Latar Belakang Sistem Tanam Paksa, Jenis, Tujuan, Dampak, dan Aturannya (Cultuurstelsel)
Latar Belakang Sistem Tanam Paksa, Jenis, Tujuan, Dampak, dan Aturannya (Cultuurstelsel) – Penjajahan kolonial Belanda merupakan salah satu masa yang sangat kelam bagi sejarah bangsa Indonesia. Pada masa ini, pemerintah Belanda berusaha mengeruk sumber daya alam dan mengeksploitasi sumber daya manusianya dengan berbagai sistem dan kebijakan merugikan.
Salah satu sistem yang ditetapkan oleh Belanda pada masa penjajahan adalah sistem tanam paksa, sebuah kebijakan yang mengharuskan para petani Indonesia untuk menanam jenis-jenis tanaman yang memiliki nilai jual tinggi di Eropa. Para petani terbebani dengan kebijakan ini karena harus menanam tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah Hindia Belanda, sebabnya disebut dengan sistem tanam paksa alias tidak dilakukan secara sukarela.
Nah, bagi kamu yang ingin mengetahui bagaimana latar belakang sistem tanam paksa itu terjadi. Dalam artikel ini Mamikos akan menjelaskannya secara lengkap mulai dari latar belakang, jenis, tujuan, dampak, hingga aturan dari sistem tanam paksa. 🌴🧑🌾 Baca selengkapnya di bawah!
Daftar Isi
Daftar Isi
Apa itu Sistem Tanam Paksa?
Sesuai dengan namanya, sistem tanam paksa atau cultuurstelsel adalah sebuah sistem atau kebijakan yang diberlakukan pada masa pemerintahan kolonial belanda yang memaksa para petani untuk menanam tanaman-tanaman yang memiliki nilai jual tinggi di Eropa pada saat itu.
Kebijakan ini diberlakukan pada tahun 1830 hingga 1870 di sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya Pulau Jawa.
Kebijakan ini sangat membebani petani dan masyarakat Indonesia kala itu, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki lahan bertani karena harus menanam jenis tanaman yang ditentukan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Dimana, para petani yang awalnya memiliki banyak waktu untuk bertani, dipaksa harus menanam berbagai jenis tanaman tersebut.
Sehingga, masyarakat setempat saat itu menganggap cultuurstelsel sebagai tanam paksa, dikarenakan pengerjaannya yang memang dipaksa oleh pemerintah Hindia Belanda, bukan secara sukarela.
Bagaimana Latar Belakang Sistem Tanam Paksa?
Memasuki akhir tahun 1829, pemerintah Hindia Belanda mulai mengalami masalah keuangan karena beberapa faktor, salah satunya karena dana pembiayaan perang yang sangat besar di Indonesia.
Ditambah kebijakan sewa tanah yang diterapkan pada era Raffles juga tidak memberikan keuntungan signifikan kepada Belanda, kebijakan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga alih-alih mendapatkan untung yang besar, pemerintah Belanda justru merugi karena pendapatan hasil pertanian menurun.
Selain itu, Belanda juga mengalami krisis di dalam negerinya kala itu, dimana Belgia memisahkan diri dari Belanda dan ingin membentuk negara baru. Berbagai permasalahan yang dilalui Belanda pada masa itu membuat kas negara semakin merosot. Sehingga perlu upaya baru untuk meningkatkannya kembali.
Melihat permasalahan yang ada, Van den Bosch, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang menjabat pada tahun 1830, mencetuskan sebuah sistem baru yang kemudian dikenal dengan sistem tanam paksa.
Kebijakan tersebut merupakan upaya dari pemerintah Hindia Belanda untuk menanggulangi krisis keuangan yang mereka hadapi. Dimana mereka ingin menutup kerugian dan mengembalikan kondisi keuangan agar lebih stabil setelah perang.
Dengan adanya sistem ini, pemerintah Hindia Belanda memaksa para petani dan masyarakat setempat untuk menanam tanaman-tanaman yang laku di pasaran Eropa sehingga pemerintah Belanda bisa mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil penjualannya.
Jenis Tanaman Apa Saja yang Menjadi Fokus dalam Sistem Tanam Paksa?
Seperti yang sudah disebutkan dalam penjelasan di atas, bahwa latar belakang dari penerapan sistem tanam paksa yaitu untuk mengembalikan stabilitas keuangan pemerintah Hindia Belanda yang merosot dengan memaksa para petani Indonesia untuk menanam jenis-jenis tanaman yang laku di pasaran Eropa.
Adapun beberapa jenis tanaman yang menjadi fokus dalam sistem tanam paksa kala itu, adalah sebagai berikut:
1. Indigo atau Nila
Salah satu jenis tanaman yang difokuskan dalam kebijakan tanam paksa oleh pemerintah Hindia Belanda kepada masyarakat Indonesia adalah indigo.
Membaca namanya, kamu mungkin asing dengan tanaman satu ini karena tidak begitu lumrah dibicarakan atau ditemukan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Meskipun begitu, pada masa itu ternyata indigo merupakan salah satu tanaman bernilai jual sangat tinggi.
Indigo adalah sebuah tanamanan yang menjadi bahan baku untuk pewarna biru dan umumnya digunakan untuk mewarnai produk tekstil atau kain. Untuk menjadi bahan pewarna, tanaman indigo akan diproses melalui beberapa tahapan di pabrik.
Di Indonesia sendiri, khususnya di pulau Jawa, Indigo sebenarnya sudah diproduksi sebagai bahan pewarna sebelum adanya sistem tanam paksa dan Kota Cirebon menjadi kota penghasil Indigo terbesar di Indonesia kala itu.
Namun, memasuki tahun 1830, penanaman tanaman Indigo semakin masif dan intensif karena adanya kebijakan tanam paksa oleh pemerintah Hindia Belanda hingga tahun 1864.
2. Kopi
Selain indigo, kopi juga menjadi salah satu jenis tanaman yang menjadi fokus dalam sistem tanam paksa. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia dan itu sudah berangsur lama sejak masa penjajahan Hindia Belanda.
Kopi Indonesia, khususnya yang berasal dari Pulau Jawa, dikenal memiliki kualitas yang mumpuni dan menjadi salah satu jenis tanaman ekspor yang diutamakan dalam sistem tanam paksa karena di pasar Eropa saat itu, kopi sangat diminati.
Kepopuleran kopi mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk memaksa para petani Indonesia untuk menanam kopi sebanyak-banyaknya. Mereka melakukan pengawasan, pengontrolan, hingga distribusi kopi.
3. Teh
Teh juga termasuk ke dalam salah satu jenis tanaman yang menjadi fokus dalam tanam paksa. Teh sejak dulu dikenal sebagai salah satu komoditas yang sangat diminati di seluruh dunia, termasuk pasar Eropa.
Sehingga petani Indonesia didorong oleh pemerintah Hindia Belanda untuk membudidayakan teh, khususnya di wilayah-wilayah pegunungan seperti di Jawa Barat.
4. Tebu
Gula dan tebu merupakan salah satu hal yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan penjajahan Belanda di Indonesia, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Gula sendiri terbuat dari tanaman tebu yang termasuk ke dalam salah satu jenis tanaman yang difokuskan dalam sistem tanam paksa pada saat itu.
Gula yang dihasilkan di Indonesia kemudian akan diekspor ke pasar Eropa, dimana hal tersebut menjadi salah satu sumber kekayaan pemerintah Belanda karena tingginya minat terhadap gula.
Apa Tujuan Dari Sistem Tanam Paksa?
Secara garis besar, tujuan dari penerapan sistem tanam paksa yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat Indonesia yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memaksa masyarakat menanam tanaman-tanaman yang menjadi salah satu komoditas paling diminati dan bernilai jual tinggi.
Hasil panen masyarakat akan diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda sebagai bentuk pembayaran pajak. Dengan begitulah pemerintah Hindia Belanda dapat mengontrol, memperkuat, sekaligus meningkatkan keuntungannya atas wilayah jajahan mereka.
Untuk lebih detailnya, berikut ini adalah beberapa tujuan utama dari sistem tanam paksa yang telah Mamikos kutip dari Kumparan:
- Untuk mengisi kembali kas negara Hindia Belanda yang pada saat itu mengikis karena besarnya pengeluaran pada masa perang Jawa atau perang Diponegoro.
- Untuk membantu Hindia Belanda dalam menyediakan dana pembayaran hutang yang jumlahnya sangat besar karena peperangan.
- Untuk memberikan suntikan dana demi membiayai peperangan di Eropa maupun Indonesia.
- Untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari hasil eksploitasi sumber daya alam Indonesia dengan berlebihan.
Bagaimana Aturan Sistem Tanam Paksa?
Dari sistem tanam paksa, Hindia Belanda berhasil meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dan berhasil mengembalikan kestabilan ekonomi setelah kas negara yang menyusut.
Namun, hal ini justru menjadi penderitaan terhadap masyarakat Indonesia karena aturan-aturan dan penyelewengan kekuasaan pada saat itu.
Mengutip dari Wikipedia, adapun aturan sistem tanam paksa yang diberlakukan terhadap masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
- Masyarakat harus menyediakan 20% lahan pertanian untuk cultuurstelsel atau tanam paksa dari tanah yang dimiliki agar ditanami tanaman ekspor yang menjadi fokus dalam sistem tanam paksa.
- Untuk masyarakat yang tidak memiliki lahan atau tanah pribadi, maka diharuskan untuk bekerja di perkebunan atau pabrik milik pemerintah Hindia Belanda selama 66 hari.
- Waktu yang diterapkan untuk menanam tanaman pada lahan culturstelsel tidak boleh lebih dari tiga bulan.
- Kelebihan hasil produksi pertanian akan dikembalikan kepada masyarakat.
- Jika terjadi kerusakan terhadap tanaman yang diakibatkan bukan oleh kesalahan petani seperti bencana alam atau hama, maka akan ditanggung oleh pemerintah.
- Hasil panen harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda melalui pemimpin daerah setempat atau bupati.
Namun, sayangnya aturan-aturan di atas terjadi perpelencengan yang mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat seperti lahan yang digunakan lebih dari 20% untuk cultuurstelsel, masyarakat yang tidak memiliki lahan harus bekerja selama 75 hari kepada pemerintah tanpa digaji, kelebihan hasil tanam yang tidak dikembalikan, hingga kerugian gagal panen yang ujung-ujungnya harus ditanggung oleh masyarakat itu sendiri.
Apa Dampak Sistem Tanam Paksa?
Sistem tanam paksa atau cultuurstelsel bagaikan dua bilah mata pisau, di satu sisi memberikan dampak positif, di sisi lain juga memberikan dampak negatif. Adapun dampak dari sistem tanam paksa jika dilihat pada dua aspek positif dan negatif adalah sebagai berikut:
1. Dampak Positif
- Masyarakat mengenal teknik pertanian dan jenis tanaman-tanaman baru yang memiliki nilai jual tinggi untuk dibudidayakan.
- Infrastruktur untuk pertanian seperti irigasi dan jalan dibangun di berbagai wilayah demi kepentingan pertanian (walaupun untuk kelancaran bisnis Hindia Belanda).
- Masyarakat mengenal sistem tenaga kerja untuk bidang pertanian maupun non pertanian.
2. Dampak Negatif
- Perubahan kepemilikan dan penguasaan lahan tanah pertanian.
- Eksploitasi terhadap tenaga kerja yang merupakan masyarakat Indonesia.
- Merusak struktur sosial serta mengakibatkan kemiskinan bersama di tengah masyarakat.
- Produksi tanaman pangan lokal yang menurun.
- Merebaknya kelaparan di tengah masyarakat.
- Ekonomi masyarakat terpuruk karena kebijakan tanam paksa.
Penutup
Nah itulah dia pembahasan lengkap mengenai latar belakang sistem tanam paksa, jenis, tujuan, dampak dan aturannya.
Jika kamu ingin mengetahui informasi lebih banyak mengenai contoh kolonialisme dan imperialisme yang pernah terjadi di Indonesia selain sistem tanam paksa pada pemerintahan Hindia Belanda, jangan lupa untuk kunjungi blog Mamikos Info.
Referensi:
Sistem Tanam Paksa: Latar Belakang, Aturan, Kritik, dan Dampak [Daring]. Tautan: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/02/122535879/sistem-tanam-paksa-latar-belakang-aturan-kritik-dan-dampak.
4 Jenis Tanaman yang Menjadi Fokus Sistem Tanam Paksa di Zaman Penjajahan [Daring]. Tautan: https://kumparan.com/berita-terkini/4-jenis-tanaman-yang-menjadi-fokus-sistem-tanam-paksa-di-zaman-penjajahan
Jenis Tanaman yang Menjadi Fokus Johannes Van den Bosch dalam Sistem Tanam Paksa [Daring]. Tautan: https://portalgresik.com/jenis-tanaman-yang-menjadi-fokus-johannes-van-den-bosch-dalam-sistem-tanam-paksa
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: