Mengenal Tokoh Punakawan Beserta Karakter dan Penjelasannya Lengkap
Mengenal Tokoh Punakawan Beserta Karakter dan Penjelasannya Lengkap – Salah satu keunikan yang ada dalam kisah pewayangan Jawa yang tidak dijumpai dalam pewayangan India adalah keberadaan sosok yang disebutkan punakawan.
Tugas utama dari sosok punakawan ini adalah membimbing dan menghibur para pangeran ketika mereka sedang mengalami kesusahan.
Selain itu punakawan juga memiliki tugas untuk mengingatkan agar para pangeran senantiasa berjalan pada jalan kebenaran.
Kepercayaan Terhadap Tokoh Punakawan
Daftar Isi
Daftar Isi
Beberapa orang dari kalangan kebatinan banyak yang meyakini kalau punakawan merupakan penjelmaan dewa yang bertugas menjaga perdamaian dunia.
Punakawan dalam kebudayaan Jawa digambarkan dalam sosok Semar yang ditemani oleh ketiga anaknya yakni Bagong, Gareng, Petruk.
Walaupun penjelmaan dari sosok dewa dengan kemampuan luar biasa, namun mereka ‘menyamar’ sebagai orang kecil.
Daftar Tokoh Punakawan
Punakawan banyak yang mengartikan berasal dari kata “pana” yang memiliki makna paham, dan kawan yang maknanya adalah “teman”.
Maksudnya, para tokoh punakawan bukan hanya memiliki makna sebagai abdi atau pengikut biasa, tetapi mereka juga memahami apa yang sedang terjadi pada majikan mereka dan ada masanya mereka bertindak sebagai penasihat (pamomong).
Jika para ksatria di dalam dunia pewayangan seringkali digambarkan dengan sosok yang serius, santun, dan kaku.
Maka penggambaran sosok punakawan adalah sebaliknya. Mereka digambarkan mempunyai sikap yang lucu, slengekan, dan kadang ceroboh.
Hal inilah yang membuat kehadiran punakawan dalam sebuah pagelaran wayang kulit selalu dinantikan kehadirannya.
Sebab, bukan hanya kelucuannya yang dirindukan. Tetapi, penonton juga dapat mengambil pelajaran dari kelucuan dan kecerobohan yang dilakukan oleh punakawan.
Supaya kamu lebih mengenal siapa saja sosok punakawan dalam pewayangan Jawa lengkap dengan ciri fisik dan karakternya. Kamu dapat membaca penjelasannya dalam artikel di bawah ini.
1. Punakawan Semar
Dalam dunia pewayangan Jawa, Semar memiliki tugas utama yakni berperan sebagai pengasuh golongan ksatria.
Semar digambarkan selalu memiliki wajah yang tersenyum, tetapi matanya digambarkan seperti sedang menangis.
Penggambaran semacam ini oleh beberapa ahli ditafsirkan bahwa sosok Semar berusaha mengingatkan kepada manusia tidak akan bisa lepas dari kesedihan dan kebahagiaan.
Selain itu sosok Semar digambarkan sebagai seorang lurah yang berkedudukan di Karang Kadempel.
Semar dicitrakan mempunyai bentuk tubuh yang sangat unik, seolah-olah penggambaranya merupakan simbol penggambaran jagad raya itu sendiri.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan bahwa setelah Sanghyang Tunggal menikahi Dewi Rekatawati lahirlah lahir sebutir telur yang mampu bersinar terang.
Hal ini Sanghyang Tunggal kesal dan membanting telur bercahaya itu menjadi tiga bagian yakni kuning telur, putih telur dan cangkang.
Ajaibnya ketiganya berubah menjadi laki-laki. Cangkang telur menjelma menjadi Antaga, putih telur menjadi ismaya dan bagian kuning telur berubah menjadi Manikmaya.
Suatu hari Manikmaya dan Antaga berselisih untuk menentukan siapa yang lebih tua. Untuk menyelesaikan konflik ini keduanya bertanding menelan gunung.
Antaga yang ingin keluar sebagai pemenang segera mencoba menelan gunung secara utuh. Tapi karena gunungnya terlalu besar. Maka robeklah mulut Antaga.
Setelah itu tibalah giliran Ismaya yang ingin memenangkan perlombaan tersebut. Ia memakan gunung itu sedikit demi sedikit.
Hingga pada akhirnya seluruh bagian gunung dapat tertelan seutuhnya. Ismaya pun keluar sebagai pemenang dalam pertandingan tersebut.
Meski dapat keluar sebagai pemenang, tetapi Ismaya mendapat masalah serius. Gunung yang dia telan tak mampu dimuntahkannya.
Karena hal inilah yang kemudian membuat Antaga dan Ismaya dihukum untuk turun ke bumi. Di bumi Ismaya ditugaskan untuk membimbing para putra dari golongan ksatria.
Sementara Antaga diberi tugas untuk membimbing mereka yang mengagungkan sifat-sifat serakah, sombong dan penuh kedengkian.
Dalam pewayangan gagrag Tengah, Semar selalu disertai oleh ketiga anaknya yakni Gareng, Petruk, dan Bagong.
Sebenarnya tiga sosok ini bukanlah anak kandung Semar yang sesungguhnya. Gareng merupakan putra seorang pendeta yang kutukannya berhasil dihilangkan oleh Semar.
Kemudian sosok Petruk sebenarnya merupakan putra seorang raja bangsa Gandharwa yakni Prabu Gandarwarajabali.
Dan sosok Bagong yang secara fisik menyerupai sosok Semar ini dikisahkan diciptakan Sang Hyang Wenang dari bayangan Semar.
Kemudian dalam kisah pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar berbeda dengan wayang Jawa.
Mereka adalah adalah Cepot Astrajingga, Dawala, dan Gareng. Sedangkan, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya memiliki satu anak saja yakni Bagong.
2. Punakawan Gareng
Sosok tokoh punakawan yang bernama Gareng ini memiliki nama lengkap Nala Gareng. Sosok ini digambarkan memiliki kaki yang pincang. Sehingga ia selalu berhati-hati dalam berjalan.
Ada beberapa versi mengenai asal-usul Gareng. Sebuah versi menyebutkan bahwa sosok Gareng pertama kali muncul pada karya sastra Jawa Kuna berjudul Gatotkacasraya karangan Mpu Panuluh dari era Kerajaan Kediri.
Sementara versi lain menyebutkan bahwa di masa mudanya, Gareng merupakan seorang ksatria tampan yang bernama Bambang Sukodadi.
Ia dikisahkan berasal dari padepokan Bluluktiba. Dalam kisah tersebut dituliskan bahwa sosok Gareng memiliki wajah yang sangat tampan dan kesaktian di atas rata-rata.
Kesaktian dan ketampanan yang dia miliki inilah yang membuatnya sombong. Pada waktu itu Gareng memiliki kegemaran berkelahi dengan siapapun yang ditemuinya.
Suatu ketika ia bertemu dengan seorang Bambang Panyukilan. Karena ada kesalahpahaman keduanya bertarung hingga babak belur.
Ketika kedua wajah ksatria tadi hancur munculah Semar dalam wujud Bathara Ismaya. Kepada dua ksatria tadi Bathara Ismaya memberi pencerahan.
Setelah sadar berkat pencerahan yang diberikan Bathara Ismaya, dua satria ini kemudian mengabdi kepada Semar dan bersama-sama membimbing Pandhawa di jalan kebenaran.
3. Punakawan Petruk
Dalam jagad pewayangan Jawa, sosok Petruk ini digambarkan sebagai seorang pangeran dari bangsa Gandarwa.
Di masa mudanya Petruk yang memiliki nama lain memiliki wajah yang rupawan dan sakti. Hal inilah yang membuat Petruk menjadi sosok yang sombong dan sering menantang siapa saja bertarung dengannya.
Hingga suatu saat Petruk mendapat lawan yang seimbang. Ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari padepokan Bluluktibo.
Keduanya bertarung hingga hancur wajah dan fisiknnya. Beretapan pada saat itu datanglah Semar dalam wujud Bathara Ismaya melerai kedua ksatria yang bertarung tadi.
Setelah dilerai Bathara Ismaya memberi banyak wejangan, yang pada akhirnya membuat kedua tadi sadar dan mau diangkat sebagai anak.
Sosok Petruk yang sudah bertobat sering digunakan sebagai ‘alat’ untuk menggambarkan kehidupan wong cilik.
Dalam lakon Petruk dadi Ratu merupakan suatu gambaran bahwa seorang yang biasa pun asalkan berusaha sepenuh hati akan menjadikan orang tersebut mampu menduduki jabatan yang tinggi.
4. Punakawan Bagong
Di antara tokoh punakawan lain hanya Bagong yang memiliki wajah mirip dengan Semar. Hal ini dikarenakan banyak versi yang menyebutkan bahwa Bagong diciptakan dari bayangan Semar.
Sebab inilah yang menjadi Bagong bukan hanya digambarkan sangat mirip dengan sosok Semar, tapi juga sering ditampilkan memiliki ikatan emosi yang kuat dengan Semar.
Bagong akan sangat marah kepada siapapun yang berani merendahkan atau mengolok-olok Semar dengan kata-kata yang tidak pantas.
Tidak peduli yang merendahkan ini berasal dari bangsawan kerajaan maupun dewa-dewa di kahyangan sekalipun. Bagong akan tampil sebagai orang pertama yang akan membuat perhitungan dengan mereka.
Demikianlah penjelasan mengenai asal-usul dan karakter tokoh punakawan dalam jagad pewayangan. Semoga artikel sederhana ini dapat membuatmu lebuh mengenal sosok dan karakter pewayangan nusantara.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: