12 Pola Aliran Sungai dan Faktor yang Mempengaruhinya | Materi Geografi Kelas 10 SMA
Apakah kamu pernah memperhatikan pola aliran sungai yang berliku, bercabang, atau bahkan lurus seperti garis? 🏞️
Ternyata, bentuk aliran sungai punya makna penting dalam memahami kondisi alam suatu wilayah, lho!
Yuk, pelajari bersama bagaimana bentuk sungai bisa bercerita tentang struktur bumi dan proses geologi yang membentuknya!
Daftar Isi
Daftar Isi
Pengertian Pola Aliran Sungai
Pernahkah kamu melihat bentuk sungai dari peta atau foto udara dan menyadari kalau alirannya punya pola tertentu?
Pola itulah yang disebut pola aliran sungai.
pola aliran sungai adalah bentuk atau susunan jalur sungai beserta anak-anak sungainya yang terlihat dari atas.
Pola ini menunjukkan arah aliran air serta hubungan antara sungai utama dan anak sungainya dalam suatu daerah aliran sungai (DAS).
Setiap pola menggambarkan kondisi alam yang terjadi di wilayah tersebut.
Dengan mempelajari pola aliran air, kita bisa mengetahui mana daerah yang berpotensi untuk banjir, mudah erosi, atau mana daerah yang cocok untuk irigasi.
12 Pola Aliran Sungai
Berikut ini adalah beberapa pola aliran sungai yang perlu kamu ketahui:
1. Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola yang paling umum ditemukan di permukaan bumi.
Bentuknya menyerupai ranting atau cabang pohon, di mana sungai utama menjadi “batang” dan anak-anak sungainya mengalir dari berbagai arah seperti cabang-cabang kecil yang bergabung ke sungai utama.
Pola ini terbentuk di daerah dengan struktur batuan yang homogen dan permukaan yang landai, sehingga air dapat mengalir bebas tanpa hambatan berarti.
Karena kemiripan bentuknya yang alami dan teratur, pola dendritik sering ditemukan di dataran rendah dan wilayah yang tidak memiliki lipatan atau patahan geologi.
Sungai yang memiliki pola dendritik menandakan bahwa daerah tersebut relatif stabil secara struktur bumi dan sangat efisien untuk mengalirkan air hujan.
Alhasil, pola ini banyak digunakan sebagai contoh dasar untuk mempelajari sistem drainase alami di bumi.
2. Pola Aliran Trellis
Pola aliran trellis memiliki bentuk yang menyerupai pagar, di mana sungai utama mengalir lurus, sementara anak-anak sungainya masuk dari arah hampir tegak lurus.
Pola ini terbentuk di daerah yang memiliki struktur lipatan atau patahan sejajar, seperti pegunungan lipatan atau lembah.
Sungai utama biasanya mengalir di antara dua lipatan lembah, sedangkan anak sungainya mengalir melalui celah antara pegunungan.
Pola trellis menunjukkan adanya pengaruh kuat dari struktur geologi terhadap arah aliran air. Topografi dari daerah yang memiliki pola aliran sungai seperti ini biasanya memiliki topografi bergelombang.
Dalam studi geografi, pola trellis penting untuk memahami proses erosi diferensial, yaitu perbedaan kecepatan erosi pada batuan keras dan lunak. Pola ini juga membantu ahli hidrologi memprediksi arah aliran air dan potensi banjir di wilayah berbukit.
3. Pola Aliran Radial Sentrifugal
Pola aliran radial sentrifugal terjadi ketika air sungai mengalir menyebar dari satu titik pusat yang tinggi ke segala arah, pola ini mirip seperti air hujan yang menuruni lereng gunung.
Biasanya pola radial sentrifugal ini ditemukan di daerah vulkanik atau daerah yang berbentuk kubah, seperti gunung api atau perbukitan tinggi.
Air yang jatuh di puncak akan mencari jalur terendah untuk mengalir ke berbagai arah, membentuk pola seperti jari-jari roda.
Mempelajari pola radial sentrifugal dibutuhkan untuk memahami sistem aliran di daerah pegunungan aktif atau vulkanik, tujuannya membantu memetakan arah potensi aliran lahar atau air hujan.
4. Pola Aliran Radial Sentripetal
Kebalikan dari pola radial sentrifugal, pola aliran radial sentripetal terjadi ketika aliran sungai menuju ke satu titik pusat yang rendah, biasanya berupa danau, cekungan, atau lembah tertutup.
Semua anak sungai dari berbagai arah akan mengalir dan bertemu di satu titik yang menjadi pusat penampungan air.
Pola ini umumnya ditemukan di daerah dengan topografi cekung atau depresi, seperti kawah gunung berapi yang sudah mati atau wilayah yang memiliki tanah amblas.
Pola ini menunjukkan adanya sistem drainase tertutup yang tidak langsung bermuara ke laut. Oleh karena itu, daerah berpola sentripetal berpotensi menghasilkan genangan air tinggi atau membentuk danau alami.
Pola ini juga membantu para ahli hidrologi dalam mempelajari keseimbangan air tanah serta potensi sumber air di daerah cekungan.
5. Pola Aliran Rektangular (Persegi)
Pola aliran rektangular ditandai dengan bentuk sungai yang membentuk sudut siku-siku antara sungai utama dan anak sungainya. Pola ini muncul akibat pengaruh patahan atau retakan batuan di daerah tersebut.
Sungai akan mengikuti jalur lemah dari patahan, sehingga arah alirannya membentuk garis-garis lurus yang saling bersilangan.
Biasanya pola ini ditemukan di wilayah yang memiliki struktur geologi keras, seperti batuan beku atau metamorf.
Pola rektangular memberikan petunjuk penting bagi ahli geologi tentang adanya sistem retakan di bawah permukaan bumi.
Pola ini juga digunakan untuk menganalisis bagaimana air mengalir mengikuti struktur batuan dan bagaimana pola drainase terbentuk secara alami akibat pergerakan tektonik.
Dengan bentuknya yang tegas dan teratur, pola ini biasanya tampak jelas pada peta topografi atau citra satelit.
6. Pola Aliran Annular (Melingkar)
Pola aliran annular memiliki bentuk melingkar seperti cincin yang mengikuti struktur geologi berbentuk kubangan atau kubah.
Sungai-sungainya mengalir mengitari pusat tinggi atau rendah secara melingkar, kemudian bercabang ke arah luar atau dalam tergantung kemiringan lerengnya.
Pola ini umumnya terbentuk di daerah dengan lapisan batuan sedimen yang melengkung akibat tekanan dari dalam bumi. Contohnya dapat ditemukan di sekitar kubah geologi atau kawah besar yang sudah tidak aktif.
Dalam geografi, pola annular sangat menarik karena menunjukkan proses pembentukan dan deformasi struktur bumi yang kompleks.
Pola ini juga menandakan bahwa batuan di daerah tersebut memiliki ketahanan yang berbeda-beda terhadap erosi, sehingga membentuk aliran melingkar yang khas.
7. Pola Aliran Parallel
Pola aliran parallel atau sejajar terbentuk ketika beberapa sungai mengalir hampir sejajar satu sama lain dengan arah yang sama.
Pola ini biasanya muncul di daerah dengan lereng panjang dan miring secara seragam, misalnya di lereng pegunungan atau dataran tinggi yang miring ke satu arah.
Karena kemiringannya yang cukup besar, maka air hujan akan langsung mengalir tanpa banyak berbelok, membentuk jalur yang lurus dan sejajar.
Pola aliran paralel sering dijumpai di daerah pesisir dengan perbukitan rendah. Oleh karena itu keberadaan pola parallel membantu mengidentifikasi wilayah dengan potensi erosi tinggi di bagian hulu sungai.
8. Pola Aliran Pinnate
Pola aliran pinnate disebut juga pola bulu burung karena bentuknya menyerupai tulang utama dengan cabang-cabang kecil di kedua sisinya.
Sungai utama berfungsi sebagai “tulang tengah”, sementara anak-anak sungai mengalir dari arah miring dengan sudut tertentu dan bergabung ke sungai utama.
Pola ini biasanya terbentuk di daerah dengan lereng miring atau perbukitan tidak terlalu curam, di mana air mengalir menuruni lereng dari dua sisi.
Dalam geografi, pola ini digunakan untuk mengamati proses erosi di daerah perbukitan serta arah aliran air hujan menuju sungai utama.
Pola ini juga menjadi contoh sistem drainase yang efisien, karena air dari berbagai sisi dapat dengan mudah terhimpun ke satu jalur utama.
9. Pola Aliran Deranged
Pola aliran deranged adalah pola yang tidak beraturan dan tampak acak tanpa arah aliran yang jelas. Sungai-sungainya sering saling terputus, berbelok tiba-tiba, atau bahkan bermuara ke danau kecil tanpa sistem yang teratur.
Pola ini biasanya terbentuk di daerah yang baru mengalami gangguan geologis, seperti akibat aktivitas vulkanik, glasiasi (pembekuan es), atau gempa bumi.
Permukaan tanah yang belum stabil menyebabkan air mengalir secara tidak menentu, sehingga membentuk pola acak.
Seiring waktu, pola ini dapat berkembang menjadi lebih teratur jika proses erosi dan sedimentasi berlangsung terus-menerus.
10. Pola Aliran Angular
Pola aliran angular memiliki ciri khas berupa belokan-belokan tajam dengan sudut tertentu, membentuk pola seperti segi empat atau segi lima.
Sungai utama dan anak-anak sungainya mengalir mengikuti bidang retakan atau perbedaan kekerasan batuan, sehingga arah alirannya kerap membentuk sudut-sudut jelas.
Pola ini sering ditemukan di daerah dengan struktur batuan keras dan patahan tegak lurus, seperti batuan beku atau daerah yang mengalami deformasi geologi.
Pola angular menjadi petunjuk adanya sistem patahan atau rekahan yang berpengaruh pada arah aliran air.
Pola ini juga menunjukkan bahwa air cenderung mencari jalur paling lemah di antara batuan keras, sehingga membentuk arah berliku namun bersudut tegas.
11. Pola Aliran Barbed
Pola aliran barbed termasuk langka dan menarik karena arah aliran anak sungai berlawanan dengan sungai utamanya.
Biasanya pola ini terbentuk akibat perubahan arah aliran sungai utama di masa lalu, misalnya karena pengangkatan daratan, erosi balik, atau aktivitas tektonik.
Akibat perubahan tersebut, anak sungai yang sudah terbentuk sebelumnya tetap mengalir ke arah lama, sementara sungai utama mengubah arah ke jalur baru.
Pola ini juga digunakan oleh ahli geomorfologi untuk menelusuri sejarah terbentuknya lembah sungai dan dinamika struktur bumi.
12. Pola Aliran Herringbone
Pola aliran herringbone memiliki bentuk yang menyerupai tulang ikan, di mana sungai utama menjadi “tulang punggung” dan anak-anak sungainya mengalir miring dari dua sisi berlawanan.
Pola ini biasanya terbentuk di daerah perbukitan miring dengan lereng curam di kedua sisi, di mana air mengalir turun menuju sungai utama.
Pola ini menandakan adanya kemiringan lereng yang seimbang dan struktur batuan yang seragam di sekitar lembah sungai.
Pola herringbone sering digunakan untuk menunjukkan arah kemiringan topografi dan proses erosi lereng, sehingga bermanfaat dalam analisis bentuk lahan dan perencanaan konservasi tanah serta air.
4 Faktor yang Mempengaruhi Aliran Sungai
Pola aliran sungai terbentuk karena pengaruh berbagai faktor alam yang saling berkaitan.
Berikut beberapa faktor utama yang mempengaruhi bentuk dan arah aliran sungai di suatu daerah:
1. Struktur Geologi
Jenis, susunan, dan kekerasan batuan di bawah permukaan bumi sangat menentukan arah aliran sungai.
Daerah dengan batuan keras atau banyak patahan biasanya membentuk pola rektangular atau angular, sedangkan wilayah dengan batuan yang seragam akan menghasilkan pola dendritik.
2. Topografi (Bentuk Permukaan Bumi)
Kemiringan dan ketinggian permukaan bumi mempengaruhi arah aliran air. Daerah berbentuk kubah atau gunung menghasilkan pola radial sentrifugal, sedangkan daerah cekungan membentuk pola radial sentripetal. Wilayah bergelombang atau berlipat sering memunculkan pola trellis dan parallel.
3. Jenis Tanah dan Permeabilitas
Tanah yang mudah menyerap air (permeable) menyebabkan aliran air lebih lambat, sedangkan tanah yang kedap air (impermeable) mendorong terbentuknya sungai dengan aliran permukaan lebih cepat dan pola yang padat.
4. Iklim dan Curah Hujan
Curah hujan tinggi akan membentuk sistem sungai yang lebih kompleks dan bercabang banyak, sedangkan daerah kering cenderung memiliki pola aliran jarang dan tidak teratur seperti deranged.
5. Aktivitas Tektonik dan Vulkanik
Pergerakan lempeng, gempa bumi, atau letusan gunung berapi dapat mengubah arah aliran sungai bahkan menciptakan pola baru seperti barbed, akibat perubahan elevasi dan struktur permukaan bumi.
Secara keseluruhan, kombinasi faktor-faktor di atas membuat setiap pola aliran sungai memiliki karakteristik unik yang mencerminkan kondisi geologi, topografi, dan dinamika alam di wilayah tersebut.
Referensi:
Pola Aliran Sungai: Pengertian, Jenis, Proses Terbentuknya [Daring]. Tautan: https://www.gramedia.com/literasi/pola-aliran-sungai/
Pola Aliran Sungai dan Macamnya – Materi Geografi Kelas 10 [Daring]. Tautan: https://www.zenius.net/blog/pola-aliran-sungai/
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: