikurangi.

8. Sistem peradilan menggunakan sistem juri.

Dampak dari Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

1. Dampak di Bidang Politik dan Pemerintahan

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Nusantara memberikan perubahan pada sistem politik pemerintahan, diantaranya sebagai berikut:

  1. Sistem pemerintahan berubah dari yang awalnya sistem kerajaan menjadi sistem barat seperti pada masa pemerintahan Daendels yang membagi Jawa menjadi 9 provinsi serta 30 kabupaten.
  2. Setiap provinsi memiliki kepala pemerintahan yang disebut dengan nama prefek.
  3. Setiap kabupaten (regentschap) dipimpin oleh seorang bupati yang diangkat dari kalangan pribumi atau penduduk lokal.
  4. Dalam menjalankan pemerintahannya, bupati dibantu oleh seorang patih.
  5. Setiap kabupaten dibagi menjadi beberapa distrik dan dipimpin oleh seorang wedana.
  6. Distrik-distrik tersebut dibagi lagi menjadi onderdistrik dan dipimpin oleh asisten wedana.
  7. Pada saat pemerintahan Raffles, Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan dan setiap karesidenan dipimpin oleh seorang residen yang dibantu oleh asisten residen.

2. Dampak di Bidang ekonomi

Kolonialisme dan imperialisme di Indonesia yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda berdampak pada perubahan sistem ekonomi, yang tadinya sistem ekonomi tradisional menjadi sistem ekonomi barat.

Tanah-tanah yang sebelumnya dimiliki oleh para raja dialihkan menjadi milik Pemerintah Belanda.

Selain itu, pemerintah juga menerapkan sistem pajak dari hasil penjualan hasil bumi petani. Tarif pajak sudah ditentukan oleh Pemerintah Belanda saat itu.

Pada tahun 1828, sistem perbankan sudah masuk ke Hindia Belanda. Bank pertama yang ada di Hindia Belanda adalah De Javasche Bank

3. Dampak di Bidang Sosial dan Budaya

Bangsa Eropa memberi pengaruh pada bidang sosial dan budaya seperti cara bermusik, cara berpakaian, arsitektur, dan lain sebagainya.

Pengaruh budaya tersebut tidak langsung diterima secara utuh, namun disesuaikan dengan kultur lokal yang memunculkan kebudayaan baru.

4. Dampak di Bidang Pendidikan

Pendidikan di Hindia Belanda mengalami perkembangan sejak masuknya bangsa-bangsa Eropa.

Tetapi hal tersebut tidak terlepas dari politik etis atau politik balas budi. Sistem tersebut muncul sebagai bentuk protes dari para kaum liberal Belanda.

Para kaum liberal Belanda mengecam Pemerintahan Kolonial Belanda yang dinilai menidas para rakyat pribumi.

Hingga pada akhirnya muncul ethische politiek (politik etis) yang berfokus pada tiga hal yakni pendidikan, perpindahan penduduk, dan irigasi.

Oleh sebab itu pada tahun 1901, Ratu Wilhelmina mengumumkan tentang penyelidikan kesejahteraan pada Jawa, lalu politik tersebut disahkan. Politik etis berpengaruh besar pada bidang pendidikan.

Awal mulanya pendidikan ini hanya difungsikan untuk menghasilkan tenaga kerja pemerintahan dan hanya diperuntukkan bagi warga Belanda.

Tetapi seiring berjalannya waktu, sekolah-sekolah untuk rakyat pun semakin berkembang.

Sekolah-sekolah untuk rakyat antara lain ELS (Europese Legere School), HBS (Hoogere Burgerlijk School), STOVIA (sekolah kedokteran), dan berbagai jenis sekolah lainnya yang diperuntukkan untuk kalangan atas maupun pribumi.

Kolonialisme dan imperialisme di Indonesia memicu berbagai perlawanan seperti perlawanan Kesultanan Ternate terhadap Bangsa portugis, perlawanan Kesultanan Mataram terhadap VOC, perlawanan Kesultanan Banten terhadap VOC, dan berbagai perlawanan lainnya.

Perlawanan-perlawanan tersebut tidak hanya berbentuk fisik melalui perang, tetapi ada juga perlawanan yang menggunakan media seni dan sastra seperti karya-karya sastra yang disuarakan oleh para rakyat pribumi.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta