Rumah Adat Aceh, Sejarah dan Ciri-Cirinya
Rumah Adat Aceh, Sejarah dan Ciri-Cirinya – Menjadi provinsi paling barat di Indonesia, Daerah Istimewa Aceh memiliki rumah adat Aceh yang sangat dikagumi dan dijaga oleh masyarakat daerah setempat.
Rumah adat tersebut merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang mereka dan dijaga sampai sekarang.
Saat ini, banyak orang yang memilih untuk tinggal di rumah permanen layaknya rumah jaman sekarang yang modern. Oleh karenanya, banyak pula yang menjadikan rumah adat ini sebagai destinasi wisata Aceh.
Sejarah Rumah Adat Aceh
Sebagai wilayah Indonesia yang paling banyak disinggahi oleh para pedagang dari mancanegara, keberadaan rumah adat Aceh tidak dapat terlepas dari pengaruh budaya Islam yang dibawa oleh para pedagang dari Persia dan Gujarat.
Pada masa itu, banyak pedagang yang secara tidak langsung menyebarkan agama Islam di daratan Aceh sehingga banyak dari masyarakatnya yang memeluk agama Islam.
Hal ini pun yang bisa dilihat dengan adanya tempat shalat atau mushala pribadi di hampir setiap rumah.
Selain itu, banyak kain-kain putih yang dipasangkan di bagian mushala rumah adat khas Aceh pribadi dari pemiliknya yang berartikan kesucian.
Hal ini dimaksudkan agar siapapun yang memasuki ruangan tersebut dalam keadaan bersih atau suci.
Bagi masyarakat asli wilayah tersebut, nama rumah adat Aceh biasa disebut sebagai Rumoh Aceh atau Krong Bade.
Meskipun keberadaannya saat ini sudah cukup sulit ditemui, ada beberapa pemilik rumah yang masih menjaga tradisi dengan menempati rumah adat ini sebagai tempat tinggal.
Ciri-Ciri Rumah Adat Aceh
Layaknya rumah adat di hampir seluruh wilayah Indonesia, rumah adat Aceh dibuat dari bahan-bahan alami yang didapatkan dari hutan-hutan di sekitar tempat tinggal orang jaman dahulu.
Rumah adat ini dibuat dari kayu pepohonan khas tanah Sumatra yang dibentuk dan diukir sedemikian rupa sehingga menciptakan kesan tradisional namun estetis.
1. Berbentuk seperti panggung
Secara sekilas, gambar rumah adat Aceh mungkin akan terlihat cukup mirip dengan rumah adat di wilayah Indonesia lainnya seperti di daerah Lampung, Pontianak, atau Manado.
Kebanyakan dari rumah adat di luar wilayah Jawa memang berbentuk panggung ruang kosong di bawahnya.
Rumah adat Aceh memang dibentuk seperti panggung untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas dari hutan.
Seperti yang telah diketahui, kebanyakan dari masyarakat jaman dahulu memilih hutan sebagai wilayah tempat tinggal mereka karena hutan memiliki sumber makanan yang berlimpah serta sulit untuk terdeteksi musuh.
Hal ini pun dipilih oleh masyarakat Aceh yang membangun rumah berbentuk panggung untuk keselamatan keluarga mereka di tengah hutan.
2. Dinding yang tertutup rapat
Jika dibandingkan dengan rumah adat di daerah lain, rumah adat Nanggroe Aceh Darussalam memiliki jendela yang cukup minim dan tidak terlalu banyak.
Di sepanjang dinding rumah akan dikelilingi oleh papan kayu berukir yang kokoh, rapat, dan kuat.
Sebagai alternatif pencahayaan dan sirkulasi udara, di bagian atas dinding akan dipasangi sekat kayu yang lebih renggang layaknya sebuah ventilasi udara.
Kemudian, bagian bawah atau lantai juga dibuat sedikit berongga namun tidak sampai membuat penghuninya terperosok ke dalam.
Dengan begitu, rumah akan tetap terasa sejuk dan terang meskipun tidak banyak jendela di sisi dindingnya.
3. Memiliki tangga tepat di bagian depan
Untuk sebagian rumah adat, tangga di pasang di bagian samping kanan atau kiri bangunan sebagai pintu utama memasuki rumah. Namun, rumah adat Aceh memiliki pintu tepat di bagian tengah depan sebuah rumah.
Pintu ini berbentuk tangga yang berjumlah ganjil sesuai dengan kepercayaan mereka.
Tangga ini adalah akses satu-satunya untuk memasuki rumah dari depan sehingga dibuat cukup lebar agar bisa dilalui oleh banyak orang sekaligus.
4. Memiliki banyak bagian rumah
Dengan ukuran yang cukup besar agar bisa memuat seluruh anggota keluarga, sebuah rumah adat Aceh memiliki cukup banyak bagian-bagian rumah.
Bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing yang tentunya cukup berhubungan dengan sisi keagamaan dari sebagian besar masyarakatnya.
Dengan bagian rumah yang cukup banyak dan beragam, hal inilah yang menjadi keunikan rumah adat Aceh dan memikat banyak pengunjung untuk bisa mendatangi dan belajar sejarah tentang rumah adat ini.
Bagian-Bagian Rumah Adat Aceh
Rumah adat provinsi Aceh yang biasa disebut sebagai krong bade merupakan rumah adat yang memiliki ukuran cukup luas dan dibedakan menjadi beberapa bagian.
Bukan tanpa alasan, bagian dari rumah adat ini memiliki fungsi yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Berikut adalah bagian-bagian rumah adat Aceh dan penjelasannya.
1. Seuramoe-ukeu (Serambi Depan)
Layaknya rumah pada umumnya, serambi depan digunakan sebagai tempat menerima tamu. Yang berbeda adalah, serambi depan ini hanya dikhususkan untuk menerima tamu berjenis kelamin laki-laki saja.
Sedangkan untuk tamu perempuan, mereka akan ditempatkan di serambi belakang.
Hal ini tentunya berhubungan dengan kebiasaan kaum muslim lokal yang tidak menempatkan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya untuk berada di satu ruangan yang sama.
Serambi depan juga biasa digunakan sebagai tempat pertemuan, pengajian, dan acara kekeluargaan besar lainnya yang mengundang banyak orang
2. Seuramoe Teungoh (Serambi Tengah)
Serambi tengah merupakan ruangan pribadi si pemilik rumah dan seluruh keluarganya dan merupakan bagian induk dari sebuah rumah.
Ruangan ini adalah tempat berkumpul semua keluarga dan juga di sisi sampingnya biasanya digunakan sebagai tempat tidur untuk setiap anggota keluarga.
3. Seuramoe-likoot (Serambi Belakang)
Bagian dari rumah ini biasanya dijadikan sebagai tempat penyimpanan makanan untuk keluarga, ruang makan, serta ruang tamu untuk tamu berjenis kelamin perempuan.
Meskipun terletak di bagian belakang rumah, ukuran dari serambi belakang cukuplah besar.
4. Rumoh-dapu (Dapur)
Dapur pada rumah adat Aceh pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bagian serambi belakang rumah. Biasanya, dapur akan ditempatkan di bagian belakang dekat dengan ruang makan.
Akan tetapi, untuk pemilik rumah yang berkecukupan biasanya membangun dapur yang terpisah dari rumah utama namun tetap berada di bagian belakang rumah.
Hal ini jugalah yang membedakan kelas sosial masyarakat Aceh pada zaman dahulu.
Klik dan dapatkan info kost di dekat mu: