Rangkuman Konflik Sosial Suku Sampit beserta Penyebab dan Penyelesaiannya
Rangkuman Konflik Sosial Suku Sampit beserta Penyebab dan Penyelesaiannya – Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia banyak mengalami konflik-konflik sosial di tengah kehidupan masyarakatnya.
Salah satu yang cukup fenomenal adalah konflik Sampit di tahun 2001 antara suku Dayak dan suku Madura. Saat itu, gejolak konflik ini ramai diperbincangkan dan sering dijadikan sebagai bahan kajian hingga kini.
Lalu, apa penyebab di balik terjadinya konflik tersebut? Bagaimana penyelesaiannya? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, di bawah ini Mamikos berikan rangkuman konflik sosial suku Sampit.
Rangkuman Konflik Sosial Suku Sampit: Latar Belakang, Penyebab, Dampak, dan Penyelesaian
Daftar Isi
Daftar Isi
Beberapa dari kamu mungkin sudah familiar dengan konflik Sampit.
Konflik ini menjadi salah satu contoh konflik sosial antar budaya yang diajarkan dalam mata pelajaran Sosiologi dan PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) di sekolah.
Konflik ini menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia bahkan dunia beberapa tahun ke belakang.
Dimana pada saat itu berbagai awak media seperti televisi, surat kabar, maupun yang lainnya menjadikan konflik ini sebagai isu utama pemberitaan dalam beberapa pekan.
Bahkan, setelah beberapa tahun berlalu, konflik ini juga masih sering dijadikan sebagai rujukan atau kajian penelitian.
Melihat dari hal tersebut saja, bisa dipahami bahwa konflik Sampit merupakan salah satu peristiwa yang kompleks.
Untuk itu, agar kamu dapat memahaminya dengan mudah, Mamikos akan mengulasnya dengan jelas melalui rangkuman konflik sosial suku Sampit mulai dari latar belakang, penyebab, dampak, hingga penyelesaiannya.
Bagaimana Latar Belakang Konflik Sampit?
Rangkuman konflik sosial suku Sampit pertama yang penting untuk kamu ketahui adalah latar belakang terjadinya peristiwa ini.
Perang Sampit atau lebih dikenal dengan sebutan konflik Sampit adalah sebuah peristiwa pecahnya kerusuhan antara dua etnis yang berbeda di Kabupaten Sampit, Kalimantan Tengah pada tahun 2001 lalu.
Kedua etnis tersebut adalah masyarakat asli suku Dayak dan suku Madura yang bermukim di wilayah tersebut.
Secara garis besar, konflik ini muncul karena adanya persaingan dari berbagai bidang diantara kedua belah pihak.
Konflik ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi karena perselisihan antara keduanya sudah berangsur sejak lama.
Awalnya, suku Madura yang berada di Kalimantan Tengah merupakan masyarakat transmigran. Mereka mulai pindah dan tinggal di pulau tersebut sejak tahun 1930-an atas program pemerintah Belanda kala itu.
Selayaknya masyarakat pada umumnya, setelah bermukim di wilayah baru tersebut, mereka melakukan berbagai aktivitas termasuk kegiatan ekonomi setiap harinya.
Namun, seiring perkembangan zaman, masyarakat migran Madura terus mengalami pertumbuhan yang pesat sampai akhirnya mencapai 21 persen populasi di Kalimantan Tengah.
Karena semakin tingginya populasi tersebut, masyarakat migran Madura mulai menguasai beberapa sektor perekonomian di Kalimantan tengah.
Hal ini memicu adanya kecemburuan sosial yang dirasakan oleh masyarakat Dayak pada saat itu. Mereka mulai merasa tersaingi oleh masyarakat migran Madura.
Akibatnya, permasalahan ini semakin meluas hingga menjadi perselisihan antar-etnis.
Puncaknya, terjadilah perang Sampit pada Februari 2001. Konflik ini menjadi salah satu perseteruan antar-etnis terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.
Apa Penyebab dan Dampak Terjadinya Konflik Sampit?
Rangkuman konflik sosial suku Sampit yang penting untuk kamu ketahui kedua adalah penyebab yang melatar belakangi terjadinya perang Sampit.
Di atas sudah sempat disebutkan bahwa salah satu pemicu permasalahan ini adalah karena persaingan ekonomi. Namun, hal tersebut bukan satu-satunya alasan di balik konflik ini.
Masih ada hal-hal lain yang memicu permasalahan ini terjadi. Salah satunya adalah perbedaan nilai atau kebiasaan yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Kemudian, hal ini berlarut menjadi sebuah kesalah pahaman.
Contohnya, masyarakat Dayak yang menganggap bahwa masyarakat migran Madura adalah orang yang kasar karena sering membawa celurit atau benda tajam ketika beraktivitas dan mudah tersulut kemarahan (temperamental) ketika terjadi suatu konflik.
Dikutip dari Kompas.com, pada pertengahan bulan Desember tahun 2000 hubungan antara masyarakat suku Dayak dan Madura kembali memanas karena adanya bentrok di Desa Kereng Pangi.
Sampai akhirnya terjadi perkelahian di desa pertambangan emas Ampalit yang menjatuhkan satu korban meninggal dari suku Dayak bernama Shandong.
Mendapati kejadian ini, keluarga dan kerabat korban pun sangat marah.
Pergesekan antara kedua belah pihak pun semakin memanas. Dikutip dari Jatim.inews.id, pada tanggal 18 Februari 2001 pembunuhan kembali terjadi.
Namun, kali ini yang menjadi korbannya adalah tiga orang warga Madura. Kejadian ini dihubungkan dengan konflik Desa Kereng Pangi sebelumnya.
Masyarakat Madura menganggap bahwa masyarakat Dayak adalah pelakunya.
Mereka mulai mendatangi rumah-rumah milik masyarakat Suku Dayak untuk mencari tahu siapa pelakunya. Namun, upaya tersebut tidak berhasil, akhirnya mereka membakar rumah-rumah tersebut.
Karena tak terima, masyarakat Dayak akhirnya melakukan penyerangan terhadap masyarakat Madura.
Peristiwa ini kemudian menjalar ke seluruh pulau Kalimantan dan menewaskan 500 orang serta 1.335 orang masyarakat Madura lainnya harus mengungsi.
Bagaimana Penyelesaian Konflik Sampit?
Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menjembatani kedua tokoh dari suku Dayak dan Madura untuk melakukan pertemuan formal maupun informal.
Pemerintah setempat pun melakukan Kongres Rakyat Kalimantan Tengah di Palangkaraya pada tanggal 4 sampai 7 Juni 2001. Kongres ini dihadiri oleh masyarakat Dayak yang terbagi ke dalam dua kubu.
Kedua kubu tersebut memiliki selisih paham, ada yang menolak secara keras agar suku Madura tidak bisa kembali ke Kalimantan Tengah.
Ada juga yang membolehkan suku Madura untuk kembali namun dengan beberapa syarat.
Setelah diskusi yang berjalan alot, akhirnya kedua suku berdamai dan masyarakat Madura kembali dibolehkan untuk tinggal di Kalimantan Tengah dan sekitarnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah Kalimantan Tengah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2004 yang didalamnya berisi beberapa poin untuk mengatur permasalahan yang terjadi.
Salah satunya, masyarakat Madura yang memilih untuk kembali tinggal di Kalimantan Tengah harus menghargai aturan dan budaya setempat sesuai dengan filosofi “di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung”.
Selain itu, untuk memperingati perjanjian damai, pemerintah setempat juga membangun sebuah tugu perdamaian yang berlokasi di Kabupaten Sampit.
Penutup
Demikianlah rangkuman konflik sosial suku Sampit mulai dari latar belakang, penyebab, dampak, hingga penyelesaiannya.
Semoga ulasan yang telah Mamikos berikan dapat menambah pemahamanmu terkait peristiwa tersebut ya.
Jika kamu ingin mengetahui informasi lain terkait contoh konflik sosial yang terjadi Indonesia ataupun yang lainnya.
Kamu dapat mengunjungi blog Mamikos Info karena akan ada berbagai artikel menarik dan bermanfaat dari berbagai topik yang dapat kamu baca untuk menambah pengetahuan.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: