Mengenal Rumah Adat Batak, Ciri-ciri, Keunikan, dan Gambarnya Lengkap
Mengenal Rumah Adat Batak, Ciri-ciri, Keunikan, dan Gambarnya Lengkap – Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang menjadi cagar budaya Indonesia. Berkat masyarakatnya yang gigih dalam melestarikan peninggalan warisan budaya, rumah adat Sumatera Utara ini masih dapat dijumpai hingga sekarang.
Rumah adat Sumatera Utara tidak hanya terdiri dari satu jenis saja, tetapi terdiri dari berbagai jenis. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah adanya keberagaman rumah adat Sumatera Utara.
Keberagaman yang ada di suku Batak yang ada di provinsi Sumatera Utara antara lain adalah Suku Tapanuli atau Toba, Suku Simalungun, Suku Karo, Suku Mandailing, hingga Suku Pakpak.
Keberadaan ini menjadikan Sumatera Utara kaya dengan berbagai jenis rumah adat khas Batak. Terkait tentang jenis rumah adat Batak, di bawah ini adalah penjelasannya.
Jenis-jenis Rumah Adat Batak
Rumah adat Batak beragam sekali jenisnya. Di bawah ini adalah beberapa contoh dari jenis rumah adat Batak.
1. Rumah Adat Karo
Rumah adat Karo merupakan salah satu rumah adat yang paling terkenal di adat Sumatera Utara. Rumah adat ini sering dijadikan jujukan wisata bagi kalangan turis lokal maupun internasional.
Selain itu rumah adat Karo juga menjadi rumah adat Sumatera Utara yang dilihat dari segi ukuran merupakan yang terbesar dan tertinggi.
Tinggi dari rumah adat ini dapat mencapai 12 meter. Kerennya, walau menjadi rumah adat tertinggi dan terbesar di Sumatera Utara, pembangunan rumah ini dilakukan tanpa menggunakan paku sama sekali.
Rumah adat ini juga tersusun dari enam belas tiang yang disandarkan pada batu-batu besar yang kemudian difungsikan sebagai penyangga bangunan.
Adapun dampaknya adalah membuat bangunan menjadi lebih kokoh. Pada bagian atapnya terbuat dari bahan ijuk hitam yang diikat dengan erat pada area kerangka anyaman bambu.
Sementara untuk lantainya sendiri dibuat dari kayu yang terjangkau dan disusun secara apik sehingga saling menempel satu sama lain.
Rumah adat Karo memiliki nama lain yakni rumah adat Siwaluh Jabu yang dapat diartikan jika rumah tersebut dihuni oleh delapan keluarga dengan memainkan berbagai peran berbeda dalam rumah tangga.
2. Rumah Adat Nias
Rumah adat Nias merupakan rumah adat Sumatera Utara yang tampilannya lebih mungil jika dibandingkan rumah adat Karo.
Rumah adat Nias terbagi menjadi beberapa jenis, contohnya adalah Omo Sebua dan Omo Hada.
Rumah adat Omo Hada merupakan rumah adat Nias yang dipakai untuk masyarakat biasa Suku Nias.
Sementara rumah adat Omo Sebua hanya ditujukan atau boleh dihuni oleh para petinggi hingga bangsawan.
Namun, jika dilihat dari bentuknya, keduanya rumah ini tak jauh berbeda. Selain itu apabila dilihat dari segi ukuran keduanya sangat jauh berbeda.
Rumah adat Omo Sebua dengan tipe rumah panggung, tinggi kolong panggungnya dapat mencapai hingga 2-5 meter.
Sementara untuk rumah adat Omo Hada, kolong panggungnya hanya memiliki ukuran sekitar 1-2 meter saja.
Rumah adat Sumatera Utara ini dibuat dengan memakai kayu nibung yang fungsinya sebagai atap dan penyangga.
Sementara daun rumbia fungsinya adalah untuk atap rumah adat Omo Hada, tetapi di rumah adat Omo Sebua menggunakan tanah liat sebagai sebagai bahan pembuat atapnya.
Keunikan lain dari rumah adat Nias terlihat pada bagian pondasi yang kokoh dan tidak kaku. Pembuatan ini dilakukan supaya rumah menjadi tahap terhadap gempa.
3. Rumah Adat Bagas Gondang
Kemudian adalah adat Bagas Gondang yang kerap isebut dengan nama rumah adat Mandailing karena rumah adat ini berasal dari Suku Batak Mandailing.
Rumah adat ini pada awalnya merupakan tempat tinggal para raja. Namun, di masa sekarang telah menjadi bagian dari warisan budaya dan dapat dipakai oleh masyarakat suku Mandailing sebagai tempat pertemuan dan musyawarah warga.
Rumah adat Sumatera Utara juga mempunyai berbagai ciri khas seperti pada bentuk atapnya yang menyerupai bentuk segitiga gunting.
Bagian atapn rumah adat ini dibuat dari ilalang dan dedaunan kering. Penggunaan bahan alami yang dipakai sebagai atap membuat udara di dalam rumah stabil.
Setelahnya di bagian atap depan terdapat ornamen berwarna hitam, merah dan putih yang menjadi ciri khasnya.
Sementara bahan bangunannya di buat dengan memakai sejumlah kayu-kayu besar dengan jumlah yang ganjil sebagai penyangga utamanya.
4. Rumah Adat Pak-pak
Rumah adat Pakpak merupakan rumah adat yang memiliki warna tampilan paling cerah di antara rumah adat lainnya di Sumatera Utara.
Penyebabnya adalah karena area atap dan dindingnya di dominasi warna merah dan jingga. Tetapi tak semuanya memakai warna demikian.
Sebab, beberapa ada yang memakai warna coklat dan hitam pada bagian atap. Sementara untuk warna dindingnya memakai warna putih.
Fungsi rumah adat Pak-pak di masa sekarang adalah sebagai tempat untuk musyawarah dalam mencapai penyelesaian masalah yang terjadi di masyarakat.
Keunikan rumah adat pak-pak ada pada bagian atapnya yang mirip seperti tanduk kerbau.
Filosofi rumah adat pak-pak adalah melambangkan semangat kepahlawanan. Sehingga pemiliknya memiliki jiwa pahlawan yang kuat dalam upaya mencari nafkah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Rumah Adat Simalungun
Rumah adat Simalungunmemiliki ukuran yang besar sekali. Jika dibandingkan rumah adat Sumatera Utara lain, bentuk rumah adat simalungun memang lebih besar.
Ciri khas yang dimiliki rumah adat ini ada pada bangunannya yang berbentuk limas dengan tipe rumah panggung.
Bagian kolongnya memiliki tinggi dua meter dengan tujuan agar penghuninya terhindar dari serangan babi hutan dan berbagai hewan liar lainnya.
Pada bagian area kaki rumah adat Simalungun terdapat kayu-kayu penyangga yang diukir dan diberi berbagai warna.
Sementara pada bagian pintunya sengaja dibuat pendek, dengan tujuan agar tamunya menghormati pemilik rumah.
6. Rumah Adat Angkola
Selanjutnya adalah rumah adat Angkola yang merupakan milik suku Batak Angkola. Bangunan Rumah adat angola terbuat dari papan kayu untuk bagian lantai dan dinding.
Sementara untuk bagian atapnya terdiri dari ijuk dan menggunakan tanah liat. Banyak yang memiripkan rumah adat Sumatera Utara dengan rumah adat Bagas Godang, walau keduanya berbeda.
Mulai dari bentuk, suku hingga pemilihan warna bangunan. Rumah adat Angola dengan bentuk kotak serta pada area atapnya dengan bentuk yang lebih besar, sementara itu area atap yang lebih kecil berbentuk tak kalah unik yaitu segitiga.
Rumah adat Angkola kebanyakan didominasi dengan warna putih, coklat tua dan orange.
Keunikan Rumah Adat Batak
Semua suku Batak memiliki rumah adatnya sendiri. Walau sesama suku Batak, desain dan arsitektur bangunan Rumah adat Batak tidaklah sama.
Jika diperhatikan dengan seksama, perbedaan paling mencolok dari desain arsitektur bangunan rumah adat Sumatera Utara ada pada sbentuk atapnya.
Bangunan atap rumah adat Sumatera Utara sangatlah beraneka ragam, ada yang berbentuk layaknya perahu, berbentuk seperti gunting dan ada pula yang berbentuk segitiga runcing.
Selain pada bagian atap rumah adat Sumatera Utara, bagian bentuk depan dan keseluruhan rumah juga sering tampil berbeda.
Sejumlah rumah adat Sumatera Utara ada yang termasuk dalam jenis rumah panggung dan ada yang tidak.
Tingginya sendiri butuh sekitar lima anak tangga sebelum akhirnya sampai ke depan pintu utama dan memerlukan sampai sepuluh anak tangga.
Ciri Khas Rumah Adat Batak
Ciri khas rumah adat batak diantaranya terlihat pada rumah bolon yang berbentuk persegi empat dengan gaya rumah panggung.
Rumah ini biasanya mempunyai tinggi 1,75 meter dari dataran atau tanah. Tinggi pintunya sekitar 1,5 meter dan memiliki lebar sekiar 80 cm dengan bentuk menjorok ke bagian dalam.
Karena rumah bolon berbentuk panggung biasanya rumah ini dilengkapi dengan tangga yang tujuannya memudahkan seseorang saat memasuki rumah ini.
Letak tangganya biasanya berada di area tengah ruang. Dan saat memasuki rumah ini secara khusus harus menunduk saat menaiki tangga.
Di dalam rumah bolon juga terdapat suatu ruang kosong berfungsi untuk menopang rumah bolon agar tetap kokoh. Penopangnya adalah tiang penyangga yang tersebar pada setiap sudutnya.
Sementara di bagian atasnya mempunyai bentuk yang serupa dengan pelana kuda yakni pada bagian depan dan belakang yang melengkung.
Masyarakat Batak menyakini jika atap merupakan bagian rumah yang suci. Maka mereka menyimpan sesuatu yang berharga di area atap rumahnya, cotohnya adalah benda-benda pusaka warisan leluhur.
Rumah bolon sendiri mempunyai ciri dan keunikan tersendiri mulai dari bentuk dinding rumah yang sengaja dibagun miring, serta bahan atap yang memakai ijuk atau daun rumbia.
Walau bagian dalamnya merupakan ruangan yang luas, tetapi tidak terdapat area kamar. Rumah bolon tidak memiliki ruangan lain. Biasanya rumah ini memiliki 3 bagian yakni:
Tiga Bagian Rumah Bolon
- Jabu bona berada pada sudut kanan sebagai ruangan belakang, difungsikan sebagai kepala rumah tangga
- Jabu soding letaknya saling berhadapan dengan ruangan belakang di bagian sudut kiri (khususnya untuk anak perempuan dari si empunya rumah, istri tamu, tempat dilakukannya upacara adat).
- Jabu Suhat berada pada sisi sebelah kiri yang digunakan khusus untuk anak laki-laki sulung yang telah menikah, dimana di sebelahnya terdapat ruangan tampar piring yang sering dipakai sebagai ruang tamu.
Uraian Bagian Rumah
Ruang jabu Tongatonga Jabu Bona juga digunakan khusus untuk berkumpul seluruh keluarga besar.
Ada rumor yang menyatakan bahwa rumah Bolon dibuat hanya dengan memakai kayu terpilih yaitu kayu dengan bunyi nyaring jika di ketuk.
Meski rumah Bolon ini seperti kebanyakan terbuat dari kayu namun uniknya rumah bolon tidak menggunakan paku, melainkan menggunakan alternatif lain yaitu tali.
Tali yang dipakai terbuat dari ijuk atau rotan tersebut lalu diikatkan dengan kuat pada kayu agar rumah ini tetap kokoh atau disebut dengan ret-ret.
Di bagian ini juga terdapat gambar-gambar ataupun ukiran yang dibuat pada badan rumah ini. Ukiran tersebut mempunyai makna mengenai kisah hidup masyakarat suku Batak.
Ukiran tersebut sering disebut ornamen Gorga yang digambarkan dengan cicak, ular dan kerbau yang artinya penolak penyakit, malapetaka, dan lain sebagainya.
Tiang kayu pada rumah adat Batak merupakan lambang dari gotong royong, dengan adanya sikap ini semua pekerjaan akan terasa ringan. Tiang pondasi rumah adat Batak terbuat dari ninggor bermakna kejujuran.
Arop-aropan sendiri terdapat pada bagian depan rumah Bolon yang artinya harapan agar meraih kehidupan yang lebih layak.
Penyangga pada bagian atap adalah songsong boltak yang artinya ketika penghuni memiliki sifat yang jahat hendaknya tidak di umbar-umbar kepada orang banyak atau dengan kata lain, sebaiknya disimpan untuk diri sendiri saja.
Rumah Adat ini dibersihkan dengan memakai sapu dan kotorannya lantas dibuang melalui lubang yang ada di bagian dapur.
Maknanya adalah segala kesalahan dan keburukan di dalam rumah harus dihilangkan.
Panggung pada rumah adat bolon ini digunakan untuk menyimpan hasil pertanian yang kebanyakan berupa padi. Hal ini memiliki makna harapan dalam hal kelancaran di dalam segala hal yang dijalani.
Bagian atap memiliki bentuk mirip pelana kuda yaitu pada bagian depan dan belakangnya yang melengkung yang maknanya turut serta dalam mendoakan agar para penghuninya mendapatkan kesuksesan yang besar dalam kehidupannya mendatang dibandingkan dengan kehidupan yang saat ini dijalani.