Kumpulan Naskah Drama Karya Sastrawan Indonesia Terkenal Beserta Judulnya Singkat
Kumpulan Naskah Drama Karya Sastrawan Indonesia Terkenal Beserta Judulnya Singkat – Indonesia memiliki sederet nama sastrawan yang tidak hanya piawai dalam menulis naskah puisi dan naskah cerita pendek maupun novel.
Tidak sedikit di antara mereka juga mengungkapkan ekspresi melalui naskah drama. Lebih lanjutnya silakan baca artikel ini sampai selesai.
Naskah Drama yang Tak Lekang Oleh Waktu
Daftar Isi
Daftar Isi
Beberapa sastrawan Indonesia banyak yang memiliki kemampuan menulis naskah drama yang begitu memukau dan melegenda.
Sehingga meski naskah drama tersebut telah dituliskan beberapa puluh tahun yang lalu. Namun, naskah drama yang ditulis pada sastrawan tadi masih menarik untuk dipentaskan pada masa sekarang.
Pada artikel berikut Mamikos akan menyajikan naskah drama karya sejumlah sastrawan Indonesia terkenal yang tak lekang oleh waktu.
Kumpulan Naskah Drama Karya Sastrawan Indonesia
Contoh 1 Kumpulan Naskah Drama Karya Sastrawan Indonesia
1. Bulan Bujur Sangkar Karya Iwan Simatupang
Bulan Bujur Sangkar merupakan naskah karya dari seorang sastrawan bernama Iwan Simatupang
Bagi yang belum tahu, Iwan Simatupang merupakan seorang sastrawan yang berasal dari Sumatera Utara. Sepanjang hidupnya telah banyak karya yang dihasilkan lelaki kelahiran Sibolga, 18 Januari 1928.
Karya-karyanya berupa kumpulan cerpen, kumpulan puisi, kumpulan esai, dan beberapa naskah drama telah mewarnai khazanah kesusastraan Indonesia.
Salah satu naskah drama karyanya yang melegenda berjudul Bulan Bujur Sangkar. Di bawah ini adalah cuplikan dari naskah dramanya.
Adegan 1
Orang Tua
(Terlihat sedang sibuk menyiapkan tiang gantungan).
Kau sudah siap. Betapa megahnya kehidupanku. Seluruh hidupku telah kusiapkan untuk mencari dimana letak dari kayu paling mulia untukmu. Mencari dimana letak tali paling mulia di dunia.
Hampir enam dasawarsa lamanya aku menjelajahi bumi, mendaki berbagai pegunungan yang tinggi, mengarungi lautan yang luas, dan menjelajah padang pasir yang ganas.
Harapan nyaris tiris saat nyawa hampir melayang. Enam dasawarsa lamanya aku terus bernapas demi sebuah cita-cita mulia.
Akhirnya aku berhasil menemukanmu juga. Kau yang telah lama kucari ternyata ada di sini, jauh dari ganasnya lautan. Segenggam lumut bersahabat dengan senyap yang riuh dengan kesenyapannya sendiri.
Kau kutemukan jauh tinggi. Satu helai jerami ditindih salju puncak pegunungan, yang telah merasa bosan dengan warna putih dan tinggi. Apakah kau sudah siap! Sekarang kau dapat memulai kegunaanmu!
Kemudian terlihat seorang pemuda masuk dengan memasang wajah liar, wajahnya terlihat letih, dan tangannya terlihat sedang menenteng mitraliur.
Ia terlihat terkejut saat matanya tertuju pada tiang gantungan, di sana dia melihat ada sesosok orang yang tengah berdiri dengan tenang di samping tiang gantungan. Ia kemudian menodongkan mitraliurnya yang ditentengnya.
Orang Tua
Tunggu-tunggu dulu! Jangan tergesa-gesa. Marilah kita menentukan lebih dahulu tegak kita masing-masing.
Supaya jangan sampai silap dalam memberikan tafsir peran kita sendiri-sendiri. Yang akan membunuh atau yang akan dibunuh.
Anak Muda
Apa maksudnya Bapak?
Orang Tua
Tingkah laku sebaiknya harus selalu sesuai dengan karakter yang ingin digambarkan.
(Ia merasa bisa mengambil mitraliur yang dipegang anak muda)
Sifat lahir sebaiknya harus selalu sama dengan sifat rohani, supaya …
(Anak muda yang segera sadar dengan segera mendepak mitraliur. Setelahnya terdengarlah suara tembakan).
… supaya dapat mencapai kesatuan ruang, kesatuan waktu, dan kesatuan laku.
Anak Muda
Bapak ingin membunuhku?
Orang Tua
Siapa ingin membunuhmu?
Anak Muda
Bapak ingin menghabisiku.
Orang Tua
Membunuhmu? Aku? Hendak membunuhmu?
Anak Muda
Ya, Bapak ingin bunuh aku!
Orang Tua
Mengapa? Apa alasannya? Tujuan apa yang membuatku harus bunuh kau?
Anak Muda
Kurang ajar! Jahanam! Tujuan!
Ia kemudian segera menyergap orang tua tadi. Tetapi, sayangnya orang tua tadi berhasil mengelak..
Orang Tua
Sebentar! Jangan terburu-buru. Setiap tingkah laku wajib taat pada suatu gaya.
Anak Muda
Gaya? Laku? Aku tidak peduli. Persetan dengan semuanya! Saat ini yang paling penting bagiku adalah mengakhiri lakon ini. Selesai. Alangkah senangnya hatiku jika aku tahu, aku adalah orang yang mengakhirinya.
Setelah itu dia menyergap lagi. sayangnya, sekali lagi orang tua tadi berhasil menyelinap.
Orang Tua
Apa maksudmu?
Anak Muda
Kisah Bapak selesai sekarang! Sekarang! Dan aku adalah orang yang akan mengakhirinya.
— bersambung—
Contoh 2 Kumpulan Naskah Drama Karya Sastrawan Indonesia
2. RT Nol RW Nol Karya Putu Wijaya
Selanjutnya ada kumpulan naskah drama yang melegenda di jagad drama Indonesia yang merupakan karya dari seorang sastrawan serba bisa bernama Putu Wijaya.
Generasi milenial mungkin banyak yang belum kenal sastrawan yang bukan hanya mahir dalam menulis sastra, menulis skenario dan bermain teater ini.
Sosok yang telah melahirkan ratusan karya ini juga piawai dalam melukis. di antara kesekian karyanya yang berupa naskah drama.
Salah satu yang paling melegenda adalah sebuah naskah drama dengan judul RW Nol RT Nol. Berikut ini adalah cuplikan naskahnya
Adegan I
Kolong jembatan mempunyai ukuran sedang terletak di sebuah kota besar. Suasana saat itu telah usai senja.
Tempat itu memiliki pemandangan biasa, sebagaimana pemukiman kumuh pada umumnya. Terlihat ada tikar robek. Papan berserakan. Bekas perabot rumah tangga yang rusak. Kaleng-kaleng susu dan mentega yang kosong.
Lampu teplok dan tungku berapi,
Dua tungku menyala dengan kaleng kosong di atasnya. Sesosok orang yang punya panggilan Si Pincang duduk di depan salah satu tungku. Sementara tungku yang lain ditunggui seorang kakek.
Ani dan Ina dalam balutan kain yang ala kadarnya dengan dan mengenakan kutang berwarna, terlihat sedang berdandan dengan memegangi cermin di tangan masing-masing.
Sesekali suara gemuruh terdengar dari jembatan, yang menjadi pertanda bahwa ada kendaraan yang sedang lewat.
Suara terdengar gemuruh kembali.
Kakek
Kelihatannya akan ada hujan deras
Pincang
(tertawa kecil) itu bukan suara dari langit, Kek. Melainkan suara dari truk gandeng yang lewat, kek.
Kakek
Apa katamu?
Pincang
Suara truk gandengan yang lewat, Kek
Kakek
(Geleng-geleng kepala sembari mengaduk isi kaleng mentega yang dipanggang di atas tungku berapi) truk gandengan lewat lagi! Bisa-bisa nanti ambruk jembatan ini. Bukankah sudah ada larangan untuk lewat jembatan ini.
Ani
Lantas?
Kakek
Sebaiknya yang namanya peraturan ya harus dipatuhilah
Ani tertawa terpingkal-pingkal
Kakek
Kalau masih saja ada yang melanggarnya. Lantas apa manfaatnya adanya larangan?
Ani
Yang namanya larangan gunanya ya untuk dilanggar
Kakek
Lalu kalau sudah ada yang melanggarnya?
Ani
Negara memiliki suatu kesibukan. Kesibukan itu disebut dengan bernegara. Kakek terlihat geleng-geleng sembari mengaduk-aduk makanannya. Suara gemuruh kembali terdengar lagi.
Pincang
Nah, kalau yang ini baru guruh.
Ani
(kaget) Apa katamu?!
Pincang
Itu hlo neng, guntur alias gluduk. Kalau berbunyi biasanya tidak lama lagi akan ada hujan yang turun.
Ani yang merasa kesal. Ia pun segera menuju ke tepi yang berada bawah di jembatan. Ia mendongak ke atas untuk melihat keadaan langit. Beberapa kali ia mengacungkan tinjunya ke arah langit berkali-kali.
Terdengar suara gluduk menggelegar.
Ani
Kurang ajar. Ina!
Ina
Ada apa, Kak?
Ani
Percuma hari ini kita dandan!
Ina
Ah, kan belum pasti akan turun hujan
Suara geluduk kembali terdengar lagi
Ani
(kesal) Belum pasti, hah? Memangnya kamu itu pawang hujan? Dengarkan aku baik-baik “yang belum pasti adalah – kalau hujan turun – kita dapat makan malam ini.
Pincang
Kalau mau untuk pengisi perut. Ini aku ada yang hampir matang
Ani
Terima kasih banyak, bang! Tetapi aku sudah merasa bosan dengan abu siammu yang kau ambil dari tong-tong sampah yang terletak di tepi pasar.
Labu siam yang sudah setengah busuk, kemudian dicampur dengan bumbu bawang prei yang juga sudah setengah busuk, kemudian dicampur dengan ubi dan jagung yang sudah apak, — bah, makanan apa itu ! aku sudah bosan dengan rasanya ! tidak!
Malam ini aku ingin sekali makan-makanan yang enak rasanya. Sepiring nasi putih yang masih panas, dengan lauk sepotong daging rendang yang bumbunya kental penuh dengan minyak, telor balado yang pedas, dan teh manis yang masih panas segelas penuh.
Dan untuk penutupnya adalah sebuah pisang raja yang warnanya kuning mas.
Sepanjang Ani berceloteh tentang makanan yang ingin disantapnya, yang lainnya hanya dapat mendengarkan saja.
Beberapa kali mereka terlihat seperti sedang menekan air liurnya.
Suara geluduk kembali berbunyi dan semuanya mengarahkan pandangannya kepada kepada Ani.
Ani
Oh, jangan! Jangan sampai turun hujan malam ini. Jangan hujan!
Ina
Sudahlah kita terima saja, kak. Baik hujan maupun tidak, kita akan tetap keluar malam ini.
Pincang
Bagaimana bisa? Mana ada laki-laki yang mau sama kalian yang dalam keadaan basah kuyup?
Ina
Ah, kamu seolah-olah tahu segalanya. Kata siapa kami akan basah?
—bersambung—
Demikian contoh kumpulan naskah drama dari sastrawan Indonesia yang terkenal. Semoga dengan mengetahuinya akan menambah wawasan kamu tentang karya naskah drama dari sastrawan Indonesia.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: