Rangkuman Jalannya Perang Aceh, Latar Belakang, Penyebab, Tokoh, Dampak, hingga Akhir Kejadiannya
Apakah kamu pernah mendengar terkait kejadian Perang Aceh? Simak rangkuman dari perjalanan Perang Aceh sampai akhir di bawah ini.
1. Teuku Umar
Tokoh pertama yang begitu berperan dalam Perang Aceh yaitu Teuku Umar. Lahir di Meulaboh, Aceh pada tahun 1854 dan mendapatkan gelar pahlawan nasional karena perjuangan yang telah dirinya berikan.
Teuku Umar melawan pasukan Belanda menggunakan strategi perang gerilya bersama dengan istrinya yaitu Cut Nyak Dhien. Bahkan juga pernah berpura-pura menjadi sekutu untuk bisa mengumpulkan senjata sehingga bisa digunakan oleh pribumi.
2. Cut Nyak Dhien
Tokoh kedua dengan perannya yang begitu penting dalam Perang Aceh yaitu Cut Nyak Dhien. Pahlawan nasional yang satu ini lahir di Lampadang, Aceh Besar pada tahun 1848 lalu.
Bersama dengan suami dan pasukan yang dimilikinya, ia melawan penjajahan Belanda. Meskipun setelah suaminya meninggal, Cut Nyak Dhien tidak semata-mata memiliki semangat yang turun.

Advertisement
Dirinya masih melanjutkan perjuangannya dengan menerapkan strategi perang gerilya. Hal ini pula yang menjadikannya sebagai simbol perlawanan dan semangat juang yang lebih untuk rakyat Aceh.
3. Sultan Iskandar Muda
Tokoh ketiga yang juga terlibat dalam Perang Aceh yaitu ada Sultan Iskandar Muda. Beliau merupakan seorang sultan yang berasal dari Kesultanan Aceh dan memiliki gelar sebagai pahlawan nasional.
Lahir pada tahun 1583, beliau berhasil menjawab sebagai sultan dari Kerajaan Aceh Darussalam dan membawanya menjadi salah satu kerajaan Islam yang ada di dunia.
Perjuangannya berhenti saat beliau menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1636 dan dimakamkan di wilayah kompleks Kandang Mas, Banda Aceh.
Akhir Perjalanan Perang Aceh
Upaya yang dilakukan oleh Belanda untuk memenangkan Perang Aceh melalui penerapan strategi yang tergolong begitu licik. Mereka mengirimkan Snouck Hurgronje ke bagian pedalaman Aceh untuk mendapatkan informasi mengenai kelemahan yang dimiliki oleh pasukan Aceh.
Hasil dari misi tersebut membuat Hurgronje memberikan saran kepada Joannes Benedictus van Heutsz sebagai Gubernur Militer Belanda pada saat itu untuk mengesampingkan Golongan Keumala terlebih dahulu. Golongan tersebut merupakan Sultan yang kedudukannya ada di Kumala.
Dia memberikan nasihat untuk mengesampingkan golongan tersebut bersama para pengikutnya dan terus fokus untuk menyerang kaum ulama.
Selain itu, saran lain yang juga diberikan yaitu tidak melakukan negosiasi bersama dengan pemimpin gerilya serta mendirikan pangkalan permanen yang letaknya ada di Aceh Raya.