Konferensi Inter Indonesia beserta Tokoh, Hasil, dan Latar Belakangnya Lengkap
Konferensi Inter Indonesia beserta Tokoh, Hasil, dan Latar Belakangnya Lengkap – Banyak yang belum tahu kalau proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia.
Sebab, meski sudah diproklamasikan kemerdekaannya, pihak Belanda masih belum terima dan ingin kembali melakukan penjajahan. Guna menjaga kedaulatan dan kemerdekaannya, banyak tokoh bangsa yang melakukan diplomasi supaya NKRI tetap tegak berdiri.
Salah satu konferensi yang pernah dilakukan bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayahnya adalah konferensi Inter Indonesia.
Latar Belakang Konferensi Inter Indonesia
Daftar Isi
Daftar Isi
Di bawah ini akan diberikan penjelasan secara lengkap mengenai Konferensi Inter Indonesia.
Pengakuan keberadaan sebuah negara dari negara lain sangatlah penting bagi masa depan kedaulatan negara tersebut.
Maka dari itu, para pendiri bangsa merasa sangat perlu untuk mengupayakan pengakuan keberadaan Indonesia dalam percaturan dunia.
Berbagai upaya dilakukan bangsa Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain.
Salah satu yang menjadi titik terang dalam perjuangan mendapatkan pengakuan kedaulatan ini adalah Konferensi Inter Indonesia.
Dilaksanakannya konferensi Inter Indonesia tidak hanya bukti bahwa perjuangan melalui jalur diplomasi dapat menjadi solusi atas konflik yang sedang terjadi dan dapat digunakan sebagai langkah efektif untuk mempertahankan kedaulatan NKRI di mata dunia.
Pelaksanaan Konferensi Inter Indonesia ini tidak terjadi serta merta. Melainkan ada alasan yang kuat yang membuat konferensi ini harus terlaksana. Berikut ini beberapa alasannya.
1. Keinginan Belanda Menjajah Lagi Semakin Kuta
Proklamasi kemerdekaan RI yang dibacakan Bung Karno bagi pemerintah Belanda dianggap tidak berharga sama sekali.
Meski proklamasi dianggap sebagai tanda bahwa Indonesia telah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat, tetapi Belanda tidak ingin mengakuinya.
Hal ini dikarenakan Belanda merasa Indonesia merupakan wilayah jajahan yang sangat berharga dan sangat sayang untuk dilepaskan.
Maka dari itu, Belanda menempuh berbagai cara untuk bisa menguasai Indonesia lagi. Salah satu cara yang ditempuh adalah melakukan penangkapan terhadap para pemimpin-pemimpin bangsa.
Cara ini dilakukan supaya dengan tidak adanya sosok yang memimpin Indonesia akan membuat pihak Belanda mudah untuk memegang kendali atas Indonesia.
Langkah-langkah yang dilakukan pihak Belanda ini memunculkan dugaan di kalangan pejuang bahwa Belanda ingin kembali menjajah Indonesia.
Sadar akan hal inilah yang kemudian membuat para pejuang kembali mengangkat senjata untuk melawan Belanda dengan harapan penjajahan tidak akan terulang kembali.
2. Belanda Melancarkan Agresi Militer
Selain melakukan penangkapan terhadap para pemimpin bangsa. Cara lain yang dilakukan pihak Belanda untuk kembali menguasai Indonesia adalah dengan melakukan agresi militer.
Setidaknya ada dua kali agresi militer yang dilakukan pihak Belanda dalam upayanya untuk kembali menguasai Indonesia.
Agresi militer pertama dilakukan pada tahun 1947. Sementara agresi militer Belanda dilakukan pada tahun 1948.
Penerapan agresi militer oleh Belanda ini tentu melahirkan konflik yang begitu hebat antara militer Indonesia dengan militer Indonesia yang mendapat bantuan dari para simpatisan dan pejuang Indonesia.
Meski dalam segi persenjataan dibandingkan militer Belanda kalah jauh. Tetapi, semangat juang dari para pejuang Indonesia tidak kalah.
Terjadinya agresi yang dilakukan Belanda ini membuat konflik Indonesia semakin memburuk. Maka, dari itu untuk menghindari terjadinya kerusakan yang lebih parah.
Sejumlah tokoh-tokoh pendiri bangsa merasa perlu untuk mengadakan suatu diplomasi untuk menghentikan konflik yang sedang terjadi.
3. Pelanggaran Perjanjian Oleh Belanda
Sebelum terjadinya agresi militer yang dilancarkan pihak Belanda, sebenarnya antara Indonesia dengan Belanda telah terikat dengan aturan perjanjian yang dilaksanakan sebelum dilancarkannya agresi militer.
Beberapa perjanjian yang diadakan sebelum terjadinya agresi militer yang bertujuan untuk menghentikan konflik antara Indonesia dengan Belanda.
Perjanjian yang sudah disepakati oleh Indonesia dan Belanda ini adalah perjanjian Linggarjati yang dilaksanakan pada tahun 1946 dan perjanjian Renville yang dilaksanakan di tahun 1974.
Sayangnya hasil dari perjanjian yang sudah disepakati ini tidak dilaksanakan dengan baik oleh pihak Belanda.
Dalam prakteknya, pihak Belanda banyak melakukan pelanggaran yang dampaknya sangat merugikan pihak Indonesia.
Selain menyebabkan rasa ketidakpuasan bagi pihak Indonesia, pelanggaran ini juga menyebabkan kemarahan bagi rakyat Indonesia.
Demi menjaga agar kemerdekaan Indonesia tetap terjaga, tidak jarang para pejuang terlibat konflik dan kontak senjata dengan pihak Belanda.
4. Mendapat Pengakuan Internasional
Selain berusaha mati-matian untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya. Para tokoh pejuang kemerdekaan berupaya untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari negara lain.
Presiden Soekarno selaku pemimpin tertinggi mencoba mencari pengakuan Internasional atas kemerdekaan Indonesia dari sejumlah negara di dunia.
Usaha yang dilakukan presiden Soekarno ini mendapat respon baik dari sejumlah negara. Beberapa negara bersedia mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Berkat adanya pengakuan dari negara lain inilah yang kemudian menjadi legitimasi Indonesia sebagai negara baru yang merdeka dalam percaturan dunia.
5. Mendesak Belanda Mengakui Kemerdekaan Indonesia
Pihak Indonesia ingin menyelesaikan konflik yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda melalui cara diplomasi.
Pihak Indonesia memiliki keinginan kuat untuk menekan pihak Belanda supaya memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Jalur diplomasi diharapkan menjadi solusi yang tepat untuk mengurangi adanya korban jiwa dan korban materi dalam konflik yang tengah terjadi.
Tokoh Konferensi Inter Indonesia
Sejarah mencatat ada tiga tokoh penting dalam terselenggaranya Konferensi Inter Indonesia. Berikut ini adalah tokoh-tokohnya.
1. Mohammad Hatta
Delegasi Indonesia yang ikut serta dalam Konferensi Inter Indonesia ini dipimpin oleh Mohammad Hatta yang pada saat itu sudah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia.
Sebagai seseorang yang dipercaya memimpin delegasi Indonesia dalam memperjuangkan masa depan bangsa, peran Mohammad Hatta dalam perjanjian ini sangat penting,
Di dalam perjalannya, Mohammad Hatta sukses menunjukkan kelasnya sebagai seorang diplomat ulung yang membuat Belanda menyepakati aspirasi kemerdekaan Indonesia.
2. Sultan Hamid II
Dalam konferensi Inter Indonesia ini para pemimpin dari BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) turut hadir.
Delegasi dari negara-negara serikat bentukan Belanda ini dipimpin oleh Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.
Walau dalam pelaksanaan konferensi Inter Indonesia ini Sultan Hamid II memiliki pandangan yang berbeda dengan delegasi dari Indonesia.
Tetapi sikap Sultan Hamid II yang bijaksana dan pandangannya yang luas menjadikan konferensi Inter Indonesia dapat membawa hasil yang memuaskan.
Selain itu, berkat kemampuan Sultan Hamid II ini konferensi Inter Indonesia bisa menjadi batu pijakan untuk dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar sebagai upaya untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya.
3. Hubertus Johannes van Mook
Sementara itu, untuk delegasi dari Belanda sendiri delegasinya dipimpin oleh Hubertus Johannes van Mook yang pada waktu menjabat sebagai Gubernur Jendral Belanda.
Ia dipilih menjadi ketua delegasi karena menjadi perwakilan pemerintah kolonial Belanda.
Dalam hal ini, perannya sangat vital karena dia memikul tanggung jawab besar dalam upaya untuk mencapai kesepakatan antara pihak Belanda dengan pihak Indonesia.
Tujuan Konferensi Inter Indonesia
Pelaksanaan Konferensi Inter Indonesia yang digelar dua kali, yakni di Yogyakarta dan Jakarta ini untuk membentuk kesamaan pandangan dan sikap dari pihak Indonesia dan BFO dalam menghadapi Belanda pada waktu pelaksanaan KMB.
Selain itu, diadakannya konferensi Inter Indonesia ini juga dimaksudkan supaya negara-negara serikat bentukan Belanda ini mau mengakui kedaulatan Republik Indonesia sebagai negara pusat.
Tak hanya itu, dilangsungkannya Konferensi Inter Indonesia ini juga digunakan sebagai syarat dari pelaksanaan perjanjian Roem-Royen supaya Indonesia dapat mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Pihak Belanda.
Dengan dilaksanakannya konferensi Inter Indonesia ini diharapkan dapat semakin menguatkan posisi Indonesia di dalam KMB untuk mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional bahwa di waktu itu Indonesia sudah menjadi negara yang berdaulat.
Hasil Konferensi Inter Indonesia
Konferensi Inter Indonesia sendiri dilaksanakan sebanyak dua kali. Pada masing-masing konferensi ini memberikan hasil yang berbeda. Berikut hasil dari Konferensi Inter Indonesia.
1. Hasil Konferensi Inter Indonesia 1 di Yogyakarta 19-22 Juli 1949
Republik Indonesia Serikat (RIS) akan menjadi pelaksana pemerintahan sesuai dengan asas demokrasi dalam bentuk negara federal
Republik Indonesia Serikat (RIS) akan dipimpin seorang presiden konstitusional dengan dibantu sejumlah menteri. Presiden dan menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) akan bertanggung jawab pada DPR
Dibentuknya dua badan legislatif, yakni Dewan Perwakilan Rakyat (pusat) dan Dewan Perwakilan Negara Bagian
Republik Indonesia Serikat (RIS) memiliki angkatan perang yang terdiri dari KNIL, TNI, VB (Veiligheids Batalyon), dan ML (Militaire Luchtvaart).
2. Hasil Konferensi Inter Indonesia 2 di Jakarta 31 Juli-3 Agustus 1949
- Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) meliputi 16 negara bagian yakni Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Tengah, Negara Jawa Barat, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Jawa Tengah, Negara Kalimantan Barat, Negara Kalimantan Tengah, Negara Kalimantan Timur, Negara Kalimantan Selatan, Negara Sulawesi Selatan, Negara Sulawesi Utara, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) dilakukan pada pemilu pertama dengan presiden presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta. Untuk sementara kabinet RIS terdiri dari 16 menteri yang berasal dari sejumlah negara bagian.
- Pembentukan panitia persiapan RIS dalam KMB akan dipimpin Mohammad Hatta dengan anggota sebanyak 28 orang dari sejumlah negara bagian.
Demikian informasi yang bisa disampaikan mengenai Konferensi Inter Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
FAQ
Konferensi Inter Indonesia dilaksanakan sebanyak 2 kali yakni pada 20-23 Juli 1949 di Yogyakarta dan pada 31 Juli – 2 Agustus 1949.
Merupakan sebuah konferensi yang dilakukan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah BFO (negara bentukan Belanda) yang pelaksanaannya tanpa ada campur tangan Belanda.
Sejumlah tokoh Indonesia yang hadir dalam pelaksanaan konferensi Inter Indonesia antara lain Soekarno, Mohammad Hatta, Johannes Leimena, dan Haji Agus Salim.
Sejumlah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan konferensi Inter Indonesia antara lain adalah bendera merah putih sebagai bendera resmi RIS. Dan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi RIS.
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan di kota Den Haag, Belanda pada tanggal 23 Agustus 1979 sampai dengan 2 November 1949.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: