Penggunaan Indikator Fenolftalein dalam Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat Tidak Sesuai karena?
Penggunaan Indikator Fenolftalein dalam Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat Tidak Sesuai karena? – Titrasi merupakan prosedur untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi, larutan yang volumenya terukur direaksikan bertahap dengan larutan lain yang sudah diketahui larutan standarnya.
Sedangkan berdasarkan pada jenis reaksi yang terjadi, dibedakan menjadi titrasi pengendapan, titrasi asam basa, dan titrasi redoks.
Tapi, salah satu pembahasan yang familiar dan populer adalah titrasi basa lemah dengan asam kuat. Bagaimana maksudnya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Penggunaan Indikator Fenolftalein dalam Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat Tidak Sesuai Karena? Berikut Jawabannya
Reaksi kimia yang terjadi apabila titrasi asam basa adalah reaksi antara ion hidronium yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa menghasilkan air.
Perlu Anda ketahui pada titrasi asam dengan basa, pH larutan asam itu bertambah mengikuti penambahan titran basa.
Sedangkan, larutan titran yang mempunyai PH tertentu dalam proses titrasi asam dengan basa, dibedakan menjadi 4.
Pertama pH larutan sebelum titrasi dimulai, pH larutan sebelum titik ekuivalen itu tercapai, pH larutan ketika titik ekuivalen tercapai dan terakhir sesudah titik ekuivalen tercapai.
Berbeda dengan titran dan titrat atau asam dan basa yang Anda gunakan. Maka titrasi asam basa ini dibedakan menjadi 4 jenis. Pertama antara asam kuat dengan basa yang kuat.
Kedua antara asam lemah dengan basa yang kuat. Ketika asam kuat dengan basa lemah dan yang keempat asam lemah dengan basa yang lemah.
Pertanyaan di atas itu berkaitan dengan jenis titrasi antara asam dengan basa. Sedangkan, untuk indikator fenolftalein berupa serbuk putih kuning yang tidak berbau.
Titik leleh pada fenolftalein sekitar 258 derajat Celcius sampai 262 derajat Celcius. Ketahuilah bahwa fenolftalein juga hampir tidak larut dalam air.
Tapi, sedikit larut dalam kloroform dan larut dalam alkohol, larutan alkali encer, dietil eter, dan larutan panas alkali karbonat.
Alasannya
Dalam praktikum titrasi, larutan yang dititrasi itu disebut dengan titrat. Kemudian, dimasukkan dalam labu Erlenmeyer.
Sedangkan, untuk larutan penitrasi disebut dengan titran yang dimasukkan ke dalam Buret.
Untuk titrat yang ditambahkan beberapa tetes larutan dari indikator asam basa yang sudah disesuaikan dengan reaksi dari asam basa yang akan Anda gunakan.
Berikutnya titran dituangkan dari Buret setetes demi setetes ke dalam larutan titrat sampai titik ekuivalennya tercapai.
Sedangkan, titik ekuivalen merupakan titik ketika asam dan basa mengalami reaksi. Penambahan titran dapat dihentikan saat reaksi sudah sempurna.
Penggantian tersebut dilakukan pada titik akhir. Dimana titik akhir titrasi itu ditandai dengan adanya perubahan warna larutan.
Sebagai contohnya dari larutan basa lemah itu ada NH3 sedangkan asam kuat adalah HCI. Maka larutan keduanya menjadi HCI(AQ) + NH3(AQ) = NH4CI(AQ).
Ketika tercapainya ekuivalen maka larutan HCl akan habis karena dinetralkan oleh NH3.
Tercapainya titik tersebut ketika titrasi berlangsung, bisa diketahui menggunakan indikator asam basa. Tercapainya. ekuivalen juga menyebabkan terjadinya perubahan warna pada larutan.
Untuk titrasi asam kuat dengan basa yang lemah akan terjadi hidrolisis sebagian. Dimana sifatnya adalah asam. Dengan demikian itu larutan membentuk PH kurang dari 7.
Reaksi hidrolisis tersebut NH4 + AQ + H2O(I) = NH3 (AQ) + H3O (AQ). Indikator asam basa yang digunakan paling tepat adalah metil merah.
Jadi, jawaban terhadap pertanyaan penggunaan indikator fenolftalein dalam titrasi basa lemah dengan asam kuat tidak sesuai karena terjadi perubahan warna yang jauh sebelum titik ekuivalen itu tercapai.
Penutup
Jika kamu ingin mengulik lebih lanjut mengenai asam dan basa, kunjungi blog Mamikos Info, ya!
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: