14 Nama Suku Bangsa Provinsi Aceh dan Bahasa Daerahnya, Apa Saja?
14 Nama Suku Bangsa Provinsi Aceh dan Bahasa Daerahnya, Apa Saja? – Aceh merupakan salah propinsi di Indonesia yang menyandang status daerah istimewa. Provinsi yang mendapat julukan Serambi Mekah ini dihuni oleh beragam suku bangsa yang memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda.
Berdasarkan sejumlah data yang dikumpulkan Mamikos, setidaknya ada 14 suku bangsa yang tinggal di Aceh.
Nah, dalam artikel di bawah ini Mamikos akan memberikan informasi suku-suku yang tinggal di Aceh lengkap dengan bahasa daerah yang digunakan. Yuk, simak!
14 Nama Suku Bangsa Provinsi Aceh dan Bahasa Daerahnya
Daftar Isi
Daftar Isi
Di bawah ini adalah nama suku yang tinggal di Aceh lengkap dengan bahasa daerahnya.
1. Suku Aceh
Suku Aceh merupakan suku asli yang bermukim di provinsi Aceh. Mayoritas dari suku ini beragam islam dan berbicara dengan menggunakan bahasa Aceh.
Mengenai bahasa daerah Aceh yang dituturkan suku Aceh ini termasuk bagian dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat dan berhubungan dengan dengan bahasa Cham.
Sedikit tambahan, bahasa Cham adalah bahasa yang digunakan oleh sebagian suku yang tinggal di wilayah Kamboja dan Vietnam.
Suku Aceh sering disebut dengan Lam Muri, Akhir, Achin, Asji. A-tse atau Lambri. Suku Aceh sendiri merupakan keturunan dari berbagai kaum, suku, dan bangsa yang sudah lama menetap di Aceh.
2. Suku Gayo
Suku Gayo merupakan suku terbesar kedua yang mendiami provinsi Aceh. Kebanyakan dari suku Gayo ini tinggal di daerah Aceh Tengah, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Bener Meriah, dan di Kabupaten Aceh Tenggara.
Mayoritas suku Gayo ini memeluk agama islam dan dalam kesehariannya mereka lebih sering menggunakan bahasa daerahnya yakni bahasa Gayo.
Bahasa Gayo merupakan salah satu kelompok bahasa yang disebut dengan Northwest Sumatra-Barier yang merupakan salah satu dari rumpun bahasa Austronesia.
3. Suku Tamiang
Suku Tamiang merupakan suku asli dari Kabupaten Aceh Tamiang. Dalam kesehariannya suku Tamiang ini banyak yang menggunakan bahasa Tamiang.
Jika dilihat lebih teliti bahasa Tamiang ini memiliki kemiripan dengan bahasa melayu. Bahasa Tamiang sendiri terbagi menjadi dua dialek yakni Tamiang Hulu dan Tamiang Hilir.
Bahasa Tamiang Hulu digunakan oleh masyarakat yang bermukim di kecamatan Kejuruan Muda, Tamiang Hulu, Kota Kuala Simpang. Kejuruan Muda, dan sebagian kecamatan Rantau dan Karang Baru.
Sementara bahasa Tamiang Hilir digunakan masyarakat yang bermukim di kawasan Seruway, Kecamatan Bendahara, dan sebagian kecamatan Karang Baru, Rantau, dan Manyak Payed.
4. Suku Alas
Masyarakat Suku Alas kebanyakan bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara. Dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Alas.
Bahasa Alas sendiri memiliki tiga dialek yakni dialek hilir, dialek tengah, dan dialek hulu. Secara etnis, masyarakat Suku Alas ini termasuk masyarakat Batak Utara.
Sebagian besar masyarakat suku Alas hidup di daerah pedesaan dan menjadikan sektor peternakan dan pertanian sebagai mata pencaharian mereka.
5. Suku Kluet
Suku Kluet atau yang sering disebut dengan Keluwet ini merupakan salah satu etnis rumpun Batak yang bermukim di kawasan Aceh Selatan.
Kebanyakan dari Suku Kluet ini tinggal di kecamatan Kluet Selatan, Kluet Utara, Kluet Timur, dan Kluet Tengah.
Bahasa yang digunakan suku Kluet ini adalah bahasa Kluet. Jika dilihat sepintas bahasa Kluet yang mempunyai tiga dialek yakni dialek dialek manggamat, dialek paya dapur, dan dialek Krueng Kluet ini memiliki kemiripan dengan bahasa Karo.
Masyarakat suku Kluet ini menggunakan sistem marga. Adapun marga besar yang ada di dalam suku Kluet yaitu Marga Pelis, Marga Selian, Marga Bencawan, Marga Pinem, dan Marga Caniago.
6. Suku Julu
Masyarakat Suku Julu ini kebanyakan tinggal di Kabupaten Aceh Singkil. Meski tinggal di kawasan suku Singkil, mereka enggan mengaku menjadi bagian dari suku Singkil.
Hal ini dikarenakan masyarakat suku Julu memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa yang digunakan masyarakat suku Singkil.
Suku Julu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Julu yang memiliki kekerabatan dengan bahasa yang digunakan masyarakat Pakpak.
Sebagian besar, masyarakat suku Julu menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencarian utama. Banyak diantara suku Julu yang hidup sebagai petani di dataran tinggi dengan menanam sayur-sayuran dan umbi-umbian.
7. Suku Singkil
Suku Singkil merupakan salah satu suku di provinsi Aceh yang banyak bermukim di wilayah Aceh Singkil, Subulussalam, dan sebagian Aceh Selatan dan Aceh Tenggara.
Dalam kesehariannya, masyarakat suku Singkil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Singkil yang juga sering disebut dengan bahasa julu, bahasa kampong, atau bahasa Pakpak Boang.
Sekilas bahasa Singkil ini memiliki kemiripan dengan bahasa Batak Karo. Hanya saja bahasa Singkil ini memiliki keunikannya tersendiri.
Salah satu keunikan sekaligus ciri khas yang dimiliki bahasa Singkil adalah huruf ‘r’ yang pengucapannya mirip dengan huruf ‘kh’.
8. Suku Pakpak Boang
Suku Pakpak Boang atau yang sering disebut dengan Batak Pakpak ini adalah suku bangsa yang tinggal di Provinsi Aceh.
Kebanyakan dari mereka banyak yang bermukim di daerah Singkil atau daerah Subulussalam. Bahasa yang digunakan suku Pakpak Boang untuk berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa Batak Pakpak.
Persebaran bahasa Batak Pakpak ini mulai dari Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Dairi, Subulussalam, hingga ke daerah Singkil.
Keunikan bahasa Batak Pakpak ini adalah adanya ungkapan ‘njuah-njuah’ yang biasanya diucapkan untuk memulai percakapan atau menutup percakapan.
Makna ungkapan ‘njuah-njuah’ ini mirip dengan ungkapan ‘horas’ dalam bahasa Toba yang maknanya sehat selalu.
9. Suku Anuek Jamee
Suku Aneuk Jamee merupakan suatu komunitas suku yang sebagian besar bermukim di sepanjang pesisir barat Aceh.
Banyak orang Aceh yang menyebut suku Aneuk Jamee ini adalah suku pendatang. Hal ini dikarenakan ada sebuah keyakinan bahwa leluhur suku Aneuk Jamee ini berasal dari Minangkabau.
Namun, demikian anggapan ini tidak memiliki dasar yang kuat. Hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan masyarakat suku Aneuk Jamee bukanlah bahasa Padang.
Suku Aneuk Jamee memiliki bahasa sendiri yang disebut dengan bahasa Jamee. Mayoritas pengguna bahasa Jamee ini adalah suku Jamee yang tinggal di kabupaten Aceh Selatan.
10. Suku Sigulai
Suku Sigulai merupakan suatu komunitas suku yang banyak bermukim di wilayah bagian pulau Sumalur bagian Utara.
Mayoritas suku ini tinggal di kecamatan Alafan dan kecamatan Simalur Barat. Tidak diketahui secara pasti dari mana asal-usul mereka.
Hanya saja secara etnis mereka termasuk etnis Mongoloid karena memiliki mata yang sedikit sipit dan kulit yang kuning langsat.
Dalam kesehariannya, masyarakat suku Sigulai atau yang sering disebut suku Salang ini berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Sigulai.
Mayoritas suku Sigulai menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan nelayan. Masyarakat suku Sigulai memiliki budaya yang hampir sama dengan masyarakat suku Nias.
11. Suku Lekon
Suku Lekon merupakan suku bangsa yang bermukim di kecamatan Alafan, Simeulue, yang berada di provinsi Aceh.
Mayoritas dari suku Lekon ini tinggal di desa Langi dan desa Lafakha. Dalam kesehariannya masyarakat suku Lekon berbicara dengan menggunakan bahasa Bahasa Lekon.
Bahasa Lekon sendiri memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Sigulai, Devayan, dan Haloban.
12. Suku Devayan
Suku Devayan atau yang juga sering disebut dengan suku Simeulue ini merupakan komunitas suku bangsa yang banyak bermukim di daerah Pulau Simeulue.
Jika dilihat dari postur fisiknya, masyarakat suku Devayan ini termasuk ras Mongoloid. Hal ini dikarenakan mereka memiliki kulit yang kuning langsat dan mata yang sipit.
Dalam kesehariannya, masyarakat suku Devayan berbicara dengan menggunakan bahasa Simolol. Para penutur bahasa ini bermukim di kecamatan Teupah Selatan, Teupah Tengah, Teupah Barat, Alafan, Salang, dan Simeulue Timur.
13. Suku Haloban
Suku Haloban merupakan suku bangsa yang tinggal di kabupaten Aceh Singkil. Mereka tinggal di kecamatan di Pulau Banyak Darat.
Bahasa yang digunakan masyarakat Suku Haloban ini adalah bahasa Haloban. Mengenai bahasa ini memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Denavan yang ada di pulau Simeulue.
Keberadaan Suku Haloban di wilayah provinsi Aceh termasuk suku minoritas di provinsi Aceh. Secara fisik suku ini berbeda dengan suku Aceh.
Hal ini dikarenakan suku Haloban masih termasuk ras Mongoloid sehingga mereka memiliki mata yang sipit dan kulit yang kuning.
Suku Haloban yang tinggal di kawasan provinsi Aceh banyak yang bermukim di desa Asantola dan desa Haloban.
14. Suku Jawa Sabrang Lor
Ada banyak suku Jawa yang telah lama tinggal di Aceh. Keberadaan suku Jawa yang tinggal di Aceh ini memiliki jejak kesejarahan yang panjang.
Mereka ini adalah keturunan dari pasukan Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang membantu Kesultanan Aceh melawan Portugis.
Hal inilah yang membuat keturunan Jawa yang tinggal di Aceh ini sering disebut dengan Jawa Sabrang Lor.
Kebanyakan dari mereka dapat dijumpai di Aceh Tamiang, Dataran Tinggi Gayo, Langsa, Singkil, dan Nagan Raya.
Dalam kesehariannya, mereka bicara dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko yang telah bercampur dengan bahasa daerah di Aceh.
Meski bersuku Jawa, tetapi masyarakat Jawa Sabrang Lor ini tidak mengenal tingkatan bahasa seperti masyarakat Jawa yang tinggal di Jawa.
Demikian informasi yang bisa disampaikan mengenai suku bangsa yang tinggal di provinsi Aceh. Semoga informasi ini bermanfaat.
FAQ
Pakaian adat Aceh dikenal dengan sebutan Ulee Balang.
Suku bangsa yang paling banyak tinggal di provinsi Aceh adalah suku bangsa Aceh. Mereka tinggal di Banda Aceh, Sabang, Pidie, Aceh Besar hingga sebagian Aceh Selatan dan Aceh Barat.
Provinsi Aceh sering juga disebut dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Suku bangsa yang paling banyak tinggal di provinsi Aceh adalah suku bangsa Aceh. Mereka tinggal di Banda Aceh, Sabang, Pidie, Aceh Besar hingga sebagian Aceh Selatan dan Aceh Barat.
Kah dalam bahasa Aceh artinya adalah kamu.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: