Penjelasan Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun, Awal, Tokoh, Dampak, dan Akhir
Penjelasan Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun, Awal, Tokoh, Dampak, dan Akhir — Kali ini Mamikos akan membahas sejarah salah satu peristiwa di Indonesia, yaitu mengenai latar belakang pemberontakan PKI Madiun, dan hal-hal yang terkait di peristiwa ini.
Ulasan Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun
Daftar Isi
Daftar Isi
PKI Madiun adalah sebuah gerakan yang berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah yaitu Republik Indonesia dan mengganti landasan negara. Pemimpin gerakan ini adalah Amir Sjarifuddin dan Muso.
Pemberontakan PKI Madiun terjadi pada tahun 1948, tepatnya pada tanggal 18 September. Lantas, bagaimana sejarah lengkapnya? Simak penjelasannya di bawah ini.
Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun
Pemberontakan PKI Madiun merupakan pemberontakan yang sangat keji, di mana pemberontakan ini mengakibatkan banyaknya korban jiwa, yaitu sebanyak 1.920 korban jiwa.
Walaupun saat itu PKI hanya menduduki Madiun selama 13 hari saja. Ada beberapa hal yang menjadi latar belakang pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 yang menoreh sejarah kelam bagi rakyat Indonesia ini.
Berikut ini Mamikos ringkas beberapa peristiwa yang menjadi latar belakang pemberontakan PKI Madiun:
1. Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin Harahap
Jatuhnya kabinet Amir Sjarifuddin tersebut disebabkan oleh perjanjian Renville yang sangat merugikan Republik Indonesia ini ditandatangani.
2. Kedekatan Amir Sjarifudin Dengan Tokoh PKI dan Cita-citanya
Salah satu yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan PKI yakni, kedekatan Amir Syarifudin dengan tokoh PKI yaitu Muso yang merupakan ketua PKI, dan cita-citanya untuk menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia.
3. Propaganda kekecewaan terhadap Perdana Menteri Selanjutnya
Kekecewaan terhadap kebijakan perdana menteri selanjutnya juga melatar belakangi terjadinya pemberontakan PKI Madiun. Kekecewaan ini tertuju pada Kabinet Hatta atas programnya yaitu, mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan untuk menghemat biaya.
Latar belakang pemberontakan PKI Madiun pada mulanya berawal dari Amir Sjarifuddin Harahap yang tidak lagi menjabat sebagai perdana menteri.
Ia kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) dan bekerja sama dengan beberapa organisasi paham kiri seperti, PKI, Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia, BTI (Barisan Tani Indonesia), dan lain sebagainya.
Amir Sjarifuddin tidak menyetujui keputusan Soekarno yang menunjuk Hatta sebagai perdana menteri dan membentuk sebuah kabinet baru. Dari sinilah Amir Sjarifuddin berusaha untuk menggulingkan mereka.
Kemudian gerakan Amir Sjarifuddin tersebut dibantu oleh ketua PKI pada masa itu yang bernama Munawar Musso yang pernah belajar di Uni Soviet.
Musso pun mengadakan rapat besar di Yogyakarta, yang di dalam rapat tersebut Musso mengemukakan pendapatnya saat itu. Pendapat tersebut berupa pergantian kabinet presidensil menjadi front persatuan.
Bukan hanya itu, tercetus pula gagasan kerja sama internasional, terutama dengan Uni Soviet untuk menghadapi Belanda.
Gerakan ini pun didukung oleh barisan-barisan kelompok kiri yang kemudian menimbulkan rencana untuk menguasai daerah-daerah yang dianggap strategis di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Beberapa daerah tersebut di antaranya, Solo, Madiun, Jombang, Kediri, Cepu, Bojonegoro, Wonosobo, dan Purwodadi, dengan menempuh berbagai cara.
Kemudian gerakan ini melakukan rencana awal berupa penculikan dan pembunuhan beberapa tokoh di Surakarta dan juga mengadu domba kesatuan TNI.
Selama bulan Juli hingga September tahun 1948, beberapa pembunuhan dan penculikan pun terjadi pada beberapa anggota golongan kiri. Dalam peristiwa ini ada dua anggota PKI yang diculik, yaitu Slamet Widjaja dan Pardijo.
D.N. Aidit yang kelak menjadi pimpinan PKI pun menuding bahwa ada peran pemerintah Kabinet Hatta dalam peristiwa pembunuhan dan penculikan tersebut.
Insiden berdarah tersebut pun terus terjadi, dan antar anggota saling terlibat adu domba.
Dalam menangani insiden ini, pemerintah pusat langsung mengambil tindakan dengan memerintahkan kesatuan TNI yang tidak terlibat adu domba sebagai upaya untuk memulihkan keamanan di Surakarta dan sekitarnya. Gerakan ini dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto.
Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun & Tujuannya
Berikut ini beberapa hal yang menjadi tujuan adanya pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Musso, yaitu:
1. Mengganti Dasar Negara Indonesia
Berbeda dari dasar negara Indonesia yang sudah dibentuk, yaitu pancasila. PKI menginginkan dasar negara Indonesia diubah menjadi komunis.
Komunis sendiri adalah gerakan untuk menghapus hak milik perseorangan dengan sistem hak milik bersama yang dikontrol oleh negara.
Usulan Indonesia menjadi negara komunis tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan jati diri Bangsa Indonesia, dimana hal ini dapat merugikan rakyat Indonesia di mana kebebasan jadi lebih dibatasi.
2. Mempengaruhi Petani dan Buruh
Pemimpin PKI menghimbau agar para petani dan buruh dapat bekerja sama dan melakukan pemberontakan bersama mereka.
Hal ini dilakukan sebagai strategi untuk mendapatkan banyak massa dan mereka dapat mendominasi sebagian besar wilayah di Indonesia.
3. Membentuk Negara Republik Indonesia Soviet
PKI ingin menjadikan Indonesia sebagai negara republik Indonesia Soviet atau (RIS) yang pro terhadap komunis dan juga soviet. Jika usulan ini diterima, maka kedaulatan negara Indonesia akan terancam.
4. Melakukan Tindakan Kejam
Melalui pemberontakan tersebut, PKI bukan hanya menginginkan negara Indonesia menjadi komunis, tetapi juga melakukan tindakan kekerasan dan semena-mena terhadap masyarakat Indonesia.
Bahkan kepada masyarakat yang tidak tahu apa-apa dan tidak bersalah.
A.H. Nasution dalam buku Sedjarah Perdjuangan Nasional Indonesia, menerangkan, bahwa setidaknya terdapat 5 tujuan dan rencana PKI dalam peristiwa pemberontakan PKI Madiun yang di antaranya sebagai berikut:
- Pasukan yang pro PKI ditarik mudur dari pertempuran, dan kemudian ditempatkan di lokasi yang strategis
- Madiun dijadikan sebagai tempat bergerilya untuk melanjutkan perjuangan
- Wilayah Solo dijadikan sebagai “wild west” (pengalih perhatian)
- Dibentuk tentara-tentara illegal selain tentara resmi
- PKI mengadakan demonstrasi secara besar-besaran, bahkan dalam beberapa hal mereka pun tak segan untuk menggunakan kekerasan
Tokoh Pemberontakan PKI Madiun
Beberapa tokoh yang memiliki peran dalam pemberontakan PKI Madiun, di antaranya adalah:
- Muso
- Amir Syarifudin
- Kolonel Dahlan
- Darsono
- Misbach
- Alim Prawirodirdjo
- Henk Sneevlit
- Semaun
- Oetomo Ramelan
- Abdul Latief Hendraningrat
- D.N Aidit
- Dan lain sebagainya
Dampak Pemberontakan
Tak bisa dipungkiri jika dalam suatu negara terdapat pemberontakan, pastinya akan muncul pula beberapa dampak yang merugikan dari pemberontakan tersebut.
Berikut ini dampak yang disebabkan oleh pemberontakan PKI Madiun:
1. Pembangunan Terganggu
Karena pemberontakan ini, pembangunan yang dilakukan di Indonesia menjadi terhambat, sehingga pembangunan tersebut tidak maksimal. Hal ini juga mengganggu kesejahteraan rakyat.
2. Keamanan Masyarakat Terganggu
Terbentuknya dua kubu saat terjadinya pemberontakan PKI Madiun membuat keamanan masyarakat terganggu. Banyak masyarakat yang merasakan cemas dan tidak aman, terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat Madiun.
Akibat rasa tidak aman ini, masyarakat pun kesulitan untuk berkomunikasi dengan saudara maupun tetangga sekitarnya.
3. Angka Kematian Semakin Banyak
pemberontakan PKI Madiun memakan banyak sekali korabn jiwa, baik dari TNI maupun PKI.
Akibatnya, banyak masyarakat yang merasakan duka mendalam dari kepergian anggota keluarga dan sanak saudaranya.
Peristiwa ini juga memunculkan sejarah kelam bagi negara Indonesia.
4. Pembunuhan Terhadap Pejabat Pemerintah dan Tokoh Anti Komunis
Salah satu dampak dari pemberontakan PKI tersebut menyebabkan beberapa pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh anti komunis dibunuh.
Berikut ini nama 17 tokoh yang menjadi korban kekejaman dari peristiwa pemberontakan PKI Madiun:
- Kolonel Inf. Marhadi
- Letkol Wiyono
- May Istiklah
- Insp. Pol Suparbak
- Kiai Husen (Anggota DPRD Kabupaten Madiun)
- R.M. Sardjono (Patih Madiun)
- Sosro Diprodjo (Staf PG Rejo Agung)
- Abdul Rohman (Assisten Wedono Jiwan)
- Mohamad (Pegawai Dinas Kesehatan)
- Sapirin (Guru Sekolah Budi Utomo)
- Sukadi (Tokoh masyarakat)
- Supardi (Wartawan freelance Madiun)
- Suharto (Guru Sekolah Pertama Madiun)
- Kiyai Haji Barokah Fachrudin (Ulama)
- Kiyai Haji Sidiq
- R. Charis Bagio (Wedono Kanigoro)
- Maidi Marto Disomo (Agen Polisi).
5. Aktivitas Terganggu
Aktivitas sehari-hari masyarakat Indonesia sangat terganggu saat terjadinya pemberontakan PKI Madiun.
Masyarakat takut untuk keluar rumah dan melakukan aktivitas lainnya karena takut dilukai oleh para PKI.
Dampaknya, pembangunan pun terlambat dan memunculkan trauma mendalam bagi masyarakat saat itu.
Akhir Pemberontakan PKI Madiun
Agar keamanan Madiun pulih, pemerintah mengirimkan pasukan TNI Divisi Siliwangi yang dipimpin oleh Abdul Haris Nasution dan Gatot Subroto untuk melakukan operasi penumpasan pada 20 September 1948.
Hatta bersikeras agar pemberontakan bisa segera dihentikan dan Madiun bisa kembali direbut sebelum pihak Belanda turun tangan.
Langkah awal yang dilakukan pemerintah yaitu melakukan pembersihan anti komunis dari wilayah Yogyakarta dan Solo.
Kemudian pada 30 September 1948, Letkol Sadikin mengerahkan pasukannya untuk menguasai Madiun. Para anggota PKI pun mulai mundur ke daerah pegunungan agar terhindar dari TNI.
Mereka bersama anggota PKI melarikan diri dan keluar dari Madiun ke sebuah kecil Kandangan.
Di sana mereka mendapatkan amunisi dan senjata dari sebuah toko yang dibangun oleh Amir Sjarifuddin saat menjadi perdana menteri dan menteri pertahanan.
Para Pemberontak Berhasil Ditangkap
Tepat pada 28 Oktober 1948, pemerintah berhasil menangkap anggota dari unit militer pemberontak terakhir sebanyak 1.500 orang.
Hingga akhirnya setelah tiga hari kemudian, tepatnya pada 31 Oktober 1948, Musso ditemukan, kemudian dieksekusi mati dengan cara ditembak.
Jenazah Musso pun di bawa ke Ponorogo, sebelum dibakar jenazah tersebut dipamerkan kepada publik. Pada 29 November, tepatnya sebulan kemudian, Maruto dan Djoko Sujono pun ditemukan.
Sedangkan Amir Sjarifuddin tertangkap di Grobogan, Jawa Tengah pada 4 Desember. Kemudian pada 7 Desember Mabes TNI mengumumkan tentang pemusnahan terakhir pemberontakan dan menyatakan bahwa sebagian tentara beserta 35.000 orang lainnya berhasil ditangkap.
Pada 19 Desember, para pemimpin PKI lainnya beserta Amir Sjarifuddin, Maruto, Suripno, Djoko Sujono dieksekusi mati.
Sementara sebagian besar pimpinan dan aggota PKI ditahan dan dieksekusi, Soemarsono berhasil melarikan diri.
Ia melarikan diri ke Belanda dengan memalsukan identitasnya, hingga berapa kali ditahan di Belanda salah satunya karena memalsukan identitas.
Namun pihak Belanda berhasil menemukan identitas aslinya dan memutuskan untuk mengaksesnya di Papua.
Tetapi sebelum hal tersebut terjadi, ia berhasil melarikan diri ke Sumatra Utara dan pada akhirnya berhasil ditangkap di sana saat kampanye anti komunis saat pemerintahan Soeharto berjalan.
Topik seputar sejarah seperti latar belakang pemberontakan PKI Madiun ini dapat menambah pengetahuan kita akan sejarah Indonesia di masa lalu. Sehingga kita sebagai masyarakat Indonesia di masa kini tidak melupakan sejarah.
Kamu butuh informasi seputar sejarah dan artikel menarik lainnya? kunjungi selalu situs dan aplikasi Mamikos dan dapatkan informasi yang kamu butuhkan di sini.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: