Bagaimana Penilaianmu tentang Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang?
Bagaimana Penilaianmu tentang Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang? – Seperti yang kita ketahui bahwa awal kedatangan Jepang mendapat sambutan baik dari penduduk pribumi.
Seiring berjalannya waktu, Jepang mulai menampakkan sifat aslinya. Sejak saat itulah simpati rakyat hilang begitu saja.
Yuk, simak informasi lengkapnya di bawah ini!
Bagaimana Penilaianmu Tentang Organisasi Pergerakan di Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang?
Dalam melancarkan aksinya membentuk Persemakmuran Asia Timur Raya, Jepang mulai membentuk organisasi-organisasi pergerakan di mana Jepang sendiri yang memprakarsainya.
Pada saat itu, Jepang tidak mengizinkan berdirinya organisasi lain. Artinya, Jepang hanya mengakui organisasi bentukan mereka sendiri.
Guna menarik kembali simpati rakyat, Jepang mengajak tokoh-tokoh nasionalis Indonesia.
Melihat ini sebagai peluang emas, para tokoh bangsa pun memanfaatkan organisasi bentukan Jepang tersebut untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Ada 2 model strategi yang diterapkan oleh para tokoh Indonesia. Apa sajakah itu?
Model Strategi Kooperatif
Strategi kooperatif banyak dipilih kaum nasionalis dari golongan tua, seperti Soekarno.
Jepang mengangkat Soekarno sebagai ketua Cuo Sangi In dan sebagai wakilnya adalah dr. Buntaran Martoadmodjo.
Tujuan golongan tua bersikap kooperatif adalah agar tidak terjadi pertumpahan darah.
Ketika Cuo Sangi In menggelar sidang, kaum nasionalis yang duduk di keanggotaan organisasi tersebut selalu mengajukan usulan terkait perbaikan sosial rakyat.
Namun, Jepang tidak menggubrisnya.
Alhasil, pada tanggal 18 sampai 21 Juni Soekarno mengadakan sidang Panitia Kecil. Tujuannya untuk menyiapkan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI.
Banyak pula tokoh Indonesia yang dipekerjakan di berbagai instansi Jepang. Nantinya, apa yang mereka dapat akan menjadi bom waktu untuk melawan Jepang.
Sepintas mereka memang tampak bekerja untuk Jepang. Namun, ternyata mereka berjuang mempersatukan rakyat untuk mencapai kemerdekaan.
Strategi Nonkooperatif
Strategi ini terang-terangan tidak mau bekerjasama dengan Jepang. Mereka tidak tahan melihat penyiksaan yang dilakukan ke rakyat.
Adapun kaum yang menerapkan strategi ini kebanyakan dari golongan muda. Mereka adalah Soekarni, Chaerul Saleh, Adam Malik, Achmad Soebardjo, dan A.A Maramis.
Pemuda mempelajari semua hal yang diberikan oleh Jepang. Mereka tergabung melakukan gerakan bawah tanah.
Salah satu kegiatan mereka adalah mendengarkan radio Sekutu dengan sembunyi-sembunyi. Sekecil apapun informasi yang diperoleh lalu disebarluaskan.
Ada juga organisasi yang melakukan strategi nonkooperatif seperti PNI dan Sarekat Islam.
Penutup
Nah, bagaimana penilaianmu tentang organisasi pergerakan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang? Ternyata tanpa mereka sadari kedua strategi tersebut saling melengkapi.
Jika kamu ingin mengulik lebih lanjut tentang masa pendudukan Jepang di Indonesia, kunjungi blog Mamikos Info, ya!
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: