Ringkasan Materi Seni Tari SMA Kelas 10 beserta Penjelasannya Lengkap
Ringkasan Materi Seni Tari SMA Kelas 10 beserta Penjelasannya Lengkap – Seni Tari merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam seni budaya.
Supaya kamu dapat naik kelas, kamu harus mendapat nilai yang bagus pada pelajaran ini. Banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk dapat memperoleh nilai memuaskan dalam pelajaran seni tari.
Salah satunya adalah dengan mempelajari ringkasan materi pelajaran tersebut. Yuk, simak ulasan tentang ringkasan materinya di bawah ini!
Ringkasan Materi Seni Tari SMA Kelas 10
Daftar Isi
Daftar Isi
Di dalam pelajaran seni tari kelas 10, setidaknya dapat dibagi menjadi empat bagian yang menjadi materi utama.
Pada semester 1, materi pembelajaran dirancang berdasarkan uraian capaian pembelajaran yang pertama dan kedua, yaitu:
1. Unit 1 yang akan dipelajari diberi judul “Mengenal Makna Tari“
2. Unit 2 yang akan dipelajari diberi diberi judul “Menafsirkan Makna Tari“
Sementara pada semester 2, materi pembelajaran dirancang berdasarkan uraian capaian pembelajaran ketiga dan keempat yaitu:
1. Unit 3 yang akan dipelajari diberi diberi judul “Berkreasi Tari“
2. Unit 4 yang akan dipelajari diberi diberi judul “Membuat Pementasan Tari Sederhana”
Nah, jika kamu ingin mempelajari ringkasan materinya, kamu dapat membacanya pada artikel di bawah ini.
Unit 1 Berkenalan dengan Makna Tari
Seni tari, sebagai cabang seni unik yang menggunakan gerak tubuh manusia, menandai dirinya dengan ciri media yang berbeda dari seni musik dan seni rupa.
Meskipun gerak tari terinspirasi dari kehidupan sehari-hari, namun memiliki makna mendalam yang berpadu dengan elemen-elemen seperti musik, busana, tata rias, dan properti.
Seni tari, bersifat multikultural, memungkinkan kita untuk memahami berbagai budaya melalui karya-karya tari, sementara perkembangan sosial dan teknologi tercermin dalam evolusi seni tari.
Pertunjukan tari menjadi jendela ke beragam latar belakang budaya di seluruh dunia.
Melalui pemahaman makna tari, kita dapat menangkap pesan-pesan sosial dari koreografer dan memahami nilai-nilai budaya tanpa harus menguasai bahasa setempat.
Tari merupakan produk budaya yang saling terkait dengan seni musik dan seni rupa.
Setiap karya tari membawa makna khusus bagi masyarakat, terkait dengan pesan, nilai, dan tujuan pembuatannya, yang berhubungan erat dengan fungsi tari.
Fungsi Tari
Tiga fungsi utama tari yang dikenal masyarakat Indonesia saat ini adalah sebagai upacara, hiburan, dan pendidikan.
Fungsi tari sebagai upacara memiliki hubungan erat dengan kepercayaan masyarakat, seperti ritual keagamaan atau kepercayaan animisme, totemisme, dan dinamisme.
Selain itu, dalam seni tari terdapat aspek desain ruang yang dapat menggambarkan konteks budaya dan nilai-nilai tertentu.
Terdapat dua jenis musik dalam tari, yaitu musik intrinsik yang berasal dari bagian tubuh penari atau properti yang digunakan, dan musik ekstrinsik yang berasal dari alat-alat musik pengiring tari.
Musik pada pertunjukan tari juga dapat memiliki makna khusus dalam kepercayaan masyarakat, seperti alat musik Tarawangsa yang dianggap sebagai sarana untuk menghubungkan dunia manusia dengan leluhurnya dalam upacara Seren Taun di Sumedang, Jawa Barat.
Tata Busana dalam Seni Tari
Tata busana atau kostum dalam seni tari memiliki peran penting sebagai elemen pendukung untuk menyampaikan makna dalam sebuah karya tari.
Tata busana tidak hanya mencakup pakaian, melainkan juga aksesori pelengkap seperti sanggul, hiasan kepala, gelang, kalung, dan lainnya.
Semua elemen ini saling melengkapi untuk menunjang makna yang ingin disampaikan dalam sebuah pertunjukan tari.
Penerapan tata busana dalam seni tari memerlukan perhatian khusus terhadap latar belakang, asal daerah, dan cerita dari tarian tersebut.
Desain pola, warna, corak, dan material busana harus dipertimbangkan dengan seksama.
Desain mewah dengan aksen permata pada kostum dan aksesori mahkota dapat menjadi simbol status sosial yang tinggi atau gelar kehormatan bagi tokoh tertentu.
Sementara untuk karakter rakyat, desain sederhana yang terinspirasi dari busana sehari-hari yang memberikan makna kesederhanaan.
Warna dalam tata busana juga memiliki makna tertentu, yang sering terkait dengan kosmologi dunia, seperti kehidupan, kematian, dan dunia manusia.
Contohnya, warna putih melambangkan kehidupan, hitam melambangkan kematian, dan merah melambangkan dunia manusia.
Corak atau motif pada pakaian juga dapat mengandung makna, misalnya, kain batik dengan corak Parang Barong yang khusus diperuntukkan untuk raja.
Penggunaan material tertentu pada aksesori kepala atau pakaian dalam tari dapat mengandung simbolisme dan memberikan nilai artistik pada pertunjukan.
Sebagai contoh, aksesori kepala dari janur pucuk daun kelapa pada tari Balian Dadas memiliki makna yang terkait dengan energi positif yang menghubungkan manusia dengan leluhur.
Secara keseluruhan, tata busana dalam seni tari bukan hanya elemen dekoratif semata, tetapi juga sarana untuk menyampaikan makna, menggambarkan karakter tokoh, dan memperkaya interpretasi dalam sebuah pertunjukan tari.
Tata rias dalam seni tari, dikenal sebagai tata rias panggung atau stage makeup, memiliki peran penting dalam menampilkan watak tertentu bagi seorang pemeran di panggung.
Jenis Tata Rias Panggung
Ada tiga jenis tata rias panggung, yaitu corrective makeup, style makeup, dan character makeup.
Tata rias panggung umumnya memiliki ciri-ciri khas, seperti garis wajah yang tajam, penggunaan warna mencolok atau kontras, dan penggunaan alas bedak yang lebih tebal.
Hubungan antara tata rias dan makna tari dapat dilihat dari bentuk dan warna riasan.
Bentuk riasan melibatkan alis, kumis, bibir, dan bayangan tulang, sementara warna riasan melibatkan bibir, mata, dan alas bedak.
Tata rias paes dalam tari Jawa, seperti Godheg, memiliki makna tersendiri terkait pemahaman asal usul dan pengembangan budi.
Tata rias menjadi salah satu elemen tari yang dapat menyampaikan ide atau makna yang diinginkan oleh koreografer.
Sebagai contoh, rias dalam tari Maung Lugay mencerminkan karakter harimau sesuai dengan konsep yang diinginkan.
Selain itu, tata rias juga dapat mencerminkan latar belakang budaya, seperti tarian Papua yang menggunakan pola-pola lukisan wajah khas atau face painting dengan makna dualistik, simbol paradoks laki-laki dan perempuan, serta langit dan bumi.
Unit 2 Menafsirkan Makna Tari
Makna tari tradisional Indonesia dapat dianalisis melalui pendekatan kajian tekstual dan kontekstual, dengan jumlah penari sebagai elemen penting.
Jenis tari berdasarkan jumlah penarinya mencakup tari tunggal, berpasangan, dan berkelompok.
Tari Tunggal: Dirancang untuk satu penari, tari tunggal hiburan menggambarkan tokoh inti.
Fungsi upacara atau simbolik, seperti tari topeng di Jawa, terkait dengan filosofi angka satu yang mencerminkan tunggal atau esa.
Tari Berpasangan: Didesain untuk dua penari, tari berpasangan mencerminkan hubungan antara dua unsur yang berlawanan, seperti perempuan dan laki-laki. Interaksi tokoh dalam pasangan menyoroti makna tari.
Tari Berkelompok: Menggunakan desain kelompok, tari berkelompok menggambarkan tujuan atau fungsi tertentu, seperti profesi atau kehidupan satwa.
Tari ini memiliki makna sosial dan mencerminkan kehidupan sekelompok orang.
Jenis tari berdasarkan pola garapannya terdiri dari:
Tari Tradisi Klasik: Berkembang di lingkungan kerajaan dengan kaidah gerak dan estetika yang baku, seperti tari Bedhaya atau Srimpi.
Tari Tradisi Kerakyatan: Bermula dari masyarakat di luar lingkungan kerajaan, didominasi oleh kaidah gerak yang beragam dan spontan. Contohnya, tari Bajidoran atau Joget Bumbung.
Tari Kreasi Baru: Hasil karya seniman tari yang berkembang dari tradisi, dengan fleksibilitas dan inovasi pada elemen-elemen tertentu.
Tari kreasi baru dapat terinspirasi dari tari klasik atau rakyat, seperti Tari Jaipong atau Tari Ronggeng Manis.
Kreativitas dan pengalaman seniman tari memainkan peran penting dalam menciptakan beragam bentuk karya tari.
Terdapat juga tari kreasi Melayu yang mencerminkan kreativitas para koreografer di Kota Tanjungbalai, dengan variasi dari aspek etnik Sumatera Utara hingga tari kreasi bernuansa Islami, seperti Al Fallah.
Tari nontradisi Indonesia, berdasarkan pendekatan kajian tekstual dan kontekstual, melibatkan beberapa jenis tari yang lepas dari kaidah-kaidah tradisional. Berikut adalah ringkasan data tersebut:
Tari Klasik
- Terikat pada aturan-aturan baku, seperti tari Balet di Eropa.
- Diperkenalkan oleh Belanda pada masa penjajahan di Indonesia.
- Gerak Balet menonjolkan teknik tertentu dan ciri khas pose penari.
- Membawakan cerita dengan penokohan, seperti “Swan Lake Dance.”
Tari Modern
- Berkembang pada awal abad ke-20 sebagai reaksi terhadap tari balet yang dianggap kaku.
- Menekankan ekspresi rasa dan emosi koreografer, seperti Hip-hop, Breakdance, Salsa, dan Flamenco.
- Kebebasan dalam mengekspresikan gerak tanpa mengikuti pola dan tradisi.
Tari Kontemporer
- Mazhab dalam dunia tari masa kini dengan kebebasan ekspresi seniman.
- Tidak terikat pada aturan tradisi yang kaku.
- Mencerminkan isu-isu sosial dan kemanusiaan.
- Bersifat aktual, inovatif, dan kontekstual.
- Contoh tarian kontemporer populer di era milenial, seperti Hip-hop, Breakdance, K-pop dance.
Tari nontradisi menghadirkan beragam jenis, mencakup tari klasik yang terikat aturan, tari modern yang menekankan kebebasan, dan tari kontemporer yang menampilkan inovasi dan aktualitas.
Tarian populer, khususnya di era milenial, mendapatkan popularitas melalui kreativitas individual dan inovasi, diwujudkan dalam berbagai bentuk tarian seperti yang populer di aplikasi Tik-tok.
Unit 3 Berkreasi Tari dari Karya Seni Tari dari Karya Seni Bentuk Lain
Dalam proses pembuatan karya tari, koreografer memerlukan ide atau gagasan awal yang muncul melalui rangsangan.
Rangsangan Visual
Rangsangan tersebut dapat bersumber dari visual dan audio. Fokus utama rangsangan visual melibatkan pengamatan melalui panca indera penglihatan.
Misalnya, koreografer dapat terinspirasi oleh alam sekitar, benda-benda, atau fenomena sosial.
Pengamatan terhadap alam sekitar dapat memunculkan tema tari, seperti flora dan fauna. Benda-benda tertentu juga dapat menginspirasi pemilihan properti untuk tarian.
Rangsangan visual juga mempengaruhi desain gerak tari dan tempo gerak. Observasi perilaku satwa, misalnya, dapat menciptakan gerakan meniru tingkah laku binatang.
Selain itu, inspirasi pola lantai juga dapat berasal dari pengamatan kejadian sehari-hari atau karya seni lainnya seperti teater, film, lukisan, atau patung.
Sebagai contoh, pertunjukan tari dapat terinspirasi dari film, drama musikal, atau bahkan tayangan televisi populer seperti film India atau drama Korea.
Rangsangan visual mencakup pengamatan dan interpretasi dari berbagai sumber, menciptakan landasan kreatif bagi koreografer dalam merancang karya tari mereka.
Rangsangan Audio
Rangsangan audio atau musik menjadi elemen penting dalam pembuatan karya tari.
Hal ini turut melibatkan segala sesuatu yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran, seperti iringan alat musik, rekaman, lagu, atau suara lingkungan sekitar.
Musik berperan dalam membentuk tempo, intensitas suara, dan jenis suara yang dapat memengaruhi desain gerak tari.
Rangsangan audio juga mempengaruhi proses penciptaan desain gerak, di mana suara seperti tangisan dapat menginspirasi gerakan dengan tempo lambat, menciptakan atmosfer kesedihan.
Musik tradisional dari suatu daerah dapat menjadi inspirasi bagi koreografer untuk menciptakan ragam gerak yang sesuai dengan karakter musik daerah tersebut.
Seniman tari seringkali menciptakan karya mereka berdasarkan karya seni lain, seperti musik.
Contohnya adalah lagu “Genjring Party” dari grup Krakatau yang menginspirasi banyak seniman tari di Indonesia untuk membuat karya kreasi baru.
Lagu-lagu modern, seperti “Lathi” karya Weird Genius, juga memengaruhi koreografer dan penata rias dalam menciptakan karya tari dan tata rias yang sesuai dengan interpretasi masing-masing seniman.
Pemilihan tata rias yang tepat dalam tari memiliki dampak signifikan pada pemahaman makna oleh penonton.
Tata rias wajah dalam pertunjukan tari memiliki beberapa fungsi, seperti menyempurnakan penampilan wajah, menggambarkan karakter tokoh, memberi efek gerak pada ekspresi pemain, menegaskan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh, dan menambahkan aspek dramatik.
Tiga jenis tata rias dalam tari mencakup tata rias corrective, tata rias karakter, dan tata rias fantasi.
Pemahaman dasar-dasar pembuatan tata rias dalam tari menjadi kunci dalam menentukan tata rias yang sesuai dalam proses berkreasi tari.
Maka, koreografer atau seniman tari perlu memahami elemen-elemen dasar ini untuk memastikan bahwa pesan, makna, dan tujuan tari dapat efektif disampaikan kepada penonton melalui tata rias yang dipilih.
Tata busana dalam tari memegang peranan penting dalam menyampaikan pesan koreografer kepada penonton.
Proses menentukan tata busana yang sesuai dalam berkreasi tari melibatkan beberapa tahapan, antara lain:
Analisis Tema Tari
Koreografer mempertimbangkan tema tari, seperti lingkungan sekitar atau kehidupan sosial, untuk memilih tata busana yang mendukung pesan yang ingin disampaikan.
Analisis Jenis Tari
Koreografer menganalisis jenis tari, apakah tradisional atau kreasi/nontradisional, untuk memilih aksen tradisional atau memberikan kebebasan dalam konsep busana.
Analisis Latar Belakang Budaya
Pertimbangan terhadap latar belakang budaya suatu daerah menjadi penting, dan koreografer perlu memperkaya wawasan mengenai ragam budaya dari berbagai provinsi atau negara.
Analisis Karakter
Tata busana berkaitan dengan karakter tokoh, seperti menggunakan warna-warna tertentu untuk karakter antagonis atau desain busana yang mewah untuk tokoh penting seperti raja atau ratu.
Analisis Keterpakaian Sesuai Konsep dan Tempat Pertunjukan
Koreografer memastikan bahwa tata busana yang dipilih sesuai dengan konsep tema, nyaman untuk dipakai selama pertunjukan, dan memperhatikan kenyamanan gerak, khususnya untuk karakter yang memerlukan gerakan khusus seperti pendekar dalam tarian silat.
Dengan memahami tahapan-tahapan ini, koreografer dapat menentukan tata busana yang mendukung keseluruhan konsep tari dan meningkatkan pemahaman penonton terhadap pesan yang ingin disampaikan.
Unit Pembelajaran 4 Pementasan Tari
Dalam proses perencanaan pertunjukan tari, pemilihan tempat pertunjukan dan tata teknik pentas memegang peran penting.
Tata pentas melibatkan susunan atau aturan, fokus pada benda mati di atas panggung, dan memengaruhi keberhasilan pertunjukan.
Pemahaman jenis-jenis panggung, seperti proscenium, arena, dan terbuka, merupakan bagian integral dari perencanaan tata teknik pentas.
Keberhasilan sebuah pertunjukan tari dapat diukur dari antusiasme penonton yang hadir. Penonton datang dengan maksud untuk memperoleh kepuasan rasa dan memenuhi kebutuhan serta keinginannya.
Kesuksesan pertunjukan juga tercermin dari penjualan tiket yang tinggi. Promosi acara memainkan peran penting dalam menarik perhatian masyarakat, dan tim promosi perlu menjadi kreatif dalam menyampaikan informasi dengan jelas dan menarik.
Beberapa alternatif kegiatan promosi meliputi:
Promosi melalui Media Cetak
- Iklan di koran atau majalah.
- Pembuatan brosur, flyer, atau selebaran.
- Aspek penting dalam poster promosi meliputi kejelasan informasi, keterbacaan tulisan, komposisi warna menarik, dan gambar/ilustrasi karya yang akan ditampilkan.
Promosi melalui Media Elektronik
- Pembagian brosur atau flyer elektronik melalui pesan elektronik.
- Penggunaan media sosial dan iklan televisi.
Promosi Langsung
Kunjungan langsung ke komunitas-komunitas pecinta seni pertunjukan, sekolah, atau instansi pemerintahan terkait.
Dalam kegiatan pementasan tari di kelas, peserta didik dapat mempromosikan pertunjukan kepada teman sekelas atau mengundang keluarga dan saudara untuk menyaksikan dan mengapresiasi karya tarinya.
Melalui strategi promosi yang baik, diharapkan pertunjukan tari dapat lebih berhasil dan dihadiri oleh penonton yang antusias.
Demikian ringkasan materi seni tari kelas X yang bisa diberikan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: